AS Kerahkan Rudal Typhon di Filipina, China Marah dan Umbar Ancaman

Jum'at, 26 April 2024 - 10:45 WIB
AS mengerahkan sistem rudal Typhon ke Filipina untuk latihan perang gabungan terbesar. Langkah ini membuat China marah. Foto/USARPAC
BEIJING - China marah dan mengancam akan merespons pengerahan rudal jarak menengah Amerika Serikat (AS) di Filipina.

Juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian, seperti dikutip dari EurAsian Times, Jumat (26/4/2024), mengatakan Beijing akan mengambil semua langkah efektif untuk mencegah AS mengacaukan Laut China Selatan.

Komentarnya muncul setelah AS memulai latihan perang gabungan dengan Filipina—latihan terbesar sejak Perang Dingin—di Laut China Selatan awal pekan ini.



Latihan tersebut, yang diberi nama Balikatan, akan berlangsung hingga 10 Mei 2024 dan dilaporkan melibatkan lebih dari 11.000 tentara AS dan 5.000 prajurit Filipina. Fregat Prancis serta pasukan dari Prancis dan Australia juga berpartisipasi dalam manuver tersebut.



Sekadar diketahui, sistem rudal berbasis darat Mid-Range Capability (MRC) Angkatan Darat AS tiba di Filipina baru-baru ini. Kedatangan senjata itu menyusul serangkaian konfrontasi berbahaya Beijing-Manila di Laut China Selatan, di mana kapal-kapal Filipina menjadi sasaran meriam air kapal China, sehingga melukai beberapa pelaut Filipina.

Ini adalah pengerahan sistem rudal MRC, yang juga dikenal sebagai sistem Typhon, ke kawasan Indo-Pasifik untuk pertama kalinya, dan ini terjadi di tengah serangkaian latihan militer AS-Filipina, termasuk edisi terbesar yang pernah ada dalam latihan tahunan Balikatan.

Para analis mengatakan Angkatan Darat Amerika belum mengatakan berapa lama sistem Typhon akan tetap berada di Filipina. Namun, keterlibatannya dalam serangkaian latihan gabungan antara dua sekutu perjanjian, yang pertama dimulai pada tanggal 8 April, mengirimkan sinyal bahwa Amerika dapat menempatkan persenjataan ofensif berada dalam jarak yang sangat dekat dengan instalasi China di Laut China Selatan, daratan China selatan, dan di sepanjang Selat Taiwan.

Sistem Typhon mampu menembakkan Standard Missile 6 (SM-6), sebuah amunisi pertahanan rudal balistik yang juga dapat menargetkan kapal di laut pada jarak 370 kilometer (230 mil), menurut Missile Defense Project di Center for Strategic and International Studies (CSIS).

Ketika diminta untuk mengomentari langkah Amerika tersebut, Wu menyatakan bahwa Beijing dengan tegas menentang penyebaran senjata semacam itu oleh AS di Asia-Pasifik.

"Tindakan Washington seperti itu sangat mengancam keamanan negara-negara kawasan dan merusak perdamaian dan stabilitas kawasan. Tiongkok akan mengambil tindakan balasan yang tegas," kata Wu.

“Kami berharap negara terkait dapat menahan diri untuk tidak membuka pintu bagi setan, yang hanya akan merugikan semua orang, termasuk dirinya sendiri,” imbuh Wu.

Wu menyatakan bahwa China memandang penguatan hubungan diplomatik antara AS dan Filipina sebagai urusan kedua negara.

Namun, dia menekankan bahwa hubungan seperti itu tidak boleh merugikan kepentingan China atau negara lain, dan tidak boleh merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan.

"Militer China akan terus memperhatikan situasi di kawasan dan akan mengambil semua langkah efektif untuk merespons secara efektif dan tidak akan pernah membiarkan pihak-pihak terkait mengacaukan Laut China Selatan,” kata Wu.

Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov mengatakan sebelumnya bahwa penempatan rudal jarak menengah Pentagon di Filipina akan menjadi “hari kelam” bagi keamanan internasional dan menuduh Washington dengan sengaja meningkatkan konfrontasi militer, memicu ketegangan dan menciptakan kelompok-kelompok tertutup dan aliansi politik-militer di wilayah tersebut.

“[AS] sedang berusaha mengembalikan dunia ke masa-masa terburuk Perang Dingin dan berada di ambang konflik nuklir,” kata Antonov, mendesak Washington untuk tidak membuka “kotak Pandora” tersebut.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More