Ayatollah Khamenei: Perang Gaza Ungkap Ketidakadilan Dunia!
Jum'at, 22 Maret 2024 - 10:56 WIB
TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan perang Israel-Hamas di Jalur Gaza telah mengungkap meluasnya ketidakadilan di dunia.
"Masyarakat beradab hanya diam dan memfasilitasi ketidakadilan ini," kata Khemenai dalam pidato di Teheran untuk memperingati Tahun Baru Iran.
“Dunia yang beradab tidak hanya berdiam diri mengenai Gaza, namun juga mengirimkan senjata ke [Israel],” lanjut dia.
Israel, lanjut Khamenei, terlibat dalam "rawa Gaza" dan tidak bisa menang di sana atau meninggalkan Jalur Gaza.
Menolak klaim Barat bahwa Iran mengendalikan faksi-faksi perlawanan di Palestina."Mereka berfungsi secara independen dan mengambil keputusan sendiri," paparnya.
“Lihatlah faksi perlawanan Hamas dan faksi perlawanan di Irak, Yaman dan Lebanon. Mereka mengungkapkan kemampuan mereka dan membingungkan Amerika,” katanya.
Dia menekankan bahwa Amerika Serikat telah mengambil keputusan terburuk mengenai Gaza. "Yang tidak dapat diterima di level dunia," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak para pemimpin Uni Eropa untuk menunjukkan kepedulian yang sama terhadap warga sipil di Gaza seperti halnya di Ukraina.
Meskipun Uni Eropa telah menyalurkan puluhan miliar euro untuk memukul mundur pasukan Rusia di Ukraina, Uni Eropa kini bersiap untuk secara resmi meminta Israel untuk tidak menyerang kamp pengungsi di Gaza.
“Prinsip dasar hukum humaniter internasional adalah perlindungan warga sipil. Kita harus berpegang pada prinsip-prinsip di Ukraina seperti di Gaza yang tidak memiliki standar ganda,” kata Guterres kepada wartawan menjelang pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa di Brussels pada hari Kamis, seperti dikutip AFP, Jumat (22/3/2024).
Perdana Menteri Irlandia yang akan segera berakhir masa jabatannya, Leo Varadkar, menyinggung standar ganda yang sama dalam komentarnya kepada wartawan.
“Sejujurnya, respons terhadap krisis yang mengerikan di Palestina bukanlah saat terbaik bagi Eropa,” kata Varadkar.
“Saya pikir hal ini telah melemahkan upaya kami untuk membela Ukraina karena begitu banyak negara di kawasan selatan—yang juga dikenal sebagai sebagian besar negara di dunia—menafsirkan tindakan Eropa terkait Ukraina versus Palestina sebagai standar ganda. Saya pikir mereka ada benarnya," paparnya.
"Masyarakat beradab hanya diam dan memfasilitasi ketidakadilan ini," kata Khemenai dalam pidato di Teheran untuk memperingati Tahun Baru Iran.
“Dunia yang beradab tidak hanya berdiam diri mengenai Gaza, namun juga mengirimkan senjata ke [Israel],” lanjut dia.
Israel, lanjut Khamenei, terlibat dalam "rawa Gaza" dan tidak bisa menang di sana atau meninggalkan Jalur Gaza.
Menolak klaim Barat bahwa Iran mengendalikan faksi-faksi perlawanan di Palestina."Mereka berfungsi secara independen dan mengambil keputusan sendiri," paparnya.
“Lihatlah faksi perlawanan Hamas dan faksi perlawanan di Irak, Yaman dan Lebanon. Mereka mengungkapkan kemampuan mereka dan membingungkan Amerika,” katanya.
Dia menekankan bahwa Amerika Serikat telah mengambil keputusan terburuk mengenai Gaza. "Yang tidak dapat diterima di level dunia," ujarnya.
Standar Ganda Ukraina dan Gaza
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak para pemimpin Uni Eropa untuk menunjukkan kepedulian yang sama terhadap warga sipil di Gaza seperti halnya di Ukraina.
Meskipun Uni Eropa telah menyalurkan puluhan miliar euro untuk memukul mundur pasukan Rusia di Ukraina, Uni Eropa kini bersiap untuk secara resmi meminta Israel untuk tidak menyerang kamp pengungsi di Gaza.
“Prinsip dasar hukum humaniter internasional adalah perlindungan warga sipil. Kita harus berpegang pada prinsip-prinsip di Ukraina seperti di Gaza yang tidak memiliki standar ganda,” kata Guterres kepada wartawan menjelang pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa di Brussels pada hari Kamis, seperti dikutip AFP, Jumat (22/3/2024).
Perdana Menteri Irlandia yang akan segera berakhir masa jabatannya, Leo Varadkar, menyinggung standar ganda yang sama dalam komentarnya kepada wartawan.
“Sejujurnya, respons terhadap krisis yang mengerikan di Palestina bukanlah saat terbaik bagi Eropa,” kata Varadkar.
“Saya pikir hal ini telah melemahkan upaya kami untuk membela Ukraina karena begitu banyak negara di kawasan selatan—yang juga dikenal sebagai sebagian besar negara di dunia—menafsirkan tindakan Eropa terkait Ukraina versus Palestina sebagai standar ganda. Saya pikir mereka ada benarnya," paparnya.
(mas)
tulis komentar anda