Timur Tengah Makin Memanas: Hujan Rudal Terjang Suriah, Lebanon, Irak, Yaman
Minggu, 21 Januari 2024 - 08:33 WIB
Hamas adalah bagian dari "Poros Perlawanan" Iran, sebuah aliansi regional yang juga mencakup Hizbullah Lebanon, pemerintahan Presiden Bashar al-Assad di Suriah, kelompok milisi Syiah di Irak, dan Houthi yang menguasai sebagian besar Yaman.
Di tengah meningkatnya ketegangan regional, Presiden Iran Ebrahim Raisi berjanji akan menghukum Israel atas serangannya di Suriah, dan menyebutnya sebagai “kejahatan” yang tidak akan dibiarkan begitu saja. Pernyataan Raisi disiarkan IRIB, yang dikutip Reuters, Minggu (21/1/2024).
Pengeboman intensif Israel terhadap Gaza sejak 7 Oktober, yang menurut otoritas kesehatan di daerah kantong yang dikelola Hamas telah menewaskan hampir 25.000 warga Palestina, dengan cepat memicu bentrokan perbatasan antara Israel dan Hizbullah Lebanon.
Selama tiga bulan terakhir, Israel juga berulang kali menyerang sasaran-sasaran Iran di Suriah, sementara kelompok-kelompok yang didukung Iran di Suriah dan Irak telah menembaki sasaran-sasaran AS di negara-negara tersebut.
Selain Gaza, lokasi konflik dengan dampak internasional terbesar adalah Laut Merah, tempat Houthi berulang kali menargetkan kapal-kapal yang mereka katakan menuju atau terkait dengan Israel. Beberapa perusahaan kapal menghindari jalur perairan utama ini, sehingga memberikan pukulan terhadap perdagangan global.
Serangan Amerika dan Inggris selama seminggu terakhir telah menargetkan pasukan Houthi di Yaman.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyatakan keprihatinannya bahwa ketegangan di Laut Merah akibat serangan Houthi dan serangan balik AS dapat menjadi tidak terkendali di Timur Tengah.
“Maksud saya, tentu saja kami sangat khawatir,” kata Pangeran Faisal kepada Fareed Zakaria dari CNN dalam wawancara yang akan ditayangkan pada hari Minggu.
“Kita berada dalam masa yang sangat sulit dan berbahaya di kawasan ini, dan itulah sebabnya kami menyerukan deeskalasi.”
Sumber-sumber regional dan Teheran mengatakan Iran dan Hizbullah memiliki personel di Yaman yang membantu melakukan serangan langsung terhadap kapal-kapal, meskipun Houthi membantahnya.
Di tengah meningkatnya ketegangan regional, Presiden Iran Ebrahim Raisi berjanji akan menghukum Israel atas serangannya di Suriah, dan menyebutnya sebagai “kejahatan” yang tidak akan dibiarkan begitu saja. Pernyataan Raisi disiarkan IRIB, yang dikutip Reuters, Minggu (21/1/2024).
Pengeboman intensif Israel terhadap Gaza sejak 7 Oktober, yang menurut otoritas kesehatan di daerah kantong yang dikelola Hamas telah menewaskan hampir 25.000 warga Palestina, dengan cepat memicu bentrokan perbatasan antara Israel dan Hizbullah Lebanon.
Selama tiga bulan terakhir, Israel juga berulang kali menyerang sasaran-sasaran Iran di Suriah, sementara kelompok-kelompok yang didukung Iran di Suriah dan Irak telah menembaki sasaran-sasaran AS di negara-negara tersebut.
Selain Gaza, lokasi konflik dengan dampak internasional terbesar adalah Laut Merah, tempat Houthi berulang kali menargetkan kapal-kapal yang mereka katakan menuju atau terkait dengan Israel. Beberapa perusahaan kapal menghindari jalur perairan utama ini, sehingga memberikan pukulan terhadap perdagangan global.
Serangan Amerika dan Inggris selama seminggu terakhir telah menargetkan pasukan Houthi di Yaman.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyatakan keprihatinannya bahwa ketegangan di Laut Merah akibat serangan Houthi dan serangan balik AS dapat menjadi tidak terkendali di Timur Tengah.
“Maksud saya, tentu saja kami sangat khawatir,” kata Pangeran Faisal kepada Fareed Zakaria dari CNN dalam wawancara yang akan ditayangkan pada hari Minggu.
“Kita berada dalam masa yang sangat sulit dan berbahaya di kawasan ini, dan itulah sebabnya kami menyerukan deeskalasi.”
Sumber-sumber regional dan Teheran mengatakan Iran dan Hizbullah memiliki personel di Yaman yang membantu melakukan serangan langsung terhadap kapal-kapal, meskipun Houthi membantahnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda