Israel Disebut Bakal Biarkan Panglima Militer Hamas Mohammed Deif Pergi ke Arab Saudi
Kamis, 01 Februari 2024 - 07:33 WIB
TEL AVIV - Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan telah melontarkan gagasan untuk mengasingkan para petinggi Hamas, termasuk Mohammed Deif, ke negara-negara Timur Tengah lainnya termasuk Arab Saudi.
Laporan tersebut, yang diterbitkan Semafor pada Rabu (31/1/2024), mengatakan opsi itu akan diambil untuk membantu mengakhiri perang di Gaza dan membuka jalan bagi otoritas pemerintahan baru di wilayah kantong Palestina.
Laporan itu mengutip sumber-sumber yang mengetahui diskusi antara pejabat Amerika Serikat (AS) dan Israel.
Selain Arab Saudi, negara lain yang menjadi opsi untuk mengasingkan para petinggi Hamas adalah Aljazair dan Qatar.
Proposal tersebut, menurut laporan Semafor, menyerukan untuk membiarkan para pejabat tinggi Hamas di Gaza—termasuk pemimpin politik Yahya Sinwar dan panglima militer Mohammed Deif—pergi dari Gaza.
Deif, panglima militer sayap militer Hamas Brigade al-Qassam, menjadi salah satu tokoh yang paling diburu militer dan intelijen Israel setelah serangan 7 Oktober.
Menurut laporan tersebut, beberapa pejabat Israel melihat rencana itu sebagai cara untuk membantu membujuk Hamas agar membebaskan para sandera yang tersisa di Gaza, meletakkan senjata dan menyerahkan pemerintahan wilayah kantong Palestina kepada kepemimpinan baru.
Perjanjian damai seperti itu mungkin akan mempercepat kesepakatan yang ditengahi AS bagi Arab Saudi untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Laporan tersebut, yang diterbitkan Semafor pada Rabu (31/1/2024), mengatakan opsi itu akan diambil untuk membantu mengakhiri perang di Gaza dan membuka jalan bagi otoritas pemerintahan baru di wilayah kantong Palestina.
Laporan itu mengutip sumber-sumber yang mengetahui diskusi antara pejabat Amerika Serikat (AS) dan Israel.
Selain Arab Saudi, negara lain yang menjadi opsi untuk mengasingkan para petinggi Hamas adalah Aljazair dan Qatar.
Baca Juga
Proposal tersebut, menurut laporan Semafor, menyerukan untuk membiarkan para pejabat tinggi Hamas di Gaza—termasuk pemimpin politik Yahya Sinwar dan panglima militer Mohammed Deif—pergi dari Gaza.
Deif, panglima militer sayap militer Hamas Brigade al-Qassam, menjadi salah satu tokoh yang paling diburu militer dan intelijen Israel setelah serangan 7 Oktober.
Menurut laporan tersebut, beberapa pejabat Israel melihat rencana itu sebagai cara untuk membantu membujuk Hamas agar membebaskan para sandera yang tersisa di Gaza, meletakkan senjata dan menyerahkan pemerintahan wilayah kantong Palestina kepada kepemimpinan baru.
Perjanjian damai seperti itu mungkin akan mempercepat kesepakatan yang ditengahi AS bagi Arab Saudi untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
tulis komentar anda