Kritik Pedas Prabowo di Media AS: Barat Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel
Minggu, 28 April 2024 - 08:37 WIB
“Bagaimana saya bisa? Bagaimana seseorang bisa membenarkan pembunuhan terhadap puluhan ribu warga sipil tak berdosa, yang mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak? Bagaimana seseorang bisa membenarkan tingkat kehancuran, kelaparan, dan kekurangan yang menimpa masyarakat tak berdosa di Gaza, dalam sebuah kampanye yang diyakini oleh miliaran orang di seluruh dunia telah melanggar hukum dan konvensi internasional yang melindungi warga sipil di masa konflik?” sambung dia.
Prabowo melanjutkan, masyarakat Gaza adalah saudara seiman masyarakat Muslim Indonesia.
“Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasakan penderitaan di Gaza dan Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasa marah atas apa yang terjadi di sana,” imbuh Prabowo.
Dia melanjutkan dengan merinci apa yang dia gambarkan sebagai penerapan standar ganda oleh negara-negara Barat.
“Namun kemarahan jelas tidak dirasakan oleh semua orang. Ketika Rusia menginvasi Ukraina, negara-negara Barat memimpin kampanye kecaman global. Mereka menyerukan dunia untuk mengecam Rusia atas nama hak asasi manusia dan hukum internasional. Namun saat ini, negara-negara tersebut masih membiarkan terjadinya konflik berdarah lagi, kali ini di Gaza,” tulis dia.
“Mengapa [kecaman] kehancuran Kota Gaza tidak separah kehancuran Mariupol? Mengapa serangan di Bucha lebih buruk dibandingkan serangan di rumah sakit al-Shifa? Mengapa pembunuhan terhadap warga sipil Palestina kurang layak untuk dikecam dibandingkan dengan pembunuhan terhadap warga sipil Ukraina?” papar Prabowo.
Menurutnya, semakin banyak orang di Indonesia dan di seluruh dunia, di wilayah selatan dan Barat, merasa bahwa kegagalan pemerintah Barat dalam menekan Israel untuk mengakhiri perang menunjukkan adanya krisis moral yang serius.
“Bagaimana lagi standar ganda seperti ini dapat dijelaskan, ketika kita diminta untuk menetapkan satu set prinsip untuk Ukraina dan satu lagi untuk Palestina?” tanya Prabowo.
Hampir setahun yang lalu Prabowo menyerukan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. “Saya menyerukan gencatan senjata dengan alasan yang sama seperti saya menyerukan gencatan senjata dalam perang yang dilancarkan Israel terhadap Gaza. Saya menyerukan agar pertempuran dihentikan karena warga sipil yang tidak bersalah menanggung akibatnya dengan nyawa mereka; karena kehidupan dan penghidupan sedang dihancurkan; karena perang sebesar ini tidak hanya berdampak pada negara dan masyarakat yang terlibat tetapi dapat menyebar dan melanda seluruh wilayah dan benua,” jelasnya.
Dia menyerukan gencatan senjata sebagai awal menuju perdamaian jangka panjang karena, sebagai Muslim, sebagai orang Indonesia, Prabowo percaya pada perdamaian dan hidup berdampingan, moderat dan harmonis.
Prabowo melanjutkan, masyarakat Gaza adalah saudara seiman masyarakat Muslim Indonesia.
“Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasakan penderitaan di Gaza dan Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasa marah atas apa yang terjadi di sana,” imbuh Prabowo.
Dia melanjutkan dengan merinci apa yang dia gambarkan sebagai penerapan standar ganda oleh negara-negara Barat.
“Namun kemarahan jelas tidak dirasakan oleh semua orang. Ketika Rusia menginvasi Ukraina, negara-negara Barat memimpin kampanye kecaman global. Mereka menyerukan dunia untuk mengecam Rusia atas nama hak asasi manusia dan hukum internasional. Namun saat ini, negara-negara tersebut masih membiarkan terjadinya konflik berdarah lagi, kali ini di Gaza,” tulis dia.
“Mengapa [kecaman] kehancuran Kota Gaza tidak separah kehancuran Mariupol? Mengapa serangan di Bucha lebih buruk dibandingkan serangan di rumah sakit al-Shifa? Mengapa pembunuhan terhadap warga sipil Palestina kurang layak untuk dikecam dibandingkan dengan pembunuhan terhadap warga sipil Ukraina?” papar Prabowo.
Menurutnya, semakin banyak orang di Indonesia dan di seluruh dunia, di wilayah selatan dan Barat, merasa bahwa kegagalan pemerintah Barat dalam menekan Israel untuk mengakhiri perang menunjukkan adanya krisis moral yang serius.
“Bagaimana lagi standar ganda seperti ini dapat dijelaskan, ketika kita diminta untuk menetapkan satu set prinsip untuk Ukraina dan satu lagi untuk Palestina?” tanya Prabowo.
Hampir setahun yang lalu Prabowo menyerukan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. “Saya menyerukan gencatan senjata dengan alasan yang sama seperti saya menyerukan gencatan senjata dalam perang yang dilancarkan Israel terhadap Gaza. Saya menyerukan agar pertempuran dihentikan karena warga sipil yang tidak bersalah menanggung akibatnya dengan nyawa mereka; karena kehidupan dan penghidupan sedang dihancurkan; karena perang sebesar ini tidak hanya berdampak pada negara dan masyarakat yang terlibat tetapi dapat menyebar dan melanda seluruh wilayah dan benua,” jelasnya.
Dia menyerukan gencatan senjata sebagai awal menuju perdamaian jangka panjang karena, sebagai Muslim, sebagai orang Indonesia, Prabowo percaya pada perdamaian dan hidup berdampingan, moderat dan harmonis.
tulis komentar anda