Barat Gagal Kalahkan Rusia, Pendiri Blackwater Serukan Perdamaian di Ukraina
Minggu, 03 Maret 2024 - 12:10 WIB
WASHINGTON - Seorang pendiri kelompok tentara bayaran Amerika Serikat (AS) Blackwater menyerukan perdamaian di Ukraina. Alasannya, negara-negara Barat talah gagal mengalahkan Rusia dan penderitaan justru semakin dirasakan Kyiv.
Pendiri Blackwater, Erik Prince, mengatakan negara-negara Barat harus menghentikan konflik di Ukraina sesegera mungkin karena mereka tidak akan mampu mengungguli industri pertahanan Moskow.
Berbicara kepada podcast PBD, Prince, yang menjadi pendiri dan CEO Blackwater hingga 2009 dan sekarang mengepalai Frontier Resource Group—sebuah dana ekuitas swasta—, menyatakan keraguannya tentang apakah Kyiv dan pendukung Baratnya dapat menang menang melawan Rusia yang sudah memasuki tahun ketiga.
“Kita perlu mengakhiri perang ini karena yang dilakukan Ukraina saat ini hanyalah menghancurkan dirinya sendiri secara demografis,” katanya, seperti dikutip dari RT, Minggu (3/3/2024).
Dia mengatakan permusuhan ini menghabiskan generasi berikutnya dari personel Ukraina, yang hampir mustahil untuk digantikan.
“Pangkalan pertahanan Barat menyedihkan dan Anda tidak akan bisa mengalahkan perang konvensional yang dijalani Rusia,” ujar Prince.
Menurut mantan anggota pasukan khusus Navy SEAL tersebut, dalam hal ini, “perdamaian yang buruk” dan penghentian permusuhan akan menjadi pilihan yang lebih baik bagi Kyiv dan para pendukungnya di Barat daripada apa pun gagasan mereka tentang perang yang ideal.
"Biarkan mereka [Rusia] pertahankan Crimea, Donetsk, Luhansk. Apa pun," katanya.
Dia lantas menyoroti korupsi di Ukraina ketika bantuan militer Barat mengalir ke Kyiv.
“Bukan kewajiban pembayar pajak Amerika untuk membelanjakan ratusan miliar lagi di Ukraina ketika terjadi korupsi yang signifikan," paparnya.
Sementara itu, CEO Tesla dan Space X Elon Musk sependapat dengan Prince. Mengomentari kutipan pendiri Blackwater, yang dikutip oleh investor Amerika David Sacks, dia menulis di X: “Sayangnya, hal itu benar.”
Rusia menyatakan pihaknya terbuka untuk melakukan pembicaraan mengenai Ukraina; namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menandatangani dekrit yang melarang pembicaraan dengan pemimpin saat ini di Moskow setelah empat wilayah Ukraina melakukan referendum dan bergabung dengan Rusia.
Kyiv tidak mengakui referendum tersebut dan menganggapnya sebagai aneksasi ilegal oleh Moskow.
Pendiri Blackwater, Erik Prince, mengatakan negara-negara Barat harus menghentikan konflik di Ukraina sesegera mungkin karena mereka tidak akan mampu mengungguli industri pertahanan Moskow.
Berbicara kepada podcast PBD, Prince, yang menjadi pendiri dan CEO Blackwater hingga 2009 dan sekarang mengepalai Frontier Resource Group—sebuah dana ekuitas swasta—, menyatakan keraguannya tentang apakah Kyiv dan pendukung Baratnya dapat menang menang melawan Rusia yang sudah memasuki tahun ketiga.
“Kita perlu mengakhiri perang ini karena yang dilakukan Ukraina saat ini hanyalah menghancurkan dirinya sendiri secara demografis,” katanya, seperti dikutip dari RT, Minggu (3/3/2024).
Dia mengatakan permusuhan ini menghabiskan generasi berikutnya dari personel Ukraina, yang hampir mustahil untuk digantikan.
“Pangkalan pertahanan Barat menyedihkan dan Anda tidak akan bisa mengalahkan perang konvensional yang dijalani Rusia,” ujar Prince.
Menurut mantan anggota pasukan khusus Navy SEAL tersebut, dalam hal ini, “perdamaian yang buruk” dan penghentian permusuhan akan menjadi pilihan yang lebih baik bagi Kyiv dan para pendukungnya di Barat daripada apa pun gagasan mereka tentang perang yang ideal.
"Biarkan mereka [Rusia] pertahankan Crimea, Donetsk, Luhansk. Apa pun," katanya.
Dia lantas menyoroti korupsi di Ukraina ketika bantuan militer Barat mengalir ke Kyiv.
“Bukan kewajiban pembayar pajak Amerika untuk membelanjakan ratusan miliar lagi di Ukraina ketika terjadi korupsi yang signifikan," paparnya.
Sementara itu, CEO Tesla dan Space X Elon Musk sependapat dengan Prince. Mengomentari kutipan pendiri Blackwater, yang dikutip oleh investor Amerika David Sacks, dia menulis di X: “Sayangnya, hal itu benar.”
Rusia menyatakan pihaknya terbuka untuk melakukan pembicaraan mengenai Ukraina; namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menandatangani dekrit yang melarang pembicaraan dengan pemimpin saat ini di Moskow setelah empat wilayah Ukraina melakukan referendum dan bergabung dengan Rusia.
Kyiv tidak mengakui referendum tersebut dan menganggapnya sebagai aneksasi ilegal oleh Moskow.
(mas)
tulis komentar anda