Penembak Jitu Israel Eksekusi 2 Anak Palestina yang Pegang Bendera Putih

Jum'at, 26 Januari 2024 - 21:01 WIB
Dua bersaudara Palestina tewas ditembak sniper Israel di Khan Younis, Jalur Gaza. Foto/@muhammadshehad2/X
JALUR GAZA - Tentara Israel mengeksekusi seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, Nahed Barbakh, di Khan Younis ketika dia keluar rumah dengan membawa bendera putih.

Saudaranya Ramiz (20) bergegas menyelamatkannya dan juga ditembak mati oleh pasukan Israel.

Ini menandai salah satu dari beberapa tragedi serupa di mana Israel banyak membunuh warga sipil Palestina yang memegang bendera putih.



Tindakan tentara kolonial Zionis itu merupakan kejahatan perang menurut hukum internasional.

Sementara itu, Rumah Sakit Nasser, fasilitas medis utama di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, telah kehabisan makanan, obat bius, dan obat penghilang rasa sakit sebagai akibat dari pengepungan Israel yang dilakukan pada hari kelima, menurut juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.

“Ada 150 tenaga kesehatan, 350 pasien, dan ratusan keluarga pengungsi di Kompleks Medis Nasser dalam kondisi bencana kelaparan, penargetan, dan kurangnya pengobatan,” ungkap Dr Ashraf al-Qudra.

“Rumah Sakit Nasser hanya berfungsi dengan 10% personelnya dan kondisinya tidak manusiawi,” papar Kementerian Kesehatan Palestina pada Kamis.

Di sisi lain, mulai muncul kelompok penentang perang di Israel. Memang masih terlalu dini untuk mengatakan apakah hilangnya 21 tentara Israel dalam satu hari di kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah akan menjadi momen penting dalam perang di Gaza.



Tentu saja ada presedennya. Salah satunya adalah hilangnya 73 tentara ketika dua helikopter bertabrakan di Galilea Utara pada tahun 1997. Hal itulah yang menjadi titik awal gerakan protes yang berujung pada penarikan diri Israel dari Lebanon tiga tahun kemudian.

Namun hilangnya banyak tentara Israel di Maghazi yang sebagian besar merupakan tentara cadangan tentu saja dapat menambah kelelahan perang yang dirasakan masyarakat Israel.

Warga Israel juga semakin tidak dapat memahami apa yang dicapai oleh perang brutal rezim kolonial itu di Gaza.

Meskipun mayoritas penduduk tetap mendukung perang, mereka tidak mempercayai klaim tentara bahwa 17 dari 24 batalyon Hamas telah “runtuh”, bahwa sepertiga pejuang gerakan Palestina telah terbunuh, dan militer Israel menguasai 60% wilayah Palestina di Jalur Gaza.

Para prajurit Israel di Magazi itu sedang memasang bom di rumah-rumah di daerah yang berada di bawah kendali tentara.

Namun serangan tiba-tiba pejuang Palestina membuat para tentara Israel itu tewas seketika.

“Kontrol” yang diklaim Israel di Gaza itu menjadi konsep yang relatif, karena serangan tabrak lari Hamas terbukti dengan sangat jelas benar-benar mematikan.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More