Rakyat Belarusia Lawan Diktator
Selasa, 18 Agustus 2020 - 08:13 WIB
MINSK - Pemilu Presiden Belarusia 2020 diwarnai dengan penangkapan politikus dan demonstran, juga demonstrasi yang menuntut keadilan dan transparansi pemilu. Masa depan Belarusia pun kini dipertaruhkan, akan tetap mempertahankan pemerintahan otoriter di bawah kekuasaan Presiden Alexander Lukashenko atau tumbuhnya pemerintahan yang bebas dan berkeadilan.
Semua berawal dari pemilihan umum (pemilu) di Belarusia dibayangi tuduhan kecurangan. Ratusan pengunjuk rasa melakukan demonstrasi di jalan raya dan menuntut Presiden Alexander Lukashenko mengundurkan diri setelah kembali terpilih untuk sekian kalinya pada akhir pekan lalu.
Seperti dilansir Reuters, Rusia siap memberikan bantuan personel keamanan pada Belarusia untuk menjaga ketertiban umum. Namun, sampai berita ini diturunkan, Belarusia tidak memberikan jawaban. Sedikitnya dua pengunjuk rasa tewas dan ribuan lainnya ditangkap sejak meletusnya unjuk rasa yang dihadiri sekitar 200.000 massa itu.
Suasana di tempat demonstrasi sangat riuh dan berpotensi mengalami kericuhan jika terjadi ketegangan. Unjuk rasa itu selalu berlangsung sampai larut malam. Bendera-bendera merah putih yang digunakan Belarusia setelah terpisah dari Uni Soviet pada 1991 juga berkibar di mana-mana. (Baca: Putin Mengaku Siap Kirim Tentara Rusia ke Belarusia)
Pemimpin Belarusia, Lukshenko, sejauh ini tidak mengeluarkan pernyataan apa pun. Namun, tekanan terhadap dirinya terus berdatangan. “Kami ingin Lukashenko mengundurkan diri. Saat ini kami mungkin masih bisa bersabar, tapi jika tuntutan kami tidak didengar juga, kesabaran kami pasti habis,” ujar seorang pengunjuk rasa, Alexei, 31.
Pihak oposisi menuduh penghitungan suara selama Pemilu Belarusia 2020 banyak dimanipulasi. Popularitas Lukashenko tidak lagi seperti dulu setelah Uni Soviet pecah. Namun, Lukashenko menepis semua tuduhan itu dan menyatakan kemenangannya dengan perolehan suara sebanyak 80% resmi dan sah.
Terpilihnya kembali Lukashenko sebagai Presiden Belarusia setelah berkuasa selama 26 tahun mendapat dukungan dari Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan siap memberikan bantuan militer kepada Lukashenko jika diperlukan. Kedekatan hubungan bilateral itu tidak terlepas dari menguatnya hubungan kedua negara sejak sistem komunisme dipulihkan di Belarusia pada 1995.
Selain itu, Belarusia memegang posisi strategis bagi Rusia, terutama dalam bisnis energi. Sebab, hampir seluruh jalur pipa gas Rusia menuju Eropa Barat melintasi Belarusia . Belarusia juga menjadi tempat strategis untuk mengawasi dan mengantisipasi pergerakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Semua berawal dari pemilihan umum (pemilu) di Belarusia dibayangi tuduhan kecurangan. Ratusan pengunjuk rasa melakukan demonstrasi di jalan raya dan menuntut Presiden Alexander Lukashenko mengundurkan diri setelah kembali terpilih untuk sekian kalinya pada akhir pekan lalu.
Seperti dilansir Reuters, Rusia siap memberikan bantuan personel keamanan pada Belarusia untuk menjaga ketertiban umum. Namun, sampai berita ini diturunkan, Belarusia tidak memberikan jawaban. Sedikitnya dua pengunjuk rasa tewas dan ribuan lainnya ditangkap sejak meletusnya unjuk rasa yang dihadiri sekitar 200.000 massa itu.
Suasana di tempat demonstrasi sangat riuh dan berpotensi mengalami kericuhan jika terjadi ketegangan. Unjuk rasa itu selalu berlangsung sampai larut malam. Bendera-bendera merah putih yang digunakan Belarusia setelah terpisah dari Uni Soviet pada 1991 juga berkibar di mana-mana. (Baca: Putin Mengaku Siap Kirim Tentara Rusia ke Belarusia)
Pemimpin Belarusia, Lukshenko, sejauh ini tidak mengeluarkan pernyataan apa pun. Namun, tekanan terhadap dirinya terus berdatangan. “Kami ingin Lukashenko mengundurkan diri. Saat ini kami mungkin masih bisa bersabar, tapi jika tuntutan kami tidak didengar juga, kesabaran kami pasti habis,” ujar seorang pengunjuk rasa, Alexei, 31.
Pihak oposisi menuduh penghitungan suara selama Pemilu Belarusia 2020 banyak dimanipulasi. Popularitas Lukashenko tidak lagi seperti dulu setelah Uni Soviet pecah. Namun, Lukashenko menepis semua tuduhan itu dan menyatakan kemenangannya dengan perolehan suara sebanyak 80% resmi dan sah.
Terpilihnya kembali Lukashenko sebagai Presiden Belarusia setelah berkuasa selama 26 tahun mendapat dukungan dari Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan siap memberikan bantuan militer kepada Lukashenko jika diperlukan. Kedekatan hubungan bilateral itu tidak terlepas dari menguatnya hubungan kedua negara sejak sistem komunisme dipulihkan di Belarusia pada 1995.
Selain itu, Belarusia memegang posisi strategis bagi Rusia, terutama dalam bisnis energi. Sebab, hampir seluruh jalur pipa gas Rusia menuju Eropa Barat melintasi Belarusia . Belarusia juga menjadi tempat strategis untuk mengawasi dan mengantisipasi pergerakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
tulis komentar anda