Medvedev: Barat Telah Deklarasikan Perang Tanpa Aturan terhadap Rusia
Jum'at, 14 Juni 2024 - 07:20 WIB
MOSKOW - Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan negara-negara Barat telah mendeklarasikan "perang tanpa aturan" terhadap Moskow.
Untuk itu, kata dia, Moskow harus menggunakan setiap kesempatan untuk menimbulkan kerusakan maksimum pada negara-negara Barat tersebut.
Menurut mantan presiden Rusia tersebut, setiap kelemahan Amerika dan sekutunya harus dieksploitasi untuk melemahkan mereka dan menghambat kehidupan warga negara mereka.
Komentarnya itu sebagai reaksi terhadap sanksi terbaru yang diumumkan oleh Washington.
“Apakah mereka takut kita akan mentransfer senjata kita kepada musuh-musuh dunia Barat? Kita harus mengirimkan segala jenis senjata, kecuali nuklir (untuk saat ini)!” tulis Medvedev di media sosial, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (14/6/2024).
“Apakah mereka takut dengan gelombang anarki dan kejahatan di kota-kota besar? Kita harus membantu mengganggu otoritas kota mereka!” lanjut dia.
Menurutnya, Rusia dapat memicu perang di luar angkasa dan melakukan kampanye perang psikologis terhadap warga negara Barat. "Sehingga mereka gemetar di bawah selimut di rumah mereka yang nyaman," ujarnya.
"Dan melancarkan gelombang berita palsu untuk mengubah hidup mereka menjadi mimpi buruk yang tidak pernah berakhir, di mana mereka tidak bisa membedakan kenyataan dari fiksi paling liar," paparnya.
Moskow, sambung Medvedev, harus menghapus infrastruktur energi, industri, transportasi, perbankan dan layanan sosial mereka.
"Tanamkan ketakutan akan kehancuran semua infrastruktur penting,” seru politisi sekutu utama Presiden Vladimir Putin tersebut.
Putaran terbaru pembatasan Amerika terhadap entitas Rusia menargetkan sektor energi, logam dan pertambangan serta sektor keuangan. Hal ini antara lain memaksa Bursa Efek Moskow untuk menangguhkan semua perdagangan dolar AS dan euro.
Paket sanksi tersebut merupakan salah satu yang terbesar sejak konflik Ukraina meningkat menjadi permusuhan terbuka pada Februari 2022, yang berdampak pada perdagangan lebih dari USD100 juta antara Rusia dan mitra asingnya, menurut perkiraan Departemen Keuangan AS.
Medvedev mengeklaim bahwa kampanye “kerusakan maksimum” seperti yang diuraikan dalam postingannya lebih baik daripada mengabaikan tekanan Barat, dan mendesak warga Rusia untuk bertindak sesuai dengan itu.
Untuk itu, kata dia, Moskow harus menggunakan setiap kesempatan untuk menimbulkan kerusakan maksimum pada negara-negara Barat tersebut.
Menurut mantan presiden Rusia tersebut, setiap kelemahan Amerika dan sekutunya harus dieksploitasi untuk melemahkan mereka dan menghambat kehidupan warga negara mereka.
Komentarnya itu sebagai reaksi terhadap sanksi terbaru yang diumumkan oleh Washington.
Baca Juga
“Apakah mereka takut kita akan mentransfer senjata kita kepada musuh-musuh dunia Barat? Kita harus mengirimkan segala jenis senjata, kecuali nuklir (untuk saat ini)!” tulis Medvedev di media sosial, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (14/6/2024).
“Apakah mereka takut dengan gelombang anarki dan kejahatan di kota-kota besar? Kita harus membantu mengganggu otoritas kota mereka!” lanjut dia.
Menurutnya, Rusia dapat memicu perang di luar angkasa dan melakukan kampanye perang psikologis terhadap warga negara Barat. "Sehingga mereka gemetar di bawah selimut di rumah mereka yang nyaman," ujarnya.
"Dan melancarkan gelombang berita palsu untuk mengubah hidup mereka menjadi mimpi buruk yang tidak pernah berakhir, di mana mereka tidak bisa membedakan kenyataan dari fiksi paling liar," paparnya.
Moskow, sambung Medvedev, harus menghapus infrastruktur energi, industri, transportasi, perbankan dan layanan sosial mereka.
"Tanamkan ketakutan akan kehancuran semua infrastruktur penting,” seru politisi sekutu utama Presiden Vladimir Putin tersebut.
Putaran terbaru pembatasan Amerika terhadap entitas Rusia menargetkan sektor energi, logam dan pertambangan serta sektor keuangan. Hal ini antara lain memaksa Bursa Efek Moskow untuk menangguhkan semua perdagangan dolar AS dan euro.
Paket sanksi tersebut merupakan salah satu yang terbesar sejak konflik Ukraina meningkat menjadi permusuhan terbuka pada Februari 2022, yang berdampak pada perdagangan lebih dari USD100 juta antara Rusia dan mitra asingnya, menurut perkiraan Departemen Keuangan AS.
Medvedev mengeklaim bahwa kampanye “kerusakan maksimum” seperti yang diuraikan dalam postingannya lebih baik daripada mengabaikan tekanan Barat, dan mendesak warga Rusia untuk bertindak sesuai dengan itu.
(mas)
tulis komentar anda