Pasukan Israel Serang Jemaah Salat Tarawih di Masjid Al-Aqsa
Selasa, 12 Maret 2024 - 15:01 WIB
YERUSALEM - Pasukan Israel memukuli dan mencegah jemaah Muslim memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada malam pertama bulan suci Ramadan.
Dalam rekaman video yang dibagikan secara online, petugas polisi bersenjata Israel terlihat memukuli warga Palestina di jalan-jalan Kota Tua, saat mereka sedang berjalan menuju tempat suci untuk menghadiri salat tarawih.
Sholat khusus ini dilakukan setiap malam di bulan suci Ramadan, dan biasanya menarik puluhan ribu umat Islam yang salat berjamaah.
Menurut media lokal, tentara Israel mendirikan beberapa pos pemeriksaan di sekitar Kota Tua di Yerusalem Timur yang diduduki, memblokir jalan dan menghalangi orang mencapai lokasi tersebut.
Saksi mata mengatakan polisi Israel hanya mengizinkan beberapa pria dan wanita berusia di atas 40 tahun untuk memasuki lokasi tersebut.
Pemerintah Israel telah mengeluarkan pernyataan pada tanggal 5 Maret yang mengatakan mereka tidak akan membatasi jemaah Palestina selama Ramadan.
Saksi mata mengatakan, pasukan Israel menghentikan dan memeriksa tas pemuda dan pemudi di gang-gang Kota Tua.
Seorang wanita mengatakan kepada media lokal bahwa, “Jumlah warga Palestina yang dilarang memasuki Al-Aqsa lebih banyak daripada jumlah jamaah yang bisa masuk dan melaksanakan salat tarawih.”
“Pasukan pendudukan bahkan mencegah pertemuan warga Palestina atau salat di daerah sekitarnya,” ujar dia, mengacu pada pasukan keamanan Israel.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan pada Senin bahwa pembatasan yang diberlakukan Israel terhadap akses jemaah Muslim ke al-Aqsa mendorong situasi menuju “ledakan”.
Dalam pernyataannya, Safadi mengatakan negaranya menolak langkah Israel yang membatasi akses ke tempat suci tersebut selama Ramadan, dengan alasan kebutuhan keamanan di tengah perang yang berkecamuk di Gaza.
Dia menambahkan Yordania memiliki pandangan yang sama dengan Palestina bahwa pembatasan tersebut merupakan serangan terhadap kebebasan beribadah.
Pencegahan jemaah memasuki Masjid Al-Aqsa terjadi pada saat yang sama ketika warga Palestina di Gaza terpaksa melaksanakan salat di luar ruangan di tengah reruntuhan, setelah pemboman Israel selama lebih dari lima bulan dan kehancuran total hampir semua masjid di Gaza.
Warga Palestina di Gaza mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mereka khawatir dengan bulan suci ini, karena lebih dari 31.000 warga Palestina telah terbunuh di Jalur Gaza sejak bulan Oktober, sementara 70.000 orang lainnya terluka.
PBB juga telah mengumumkan 80% wilayah Jalur Gaza kini tidak dapat dihuni, sementara kelaparan yang meluas telah mencengkeram sebagian besar wilayah Gaza. Sebanyak 27 orang tewas akibat kelaparan sejak dimulainya perang.
“Kita sekarang hidup dalam kondisi yang lebih buruk daripada Nakba,” ujar Diab al-Zaza kepada Middle East Eye, mengacu pada periode ketika warga Palestina dibunuh atau diusir dari rumah mereka ketika negara kolonial Israel berdiri.
“Pada masa Nakba jumlah orangnya lebih sedikit dan negaranya terbuka, tapi sekarang kami dikepung dari semua sisi,” papar dia.
Dalam rekaman video yang dibagikan secara online, petugas polisi bersenjata Israel terlihat memukuli warga Palestina di jalan-jalan Kota Tua, saat mereka sedang berjalan menuju tempat suci untuk menghadiri salat tarawih.
Sholat khusus ini dilakukan setiap malam di bulan suci Ramadan, dan biasanya menarik puluhan ribu umat Islam yang salat berjamaah.
Menurut media lokal, tentara Israel mendirikan beberapa pos pemeriksaan di sekitar Kota Tua di Yerusalem Timur yang diduduki, memblokir jalan dan menghalangi orang mencapai lokasi tersebut.
Saksi mata mengatakan polisi Israel hanya mengizinkan beberapa pria dan wanita berusia di atas 40 tahun untuk memasuki lokasi tersebut.
Pemerintah Israel telah mengeluarkan pernyataan pada tanggal 5 Maret yang mengatakan mereka tidak akan membatasi jemaah Palestina selama Ramadan.
Saksi mata mengatakan, pasukan Israel menghentikan dan memeriksa tas pemuda dan pemudi di gang-gang Kota Tua.
Seorang wanita mengatakan kepada media lokal bahwa, “Jumlah warga Palestina yang dilarang memasuki Al-Aqsa lebih banyak daripada jumlah jamaah yang bisa masuk dan melaksanakan salat tarawih.”
“Pasukan pendudukan bahkan mencegah pertemuan warga Palestina atau salat di daerah sekitarnya,” ujar dia, mengacu pada pasukan keamanan Israel.
Serangan pada Kebebasan Beribadah
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan pada Senin bahwa pembatasan yang diberlakukan Israel terhadap akses jemaah Muslim ke al-Aqsa mendorong situasi menuju “ledakan”.
Dalam pernyataannya, Safadi mengatakan negaranya menolak langkah Israel yang membatasi akses ke tempat suci tersebut selama Ramadan, dengan alasan kebutuhan keamanan di tengah perang yang berkecamuk di Gaza.
Dia menambahkan Yordania memiliki pandangan yang sama dengan Palestina bahwa pembatasan tersebut merupakan serangan terhadap kebebasan beribadah.
Pencegahan jemaah memasuki Masjid Al-Aqsa terjadi pada saat yang sama ketika warga Palestina di Gaza terpaksa melaksanakan salat di luar ruangan di tengah reruntuhan, setelah pemboman Israel selama lebih dari lima bulan dan kehancuran total hampir semua masjid di Gaza.
Warga Palestina di Gaza mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mereka khawatir dengan bulan suci ini, karena lebih dari 31.000 warga Palestina telah terbunuh di Jalur Gaza sejak bulan Oktober, sementara 70.000 orang lainnya terluka.
PBB juga telah mengumumkan 80% wilayah Jalur Gaza kini tidak dapat dihuni, sementara kelaparan yang meluas telah mencengkeram sebagian besar wilayah Gaza. Sebanyak 27 orang tewas akibat kelaparan sejak dimulainya perang.
“Kita sekarang hidup dalam kondisi yang lebih buruk daripada Nakba,” ujar Diab al-Zaza kepada Middle East Eye, mengacu pada periode ketika warga Palestina dibunuh atau diusir dari rumah mereka ketika negara kolonial Israel berdiri.
“Pada masa Nakba jumlah orangnya lebih sedikit dan negaranya terbuka, tapi sekarang kami dikepung dari semua sisi,” papar dia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda