Presiden Israel Sebut Normalisasi dengan Arab Saudi Jadi Kunci untuk Akhiri Perang
Jum'at, 19 Januari 2024 - 06:53 WIB
DAVOS - Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan normalisasi hubungan negaranya dengan Kerajaan Arab Saudi akan menjadi elemen kunci untuk mengakhiri perang.
“Israel kehilangan kepercayaan terhadap proses perdamaian, karena mereka melihat teror diagung-agungkan oleh tetangga kita,” kata Herzog saat berpidato di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada Kamis.
“Jika Anda bertanya kepada rata-rata orang Israel saat ini tentang kondisi mental mereka, tidak ada orang waras yang mau memikirkan apa yang akan menjadi solusi dari perjanjian perdamaian,” ujarnya, seperti dikutip dari The Times of Israel, Jumat (19/1/2024).
“Penghancuran Hamas akan memungkinkan masa depan yang lebih baik bagi warga Palestina yang merupakan tetangga kita,” paparnya.
Pembicaraan damai yang disponsori Amerika Serikat (AS) antara Palestina dan Israel gagal pada tahun 2014 karena penolakan Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman di Tepi Barat—wilayah Palestina yang diduduki.
Beberapa laporan media telah bermunculan mengenai kemungkinan normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi sebelum pecahnya perang Gaza pada 7 Oktober.
Sebelumnya, pada forum yang sama di Davos, Menteri Luar Negeri arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan Israel tidak dapat menikmati perdamaian tanpa pembentukan Negara Palestina.
Menurutnya, Riyadh akan mengakui Negara Israel jika kesepakatan komprehensif tercapai, yang mencakup berdirinya Negara Palestina yang merdeka.
“Kami setuju bahwa perdamaian regional mencakup perdamaian bagi Israel, namun hal itu hanya dapat terjadi melalui perdamaian bagi Palestina, melalui [pendirian] Negara Palestina,” kata Pangeran Faisal.
Ketika ditanya apakah Kerajaan Arab Saudi akan mengakui Negara Israel sebagai bagian dari perjanjian politik yang lebih luas tersebut, dia menjawab: “Tentu saja.”
Pangeran Faisal mengatakan menjaga perdamaian regional melalui pembentukan Negara Palestina adalah sesuatu yang telah dikerjakan Kerajaan Arab Saudi bersama pemerintah Amerika Serikat. "Dan ini lebih relevan dalam konteks Gaza," ujarnya.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas, yang menurut Tel Aviv menewaskan sekitar 1.200 orang.
Namun, sejak saat itu, surat kabar Haaretz mengungkap bahwa helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim oleh Israel telah dibunuh oleh kelompok Perlawanan Palestina.
Setidaknya 24.620 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 61.830 lainnya terluka akibat invasi brutal Israel di Gaza.
Serangan Israel juga telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur.
“Israel kehilangan kepercayaan terhadap proses perdamaian, karena mereka melihat teror diagung-agungkan oleh tetangga kita,” kata Herzog saat berpidato di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada Kamis.
“Jika Anda bertanya kepada rata-rata orang Israel saat ini tentang kondisi mental mereka, tidak ada orang waras yang mau memikirkan apa yang akan menjadi solusi dari perjanjian perdamaian,” ujarnya, seperti dikutip dari The Times of Israel, Jumat (19/1/2024).
“Penghancuran Hamas akan memungkinkan masa depan yang lebih baik bagi warga Palestina yang merupakan tetangga kita,” paparnya.
Pembicaraan damai yang disponsori Amerika Serikat (AS) antara Palestina dan Israel gagal pada tahun 2014 karena penolakan Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman di Tepi Barat—wilayah Palestina yang diduduki.
Beberapa laporan media telah bermunculan mengenai kemungkinan normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi sebelum pecahnya perang Gaza pada 7 Oktober.
Sebelumnya, pada forum yang sama di Davos, Menteri Luar Negeri arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan Israel tidak dapat menikmati perdamaian tanpa pembentukan Negara Palestina.
Menurutnya, Riyadh akan mengakui Negara Israel jika kesepakatan komprehensif tercapai, yang mencakup berdirinya Negara Palestina yang merdeka.
“Kami setuju bahwa perdamaian regional mencakup perdamaian bagi Israel, namun hal itu hanya dapat terjadi melalui perdamaian bagi Palestina, melalui [pendirian] Negara Palestina,” kata Pangeran Faisal.
Ketika ditanya apakah Kerajaan Arab Saudi akan mengakui Negara Israel sebagai bagian dari perjanjian politik yang lebih luas tersebut, dia menjawab: “Tentu saja.”
Pangeran Faisal mengatakan menjaga perdamaian regional melalui pembentukan Negara Palestina adalah sesuatu yang telah dikerjakan Kerajaan Arab Saudi bersama pemerintah Amerika Serikat. "Dan ini lebih relevan dalam konteks Gaza," ujarnya.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas, yang menurut Tel Aviv menewaskan sekitar 1.200 orang.
Namun, sejak saat itu, surat kabar Haaretz mengungkap bahwa helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim oleh Israel telah dibunuh oleh kelompok Perlawanan Palestina.
Setidaknya 24.620 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 61.830 lainnya terluka akibat invasi brutal Israel di Gaza.
Serangan Israel juga telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur.
(mas)
tulis komentar anda