Israel Hanya Mampu Lenyapkan 20 Persen Pasukan Hamas, Jauh dari Kemenangan

Senin, 22 Januari 2024 - 07:22 WIB
Pasukan Israel hanya mampu melenyapkan 20 hingga 30 persen pasukan Hamas sejak perang pecah di Gaza pada 7 Oktober. Angka ini menunjukkan perang Israel jauh dari kemenangan. Foto/REUTERS
TEL AVIV - Sebuah laporan dari badan intelijen Amerika Serikat (AS) mengungkap bahwa pasukan Israel hanya mampu melenyapkan 20 hingga 30 persen pasukan Hamas sejak perang pecah di Gaza pada 7 Oktober lalu.

Angka itu menunjukkan bahwa perang pasukan Zionis masih jauh dari kemenangan, di mana pemerintah dan militer mereka bertujuan untuk melenyapkan kelompok perlawanan Palestina tersebut dan memulangkan semua sandera.

Laporan tersebut telah dipublikasikan Wall Street Journal (WSJ) pada hari Minggu (21/1/2024).



WSJ, mengutip perkiraan Israel, melaporkan bahwa kekuatan Hamas berjumlah sekitar 30.000 personel sebelum perang. Pekan lalu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengeklaim bahwa 9.000 dari jumlah tersebut telah terbunuh—klaim yang ditepis Hamas, dengan menegaskan bahwa mayoritas korban tewas dalam invasi brutal Zionis adalah warga sipil.



Menurut laporan WSJ, meskipun sebagian besar wilayah Gaza hancur, penilaian baru intelijen Amerika menunjukkan kelompok Hamas masih jauh dari kehancuran.

Taktik Hamas telah berubah sejak awal perang, di mana kelompok tersebut memfokuskan perang gerilya pada kelompok-kelompok kecil dan bersembunyi di balik perangkap yang mereka buat untuk tentara IDF.

Menurut perkiraan AS, Hamas memiliki cukup amunisi dan senjata untuk memungkinkan mereka terus menyerang IDF di Gaza selama berbulan-bulan.

Selain itu, sebuah laporan rahasia AS menunjukkan bukti bahwa dalam upaya untuk memulihkan kendalinya, Hamas sedang membangun kembali pasukan polisi di Kota Gaza.

Lebih lanjut, AS memperkirakan sekitar 10.500 hingga 11.700 milisi Gaza telah terluka dan akan segera siap tempur kembali.

IDF melaporkan jumlah yang sedikit berbeda dan mengeklaim bahwa 16.000 milisi Gaza telah terluka, setengah dari mereka tidak mampu dan tidak dapat kembali berperang.

Para pejabat Israel, lanjut laporan WSJ, mengakui tujuan utama Hamas adalah bertahan hidup, meskipun mereka mengalami kerugian.

Data intelijen Amerika itu muncul di tengah tekanan AS terhadap Israel untuk mengurangi skala operasi di Gaza dan tujuan perang secara keseluruhan, mulai dari menghancurkan kelompok Hamas hingga melenyapkannya sebagai ancaman.

AS juga telah meminta agar IDF mengalihkan tindakannya untuk menargetkan kepemimpinan Hamas.

Perang Israel Gagal Total



Sebelumnya, laporan New York Times (NYT) mengungkap bahwa seluruh tujuan perang Israel di Gaza telah gagal. Laporan ini mengutip pengakuan para komandan militer Zionis yang terkejut dengan fasilitas canggih milik Hamas, jauh di luar perkiraan.

Menurut laporan tersebut, komando tinggi militer Israel telah menimbulkan keraguan mengenai kelayakan target Israel di Gaza, mengingat kemajuan Israel yang terbatas dalam membubarkan Hamas.

“Israel menguasai sebagian kecil wilayah Gaza pada titik perang ini dibandingkan dengan yang direncanakan dalam rencana pertempuran sejak awal invasi, yang ditinjau oleh The New York Times,” bunyi laporan tersebut.

"Lambatnya operasi tersebut menyebabkan beberapa komandan Israel secara pribadi mengungkapkan rasa frustrasi mereka atas strategi pemerintah sipil di Gaza," lanjut laporan NYT.

Laporan tersebut melanjutkan, banyak anggota militer Israel kini mempertimbangkan kemungkinan untuk memprioritaskan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza oleh Hamas dengan tujuan besarnya untuk menghancurkan kelompok perlawanan Palestina.

“Tujuan ganda untuk membebaskan para sandera dan menghancurkan Hamas kini tidak sejalan,” imbuh laporan itu berdasarkan wawancara dengan empat komandan senior militer Israel tanpa bersedia disebutkan namanya.

Pandangan mereka sejalan dengan yang diungkapkan secara terbuka oleh Gadi Eisenkot, mantan kepala staf militer Israel dan anggota kabinet perang, yang mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Channel 12 bahwa pembebasan para tawanan tidak dapat dilakukan melalui operasi militer.

“Bagi saya, tidak ada dilema. Misinya adalah menyelamatkan warga sipil, sebelum membunuh musuh,” kata Eisenkot. Menurut tiga komandan yang diwawancarai oleh NYT, jalur diplomatik akan menjadi cara tercepat untuk memulangkan warga Israel.

"Mereka menambahkan bahwa infrastruktur Hamas lebih canggih daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh para perwira intelijen Israel," imbuh laporan NYT.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More