Bagaimana Strategi AS jika Perang China dan Taiwan Pecah?

Rabu, 31 Januari 2024 - 23:23 WIB
AS sudah menyiapkan strategi jika China menginvasi Taiwan. Foto/Reuters
WASHINGTON - Ketika pasukan AS dan Australia melakukan pendaratan amfibi, pertempuran darat, dan operasi udara musim panas lalu. Aksi itu menjadi perhatian karena sekutu yang memperdalam kerja sama pertahanan untuk melawan ambisi militer China yang semakin meningkat.

Itu tidak lagi karena dukungan AS untuk Taiwan menjadi isu utama yang menjadi perhatian banyak pihak. Apalagi, jaminan dukungan militer AS kepada Taiwan menjadi hal yang mengkhawatirkan jika China menginvasi Taiwan.

Bagaimana Strategi AS saat Perang China dan Taiwan Pecah?

1. Fokus pada Perang Logistik



Foto/Reuters

Bagi para perencana perang AS yang bersiap menghadapi potensi konflik terkait Taiwan, latihan Talisman Sabre yang terkenal ini memiliki nilai yang jauh lebih tersembunyi: Latihan ini membantu menciptakan timbunan baru peralatan militer yang tertinggal di Australia setelah latihan tersebut berakhir pada bulan Agustus.

AS dan sekutunya semakin khawatir bahwa di tahun-tahun mendatang Presiden China Xi Jinping akan memerintahkan militernya untuk merebut Taiwan, pulau yang diperintah secara demokratis dan dianggap sebagai wilayahnya oleh China. Oleh karena itu, militer AS sangat memperhatikan kesiapan militernya dan berusaha mengejar ketertinggalan di bidang penting: jaringan logistiknya.



Peralatan dari Talisman Sabre mencakup sekitar 330 kendaraan dan trailer serta 130 kontainer di gudang di Bandiana, di tenggara Australia.

Jumlah peralatan tersebut, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, cukup untuk memasok sekitar tiga perusahaan logistik, dengan sebanyak 500 tentara atau lebih, yang fokus untuk memastikan pasokan sampai ke para prajurit.

Ini adalah jenis material yang dibutuhkan untuk latihan di masa depan, bencana alam, atau perang.

“Kami ingin melakukan hal ini lebih banyak lagi,” kata Jenderal Angkatan Darat Charles Flynn, komandan tertinggi Angkatan Darat di Pasifik, kepada Reuters.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More