5 Alasan Krisis Kelahiran di Eropa Menjadikan Benua Itu Menuju Abad Kegelapan

Kamis, 04 April 2024 - 17:17 WIB
Krisis kelahiran menghantui Eropa menuju abad kegelapan. Foto/Reuters
LONDON - Kematian Hitam – pandemi penyakit pes yang melanda Eropa dan Asia selama sekitar lima tahun pada pertengahan tahun 1300-an – diyakini secara luas telah mengurangi sepertiga populasi global.

Namun hampir 700 tahun setelah pandemi terkenal ini menjadi fenomena terakhir di seluruh dunia yang mengurangi tingkat populasi global dalam jumlah yang begitu besar, sebuah laporan baru telah memperingatkan mengenai “perubahan sosial yang mengejutkan” yang ditimbulkan oleh anjloknya tingkat kesuburan yang juga dapat menyebabkan jumlah manusia bertambah.

Menurut studi kesuburan global baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal medis internasional, The Lancet, “Kesuburan menurun secara global, dengan tingkat kesuburan di lebih dari separuh negara dan wilayah pada tahun 2021 berada di bawah tingkat penggantian”.

5 Alasan Krisis Kelahiran di Eropa Akan Menjadi Mimpi Buruk

1. Perekonomian Akan Terguncang



Foto/Reuters



Natalia V Bhattacharjee, salah satu penulis utama laporan ini, mengatakan “implikasinya sangat besar” – terutama bagi negara-negara di Eropa Barat, yang saat ini sedang mengalami keresahan besar-besaran terkait tingkat migrasi.

“Tren tingkat kesuburan dan kelahiran hidup di masa depan ini akan sepenuhnya mengubah perekonomian global dan keseimbangan kekuatan internasional serta memerlukan reorganisasi masyarakat,” ujarnya.

Studi tersebut menunjukkan bahwa Eropa Barat, dimana kelompok sayap kanan telah lama menjadikan isu penurunan kesuburan sebagai sebuah cause celebre, menghadapi penurunan angka kelahiran yang sangat tajam dalam beberapa dekade mendatang dan mungkin harus membuka kembali diri terhadap migrasi tanpa hambatan untuk mengatasi masalah tersebut.

Laporan bulan Maret, berjudul, kesuburan global di 204 negara dan wilayah, 1950-2021, dengan perkiraan hingga tahun 2100, (PDF), disusun oleh tim peneliti internasional di Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) Universitas Washington.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More