Erdogan: Netanyahu Membuat Hitler Iri dengan Genosidanya di Gaza
Selasa, 14 Mei 2024 - 08:35 WIB
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan taktik genosida yang digunakan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di Gaza sangat ekstrem sehingga membuat diktator Nazi Adolf Hitler iri.
Pemimpin Turki tersebut mempertanyakan legitimasi tindakan Israel di Gaza selama beberapa bulan terakhir saat wawancara dengan surat kabar Kathimerini yang berbasis di Yunani.
“Apakah mungkin melihat apa yang telah dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza selama berbulan-bulan dan melihat sah-sah saja jika Israel mengebom rumah sakit, membunuh anak-anak, menindas warga sipil, dan menghukum orang-orang yang tidak bersalah hingga kelaparan, kehausan, dan kekurangan obat-obatan dengan berbagai alasan?" tanya Erdogan.
"Apa yang dilakukan Hitler di masa lalu? Dia menindas dan membunuh orang-orang di kamp konsentrasi,” lanjut dia.
“Bukankah Gaza berubah menjadi penjara terbuka tidak hanya setelah 7 Oktober, tapi juga bertahun-tahun sebelumnya? Bukankah orang-orang di sana dikurung dalam sumber daya yang terbatas selama bertahun-tahun, hampir seperti kamp konsentrasi? Siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan massal paling brutal dan sistematis di Gaza setelah 7 Oktober?” imbuh Erdogan.
Dia mengkritik tindakan militer Israel termasuk menargetkan ambulans hingga menembaki konvoi bantuan kemanusiaan.
“Netanyahu telah mencapai tingkat yang membuat Hitler iri dengan metode genosidanya. Kita berbicara tentang Israel; yang menyasar ambulans, menyerang titik distribusi makanan, dan menembaki konvoi bantuan,” ujarnya.
Sementara itu, Pemerintah Amerika Serikat (AS) terus melakukan pembelaan buta atas invasi brutal Israel dengan mengatakan yang terjadi di Gaza bukanlah genosida.
Pembelaan itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Gedung putih Jake Sullivan pada hari Senin.
“Kami percaya Israel dapat dan harus berbuat lebih banyak untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah," kata Sullivan.
"Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida,” katanya lagi, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (14/5/2024).
Berbicara kepada wartawan, Sullivan mengatakan AS ingin melihat Hamas dikalahkan, namun memperingatkan bahwa warga sipil Palestina yang terjebak di tengah-tengahnya berada “di neraka".
Dia juga menegaskan kembali penolakan pemerintahan Presiden Joe Biden terhadap operasi militer besar-besaran Israel di Rafah.
Sullivan menambahkan bahwa AS prihatin dengan invasi Israel, yang tidak mempertimbangkan “apa yang akan terjadi selanjutnya".
Dia menunjuk pada operasi militer besar-besaran Israel di Gaza utara dan kemudian kembalinya militan Hamas.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 35.091 warga Palestina telah terbunuh, dan 78.827 lainnya terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Selain itu, setidaknya 11.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Israel berdalih pembunuhan besar-besaran itu sebagai respons militer atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke wilayah Israel selatan, yang menurut rezim Zionis menewaskan sekitar 1.200 orang dan ratusan lainnya disandera.
Namun investigasi media Israel; Haaretz, mengungkap bahwa ribuan orang yang tewas di Israel pada 7 Oktober 2023 adalah korban insiden "friendly-fire" oleh tank tempur dan helikopter militer Israel ketika merespons serbuan Hamas.
Pemimpin Turki tersebut mempertanyakan legitimasi tindakan Israel di Gaza selama beberapa bulan terakhir saat wawancara dengan surat kabar Kathimerini yang berbasis di Yunani.
“Apakah mungkin melihat apa yang telah dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza selama berbulan-bulan dan melihat sah-sah saja jika Israel mengebom rumah sakit, membunuh anak-anak, menindas warga sipil, dan menghukum orang-orang yang tidak bersalah hingga kelaparan, kehausan, dan kekurangan obat-obatan dengan berbagai alasan?" tanya Erdogan.
"Apa yang dilakukan Hitler di masa lalu? Dia menindas dan membunuh orang-orang di kamp konsentrasi,” lanjut dia.
“Bukankah Gaza berubah menjadi penjara terbuka tidak hanya setelah 7 Oktober, tapi juga bertahun-tahun sebelumnya? Bukankah orang-orang di sana dikurung dalam sumber daya yang terbatas selama bertahun-tahun, hampir seperti kamp konsentrasi? Siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan massal paling brutal dan sistematis di Gaza setelah 7 Oktober?” imbuh Erdogan.
Dia mengkritik tindakan militer Israel termasuk menargetkan ambulans hingga menembaki konvoi bantuan kemanusiaan.
“Netanyahu telah mencapai tingkat yang membuat Hitler iri dengan metode genosidanya. Kita berbicara tentang Israel; yang menyasar ambulans, menyerang titik distribusi makanan, dan menembaki konvoi bantuan,” ujarnya.
Sementara itu, Pemerintah Amerika Serikat (AS) terus melakukan pembelaan buta atas invasi brutal Israel dengan mengatakan yang terjadi di Gaza bukanlah genosida.
Pembelaan itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Gedung putih Jake Sullivan pada hari Senin.
“Kami percaya Israel dapat dan harus berbuat lebih banyak untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah," kata Sullivan.
"Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida,” katanya lagi, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (14/5/2024).
Berbicara kepada wartawan, Sullivan mengatakan AS ingin melihat Hamas dikalahkan, namun memperingatkan bahwa warga sipil Palestina yang terjebak di tengah-tengahnya berada “di neraka".
Dia juga menegaskan kembali penolakan pemerintahan Presiden Joe Biden terhadap operasi militer besar-besaran Israel di Rafah.
Sullivan menambahkan bahwa AS prihatin dengan invasi Israel, yang tidak mempertimbangkan “apa yang akan terjadi selanjutnya".
Dia menunjuk pada operasi militer besar-besaran Israel di Gaza utara dan kemudian kembalinya militan Hamas.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 35.091 warga Palestina telah terbunuh, dan 78.827 lainnya terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Selain itu, setidaknya 11.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Israel berdalih pembunuhan besar-besaran itu sebagai respons militer atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke wilayah Israel selatan, yang menurut rezim Zionis menewaskan sekitar 1.200 orang dan ratusan lainnya disandera.
Namun investigasi media Israel; Haaretz, mengungkap bahwa ribuan orang yang tewas di Israel pada 7 Oktober 2023 adalah korban insiden "friendly-fire" oleh tank tempur dan helikopter militer Israel ketika merespons serbuan Hamas.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda