Kritik Pedas Prabowo di Media AS: Barat Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Minggu, 28 April 2024 - 08:37 WIB
Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan yang juga presiden terpilih Indonesia, dalam tulisannya di media AS menuduh Barat menerapkan standar ganda pada Rusia dan Israel atas perang di Ukraina dan Gaza. Foto/SINDOphoto
JAKARTA - Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan yang juga presiden terpilih Indonesia, dalam tulisannya di media Amerika Serikat (AS) menuduh Barat menerapkan standar ganda pada Rusia dan Israel atas perang di Ukraina dan Gaza.

Dia menulis artikel di Economist, yang diterbitkan online pada 26 April 2024, dengan mendeskripsikan kengerian penderitaan rakyat Palestina di Gaza akibat invasi brutal Zionis Israel.

“Pada tanggal 9 April, menjelang hari raya Idul Fitri, TNI AU melakukan penerjunan bantuan kemanusiaan di Gaza. Dalam praktiknya, bantuan ini hanyalah setetes air dari lautan kengerian dan kekurangan yang dialami Gaza akhir-akhir ini,” tulis Prabowo mengawali penjelasan panjangnya.



“Namun, tindakan ini membawa nilai simbolis yang besar bagi masyarakat Indonesia dan bagi saya sebagai presiden terpilih: ini adalah pesan kesedihan dan penderitaan bersama, solidaritas dan dukungan, kepada saudara-saudari kita di Gaza.”

Menurutnya,selama enam bulan terakhir dunia menyaksikan dengan ngeri ketika Gaza dan rakyatnya menjadi sasaran hukuman kolektif yang kejam, yang melanggar hukum dan norma internasional.



“Kami berharap dan berdoa setidaknya selama bulan suci Ramadhan penderitaan Gaza bisa berhenti, namun ternyata tidak,” tulis Prabowo.

Sejak 7 Oktober 2023, lanjut Prabowo, dirinya telah mendengar argumen-argumen yang mencoba mendukung perang di Gaza, sebagai reaksi yang dibenarkan terhadap serangan Hamas.

“Apa yang terjadi hari itu sungguh mengerikan. Saya benar-benar turut berduka cita bagi semua warga Israel yang kehilangan orang yang mereka cintai. Tapi saya bahkan tidak bisa melihat bagaimana peristiwa 7 Oktober bisa membenarkan apa yang terjadi di Gaza sejak saat itu,” kritik Prabowo.

“Bagaimana saya bisa? Bagaimana seseorang bisa membenarkan pembunuhan terhadap puluhan ribu warga sipil tak berdosa, yang mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak? Bagaimana seseorang bisa membenarkan tingkat kehancuran, kelaparan, dan kekurangan yang menimpa masyarakat tak berdosa di Gaza, dalam sebuah kampanye yang diyakini oleh miliaran orang di seluruh dunia telah melanggar hukum dan konvensi internasional yang melindungi warga sipil di masa konflik?” sambung dia.

Prabowo melanjutkan, masyarakat Gaza adalah saudara seiman masyarakat Muslim Indonesia.

“Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasakan penderitaan di Gaza dan Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasa marah atas apa yang terjadi di sana,” imbuh Prabowo.

Dia melanjutkan dengan merinci apa yang dia gambarkan sebagai penerapan standar ganda oleh negara-negara Barat.

“Namun kemarahan jelas tidak dirasakan oleh semua orang. Ketika Rusia menginvasi Ukraina, negara-negara Barat memimpin kampanye kecaman global. Mereka menyerukan dunia untuk mengecam Rusia atas nama hak asasi manusia dan hukum internasional. Namun saat ini, negara-negara tersebut masih membiarkan terjadinya konflik berdarah lagi, kali ini di Gaza,” tulis dia.

“Mengapa [kecaman] kehancuran Kota Gaza tidak separah kehancuran Mariupol? Mengapa serangan di Bucha lebih buruk dibandingkan serangan di rumah sakit al-Shifa? Mengapa pembunuhan terhadap warga sipil Palestina kurang layak untuk dikecam dibandingkan dengan pembunuhan terhadap warga sipil Ukraina?” papar Prabowo.

Menurutnya, semakin banyak orang di Indonesia dan di seluruh dunia, di wilayah selatan dan Barat, merasa bahwa kegagalan pemerintah Barat dalam menekan Israel untuk mengakhiri perang menunjukkan adanya krisis moral yang serius.

“Bagaimana lagi standar ganda seperti ini dapat dijelaskan, ketika kita diminta untuk menetapkan satu set prinsip untuk Ukraina dan satu lagi untuk Palestina?” tanya Prabowo.

Hampir setahun yang lalu Prabowo menyerukan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. “Saya menyerukan gencatan senjata dengan alasan yang sama seperti saya menyerukan gencatan senjata dalam perang yang dilancarkan Israel terhadap Gaza. Saya menyerukan agar pertempuran dihentikan karena warga sipil yang tidak bersalah menanggung akibatnya dengan nyawa mereka; karena kehidupan dan penghidupan sedang dihancurkan; karena perang sebesar ini tidak hanya berdampak pada negara dan masyarakat yang terlibat tetapi dapat menyebar dan melanda seluruh wilayah dan benua,” jelasnya.

Dia menyerukan gencatan senjata sebagai awal menuju perdamaian jangka panjang karena, sebagai Muslim, sebagai orang Indonesia, Prabowo percaya pada perdamaian dan hidup berdampingan, moderat dan harmonis.

“Nilai-nilai ini ada dalam DNA negara dan masyarakat kami. Bagi kami, hal ini sama relevannya ketika mereka yang menderita adalah orang Eropa dan ketika korbannya adalah orang Asia atau Afrika. Dan hal-hal tersebut tetap relevan, baik mereka yang terkena dampak adalah orang Kristen, Muslim, atau Yahudi,” paparnya.

Bersama banyak negara lain, Indonesia telah melakukan yang terbaik untuk membantu masyarakat Gaza bertahan hidup. “Namun bantuan apa pun yang kita berikan, airdrop atau konvoi apa pun yang dapat kita kirimkan, tidaklah cukup,” terangnya.

Menurutnya, dunia harus bersatu untuk segera mengakhiri perang yang terjadi sekarang ini.

“Tapi kita tidak boleh berhenti di situ. Jika kita tidak ingin siklus kekerasan dan penderitaan terulang kembali secara dramatis, seperti yang terjadi selama delapan dekade terakhir, kita harus bekerja sama untuk menyelesaikan konflik dengan mendirikan negara Palestina merdeka berdampingan dengan negara yang sudah ada; Israel.”
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More