Zelensky Klaim Orang Ukraina Adalah Umat Pilihan Tuhan
Senin, 06 Mei 2024 - 07:38 WIB
KYIV - Presiden Volodymyr Zelensky mengeklaim bahwa orang-orang Ukraina adalah umat pilihan Tuhan. Tak hanya itu, dia juga mengeklaim bahwa Tuhan adalah sekutu Ukraina dalam perang melawan Rusia.
Meskipun membuat klaim seperti itu, Zelensky telah memimpin tindakan keras terhadap Gereja Ortodoks selama dua tahun terakhir.
Saat umat Kristen Ortodoks merayakan Paskah pada hari Minggu, Zelensky merilis video pidato dari Katedral Saint Sophia di Kyiv, di mana dia menuduh Rusia “melanggar semua perintah".
“Dunia melihatnya, Tuhan mengetahuinya,” katanya, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (6/5/2024).
“Dan kami percaya Tuhan mempunyai tanda pangkat dengan bendera Ukraina di bahunya. Jadi, dengan sekutu seperti itu, kehidupan pasti akan menang atas kematian," paparnya.
Seruan Zelensky kepada umat Kristiani muncul ketika Parlemen Ukraina mengkaji undang-undang yang akan menutup gereja Kristen terbesar di negara itu, Ukrainian Orthodox Church (UOC) atau Gereja Ortodoks Ukraina.
Meskipun undang-undang tersebut telah disahkan di Parlemen selama berbulan-bulan, pemerintahan Zelensky telah membatasi aktivitas gereja sejak perang dimulai pada tahun 2022.
Dinas Keamanan Ukraina (SBU) telah membuka lusinan kasus pidana terhadap para imam UOC, telah memberikan sanksi kepada para imam, dan mencabut setidaknya 19 uskup dari kewarganegaraan Ukraina mereka, menurut laporan kantor berita TASS.
Properti gereja telah disita, dan para biarawan diusir dari Kyiv Pechersk Lavra, sebuah biara kuno dan situs ortodoks paling terkemuka di Ukraina.
UOC memiliki hubungan historis yang mendalam dengan Gereja Ortodoks Rusia (ROC), yang ditinggalkannya setelah Rusia melancarkan operasi militernya di Ukraina pada Februari 2022.
Meskipun mendeklarasikan otonomi dari ROC, Zelensky menuduh UOC berfungsi sebagai “agen Moskow" dan mempromosikan Orthodox Church of Ukraine (OCU) atau Gereja Ortodoks Ukraina yang dibentuk pemerintah sebagai penggantinya.
Sebuah organisasi non-kanonik, OCU didirikan oleh pemerintahan Presiden Petro Poroshenko setelah kudeta yang didukung AS di Ukraina pada tahun 2014.
Awal tahun ini, sekelompok pengacara menulis surat kepada Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, memperingatkannya bahwa pelarangan UOC dapat menyebabkan “kerugian serius bagi warga Ortodoks Ukraina” dan memiliki “konsekuensi yang mengerikan bagi masuknya Ukraina ke dalam Uni Eropa dan posisinya di dunia Barat".
Meskipun membuat klaim seperti itu, Zelensky telah memimpin tindakan keras terhadap Gereja Ortodoks selama dua tahun terakhir.
Saat umat Kristen Ortodoks merayakan Paskah pada hari Minggu, Zelensky merilis video pidato dari Katedral Saint Sophia di Kyiv, di mana dia menuduh Rusia “melanggar semua perintah".
“Dunia melihatnya, Tuhan mengetahuinya,” katanya, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (6/5/2024).
“Dan kami percaya Tuhan mempunyai tanda pangkat dengan bendera Ukraina di bahunya. Jadi, dengan sekutu seperti itu, kehidupan pasti akan menang atas kematian," paparnya.
Seruan Zelensky kepada umat Kristiani muncul ketika Parlemen Ukraina mengkaji undang-undang yang akan menutup gereja Kristen terbesar di negara itu, Ukrainian Orthodox Church (UOC) atau Gereja Ortodoks Ukraina.
Meskipun undang-undang tersebut telah disahkan di Parlemen selama berbulan-bulan, pemerintahan Zelensky telah membatasi aktivitas gereja sejak perang dimulai pada tahun 2022.
Dinas Keamanan Ukraina (SBU) telah membuka lusinan kasus pidana terhadap para imam UOC, telah memberikan sanksi kepada para imam, dan mencabut setidaknya 19 uskup dari kewarganegaraan Ukraina mereka, menurut laporan kantor berita TASS.
Properti gereja telah disita, dan para biarawan diusir dari Kyiv Pechersk Lavra, sebuah biara kuno dan situs ortodoks paling terkemuka di Ukraina.
UOC memiliki hubungan historis yang mendalam dengan Gereja Ortodoks Rusia (ROC), yang ditinggalkannya setelah Rusia melancarkan operasi militernya di Ukraina pada Februari 2022.
Meskipun mendeklarasikan otonomi dari ROC, Zelensky menuduh UOC berfungsi sebagai “agen Moskow" dan mempromosikan Orthodox Church of Ukraine (OCU) atau Gereja Ortodoks Ukraina yang dibentuk pemerintah sebagai penggantinya.
Sebuah organisasi non-kanonik, OCU didirikan oleh pemerintahan Presiden Petro Poroshenko setelah kudeta yang didukung AS di Ukraina pada tahun 2014.
Awal tahun ini, sekelompok pengacara menulis surat kepada Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, memperingatkannya bahwa pelarangan UOC dapat menyebabkan “kerugian serius bagi warga Ortodoks Ukraina” dan memiliki “konsekuensi yang mengerikan bagi masuknya Ukraina ke dalam Uni Eropa dan posisinya di dunia Barat".
(mas)
tulis komentar anda