Ketika Arab Saudi Setengah-setengah Bantu Israel dalam Perangnya Lawan Iran
Kamis, 18 April 2024 - 07:37 WIB
RIYADH - Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) telah bekerja sama secara luas dengan Amerika Serikat (AS) dengan menyampaikan informasi intelijen yang penting bagi pertahanan udara Israel menghadapi serangan besar-besaran Iran pada Sabtu malam atau Minggu dini hari lalu.
Namun, bantuan duo Arab untuk rezim Zionis itu setengah-setengah karena mereka menolak untuk membuka wilayah udaranya bagi jet tempur Israel dan AS untuk mencegat ratusan drone dan rudal Iran jauh sebelum mencapai negara Yahudi.
Itu diungkap surat kabar Wall Street Journal dalam laporannya. Itu konsisten dengan klaim Riyadh bahwa militernya tidak terlibat dalam menembak jatuh senjata-senjata Teheran yang menyerang Israel—meski tidak mengonfirmasi perihal perannya dalam berbagi informasi intelijen.
Menurut laporan tersebut, Riyadh dan Abu Dhabi telah berusaha untuk tetap netral sehubungan dengan konflik yang berkecamuk di Timur Tengah.
Keseimbangan yang dicapai oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, lanjut laporan tersebut, adalah hasil dari peningkatan hubungan baru-baru ini dengan Iran, yang dikatakan telah dimanfaatkan oleh kedua negara dalam beberapa bulan terakhir ketika mereka berusaha mencegah Teheran mengubah perang Israel-Hamas di Gaza menjadi perang regional habis-habisan.
Ilmuwan politik Uni Emirat Arab, Abdulkhaleq Abdulla, mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Uni Emirat Arab berusaha untuk tidak terlibat dalam konflik langsung apa pun, merasa bahwa negaranya perlu fokus pada kepentingan dan keamanan nasionalnya sendiri, namun akan berusaha menjaga hubungan dengan Israel dan Iran.
“Kami tidak ingin terlibat dalam hal ini,” katanya, seraya menilai negara-negara Teluk juga merasakan hal yang sama, seperti dikutip dari Times of Israel, kamis (18/4/2024).
Langkah duo Arab itu berbeda dengan Yordania. Amman blakblakan bahwa angkatan bersenjatanya mencegat senjata-senjata Iran—yang mereka sebut sebagai “objek terbang”—yang memasuki wilayah udara kerajaan tersebut pada Sabtu malam dengan alasan untuk memastikan keselamatan warga dan wilayah pemukimannya.
Dalam sidangnya pada hari Minggu, kabinet Yordania menegaskan kembali bahwa segala sesuatu yang merupakan ancaman terhadap keamanan kerajaan akan dicegat, baik melalui udara atau darat.
Iran telah melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Israel sebagai tanggapan atas serangan rudal negara pendudukan terhadap Konsulat Iran di Damaskus pada tanggal 1 April yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), termasuk dua jenderal senior.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meyakinkan rekan-rekannya di Partai Likud yang berkuasa bahwa negaranya akan menanggapi serangan Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan bijaksana, dan tidak hanya berdasarkan emosi.
Namun, bantuan duo Arab untuk rezim Zionis itu setengah-setengah karena mereka menolak untuk membuka wilayah udaranya bagi jet tempur Israel dan AS untuk mencegat ratusan drone dan rudal Iran jauh sebelum mencapai negara Yahudi.
Itu diungkap surat kabar Wall Street Journal dalam laporannya. Itu konsisten dengan klaim Riyadh bahwa militernya tidak terlibat dalam menembak jatuh senjata-senjata Teheran yang menyerang Israel—meski tidak mengonfirmasi perihal perannya dalam berbagi informasi intelijen.
Baca Juga
Menurut laporan tersebut, Riyadh dan Abu Dhabi telah berusaha untuk tetap netral sehubungan dengan konflik yang berkecamuk di Timur Tengah.
Keseimbangan yang dicapai oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, lanjut laporan tersebut, adalah hasil dari peningkatan hubungan baru-baru ini dengan Iran, yang dikatakan telah dimanfaatkan oleh kedua negara dalam beberapa bulan terakhir ketika mereka berusaha mencegah Teheran mengubah perang Israel-Hamas di Gaza menjadi perang regional habis-habisan.
Ilmuwan politik Uni Emirat Arab, Abdulkhaleq Abdulla, mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Uni Emirat Arab berusaha untuk tidak terlibat dalam konflik langsung apa pun, merasa bahwa negaranya perlu fokus pada kepentingan dan keamanan nasionalnya sendiri, namun akan berusaha menjaga hubungan dengan Israel dan Iran.
“Kami tidak ingin terlibat dalam hal ini,” katanya, seraya menilai negara-negara Teluk juga merasakan hal yang sama, seperti dikutip dari Times of Israel, kamis (18/4/2024).
Langkah duo Arab itu berbeda dengan Yordania. Amman blakblakan bahwa angkatan bersenjatanya mencegat senjata-senjata Iran—yang mereka sebut sebagai “objek terbang”—yang memasuki wilayah udara kerajaan tersebut pada Sabtu malam dengan alasan untuk memastikan keselamatan warga dan wilayah pemukimannya.
Dalam sidangnya pada hari Minggu, kabinet Yordania menegaskan kembali bahwa segala sesuatu yang merupakan ancaman terhadap keamanan kerajaan akan dicegat, baik melalui udara atau darat.
Iran telah melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Israel sebagai tanggapan atas serangan rudal negara pendudukan terhadap Konsulat Iran di Damaskus pada tanggal 1 April yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), termasuk dua jenderal senior.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meyakinkan rekan-rekannya di Partai Likud yang berkuasa bahwa negaranya akan menanggapi serangan Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan bijaksana, dan tidak hanya berdasarkan emosi.
(mas)
tulis komentar anda