Serangan Israel ke Rafah Dapat Restu Amerika Serikat
Rabu, 08 Mei 2024 - 07:28 WIB
RAFAH - Invasi Israel ke Rafah dilakukan “dengan koordinasi penuh Amerika,” menurut situs berita Qatar Al Araby pada Selasa (7/5/2024).
Meskipun Washington secara terbuka menolak mendukung operasi tersebut, sumber Al Araby mengatakan Gedung Putih memberi lampu hijau kepada Israel sehingga rezim kolonial bisa meraih kemenangan simbolis sebelum menandatangani perjanjian gencatan senjata.
Setelah menggempur kota padat penduduk itu dengan serangan udara, tank dan pasukan Israel memasuki distrik timur Rafah pada Senin malam.
Pada Selasa pagi, militer Israel mengatakan mereka telah mengambil “kontrol operasional” di perbatasan Rafah sisi Gaza, yang menghubungkan daerah kantong Palestina dengan Mesir.
“Operasi tersebut, yang melibatkan kendaraan lapis baja dan pasukan khusus Israel, dilakukan setelah pihak Mesir diberitahu mengenai hal tersebut, dan dengan koordinasi penuh dari Amerika,” ungkap laporan Al Araby, mengutip sumber anonim.
Beberapa jam sebelum IDF memulai serangannya terhadap Rafah, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan kepada wartawan bahwa Washington “tidak mendukung Israel melancarkan operasi militer skala penuh di Rafah.”
Dengan sekitar 1,4 juta pengungsi Palestina yang berlindung di sana, Miller mengatakan, “Operasi militer di Rafah saat ini akan secara dramatis meningkatkan penderitaan rakyat Palestina.”
Namun di balik layar, para pejabat Amerika memberikan pesan berbeda kepada Israel. “Pemerintah Amerika telah memberikan lampu hijau kepada (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu untuk operasi terbatas dan jangka pendek, yang mungkin memakan waktu beberapa hari, untuk mencapai citra kemenangan yang dapat dia pasarkan kepada para menteri sayap kanan,” ujar seorang sumber Barat yang tidak disebutkan namanya di Kairo mengatakan kepada Al Araby.
Meskipun Washington secara terbuka menolak mendukung operasi tersebut, sumber Al Araby mengatakan Gedung Putih memberi lampu hijau kepada Israel sehingga rezim kolonial bisa meraih kemenangan simbolis sebelum menandatangani perjanjian gencatan senjata.
Setelah menggempur kota padat penduduk itu dengan serangan udara, tank dan pasukan Israel memasuki distrik timur Rafah pada Senin malam.
Pada Selasa pagi, militer Israel mengatakan mereka telah mengambil “kontrol operasional” di perbatasan Rafah sisi Gaza, yang menghubungkan daerah kantong Palestina dengan Mesir.
“Operasi tersebut, yang melibatkan kendaraan lapis baja dan pasukan khusus Israel, dilakukan setelah pihak Mesir diberitahu mengenai hal tersebut, dan dengan koordinasi penuh dari Amerika,” ungkap laporan Al Araby, mengutip sumber anonim.
Beberapa jam sebelum IDF memulai serangannya terhadap Rafah, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan kepada wartawan bahwa Washington “tidak mendukung Israel melancarkan operasi militer skala penuh di Rafah.”
Dengan sekitar 1,4 juta pengungsi Palestina yang berlindung di sana, Miller mengatakan, “Operasi militer di Rafah saat ini akan secara dramatis meningkatkan penderitaan rakyat Palestina.”
Namun di balik layar, para pejabat Amerika memberikan pesan berbeda kepada Israel. “Pemerintah Amerika telah memberikan lampu hijau kepada (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu untuk operasi terbatas dan jangka pendek, yang mungkin memakan waktu beberapa hari, untuk mencapai citra kemenangan yang dapat dia pasarkan kepada para menteri sayap kanan,” ujar seorang sumber Barat yang tidak disebutkan namanya di Kairo mengatakan kepada Al Araby.
tulis komentar anda