Militer AS Serang 2 Rudal Anti-kapal Houthi di Yaman
Rabu, 24 Januari 2024 - 11:17 WIB
“Tanpa tujuan politik apa pun, jika Anda terlibat dalam konflik militer, maka Anda akan mati,” ujar dia.
Dia menjelaskan, “Jadi saya tidak melihat (bagaimana) Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya saat ini… akan memperoleh sesuatu yang nyata dari apa yang mereka lakukan.”
Salah satu pembawa acara, Jamarl Thomas, membalas dengan mengatakan tujuan AS “jelas” meskipun mungkin “konyol.”
“Kita ingin menghalangi Houthi yang mencoba menghalangi Israel. Ini seperti rantai pencegahan,” papar Thomas yang kemudian bertanya apakah laporan media bahwa Presiden AS Joe Biden mendorong Israel menuju solusi dua negara mempunyai dampak, atau apakah politik internal Israel mengesampingkan segalanya.
Unal mengungkit invasi dan pendudukan Israel di Lebanon Selatan pada 1982 dan bagaimana Presiden AS saat itu Ronald Reagan menuntut Israel mengubah arah.
“Presiden Reagan pada dasarnya mengangkat telepon dan menelepon perdana menteri Israel dan berkata 'Hentikan ini' dan kemudian mereka melakukannya,” namun kali ini Unal mengatakan, “Tidak mudah bagi pemerintahan Amerika, khususnya Biden, untuk melakukan hal serupa.”
“Israel menghadapi risiko eksistensial terhadap keamanannya dengan menentang solusi dua negara, namun Anda memerlukan kepemimpinan AS yang nyata untuk meyakinkan Israel agar mengambil arah tersebut,” papar Unal.
“Saya tidak begitu yakin pemerintahan Joe Biden adalah yang terbaik. Salah satu yang benar-benar dapat menyelesaikan pekerjaan,” ungkap dia.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkendala oleh gerakan sayap kanan dalam politik Israel yang dia bantu bina, ketika dia membawa peta berjudul “Timur Tengah Baru” ke PBB dan tidak menyertakan wilayah Palestina. Hal ini menyulitkan Perdana Menteri Israel untuk mundur dari Gaza.
“Di satu sisi,” lanjut Unal, “kita melihat masyarakat Israel mulai bosan dengan hal ini.”
Dia menjelaskan, “Jadi saya tidak melihat (bagaimana) Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya saat ini… akan memperoleh sesuatu yang nyata dari apa yang mereka lakukan.”
Salah satu pembawa acara, Jamarl Thomas, membalas dengan mengatakan tujuan AS “jelas” meskipun mungkin “konyol.”
“Kita ingin menghalangi Houthi yang mencoba menghalangi Israel. Ini seperti rantai pencegahan,” papar Thomas yang kemudian bertanya apakah laporan media bahwa Presiden AS Joe Biden mendorong Israel menuju solusi dua negara mempunyai dampak, atau apakah politik internal Israel mengesampingkan segalanya.
Unal mengungkit invasi dan pendudukan Israel di Lebanon Selatan pada 1982 dan bagaimana Presiden AS saat itu Ronald Reagan menuntut Israel mengubah arah.
“Presiden Reagan pada dasarnya mengangkat telepon dan menelepon perdana menteri Israel dan berkata 'Hentikan ini' dan kemudian mereka melakukannya,” namun kali ini Unal mengatakan, “Tidak mudah bagi pemerintahan Amerika, khususnya Biden, untuk melakukan hal serupa.”
“Israel menghadapi risiko eksistensial terhadap keamanannya dengan menentang solusi dua negara, namun Anda memerlukan kepemimpinan AS yang nyata untuk meyakinkan Israel agar mengambil arah tersebut,” papar Unal.
“Saya tidak begitu yakin pemerintahan Joe Biden adalah yang terbaik. Salah satu yang benar-benar dapat menyelesaikan pekerjaan,” ungkap dia.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkendala oleh gerakan sayap kanan dalam politik Israel yang dia bantu bina, ketika dia membawa peta berjudul “Timur Tengah Baru” ke PBB dan tidak menyertakan wilayah Palestina. Hal ini menyulitkan Perdana Menteri Israel untuk mundur dari Gaza.
“Di satu sisi,” lanjut Unal, “kita melihat masyarakat Israel mulai bosan dengan hal ini.”
tulis komentar anda