Bagaimana Kondisi Gaza saat Bulan Ramadan? Dimulai dengan Kelaparan Parah
Rabu, 13 Maret 2024 - 13:01 WIB
Tak hanya itu, jumlah korban agresi Israel telah meningkat menjadi 31.112 kematian dan 72.760 luka-luka sejak saat itu.
Tercatat pula 72% korban agresi Israel adalah anak-anak dan perempuan. Selama perang yang telah berjalan lima bulan ini sebagian besar wilayah Gaza telah hancur.
Keluarga di Gaza biasanya berbuka puasa setiap hari pada bulan puasa ini. Namun makanan yang tersedia sangat langka dan harganya terlalu mahal bagi banyak orang. Kondisi ini membuat banyak orang kesulitan membeli.
Dilansir dari Africa News, dalam rapat kabinet pekanan, Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh mengatakan, “Bulan Ramadan datang tahun ini, sementara rakyat kami di Jalur Gaza kelaparan dan mengalami pendarahan akibat kejahatan genosida yang terus berlanjut."
"Kami menantikan intervensi dari Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikan kejahatan-kejahatan yang mengerikan ini, dan kami memohon kepada Tuhan untuk menjadikan hari-hari di bulan suci ini sebagai hari-hari di mana kejahatan-kejahatan ini berhenti dan aliran darah berhenti mengalir, dan menjadi hari yang cocok untuk menyelamatkan orang-orang yang lapar dan sakit dari bahaya yang mematikan" papar dia.
Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel mengatakan kondisi kelaparan di Gaza adalah akibat dari kebijakan Israel.
“Menurut Mahkamah Internasional, kelaparan dianggap sebagai kejahatan perang. Israel harus segera menghentikan segala bentuk pembantaian di Jalur Gaza dan berhenti membatasi bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa. Ini adalah noda moral yang akan tetap ada pada kita selama beberapa generasi,” ungkap kelompok tersebut.
Dikutip dari The Israel Times, Israel meningkatkan pasukan dan langkah-langkah keamanan di Yerusalem pada menjelang bulan suci Ramadan.
Para pejabat keamanan Israel khawatir kemarahan umat Islam atas perang Gaza dapat meningkat selama bulan Ramadan.
Tercatat pula 72% korban agresi Israel adalah anak-anak dan perempuan. Selama perang yang telah berjalan lima bulan ini sebagian besar wilayah Gaza telah hancur.
Keluarga di Gaza biasanya berbuka puasa setiap hari pada bulan puasa ini. Namun makanan yang tersedia sangat langka dan harganya terlalu mahal bagi banyak orang. Kondisi ini membuat banyak orang kesulitan membeli.
Dilansir dari Africa News, dalam rapat kabinet pekanan, Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh mengatakan, “Bulan Ramadan datang tahun ini, sementara rakyat kami di Jalur Gaza kelaparan dan mengalami pendarahan akibat kejahatan genosida yang terus berlanjut."
"Kami menantikan intervensi dari Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikan kejahatan-kejahatan yang mengerikan ini, dan kami memohon kepada Tuhan untuk menjadikan hari-hari di bulan suci ini sebagai hari-hari di mana kejahatan-kejahatan ini berhenti dan aliran darah berhenti mengalir, dan menjadi hari yang cocok untuk menyelamatkan orang-orang yang lapar dan sakit dari bahaya yang mematikan" papar dia.
Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel mengatakan kondisi kelaparan di Gaza adalah akibat dari kebijakan Israel.
“Menurut Mahkamah Internasional, kelaparan dianggap sebagai kejahatan perang. Israel harus segera menghentikan segala bentuk pembantaian di Jalur Gaza dan berhenti membatasi bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa. Ini adalah noda moral yang akan tetap ada pada kita selama beberapa generasi,” ungkap kelompok tersebut.
Israel Tingkatkan Pasukan Keamanan
Dikutip dari The Israel Times, Israel meningkatkan pasukan dan langkah-langkah keamanan di Yerusalem pada menjelang bulan suci Ramadan.
Para pejabat keamanan Israel khawatir kemarahan umat Islam atas perang Gaza dapat meningkat selama bulan Ramadan.
tulis komentar anda