Houthi: Kapal Perang AS Menembak Secara Histeris, Hampir Hantam Tanker Minyak
Senin, 25 Desember 2023 - 10:47 WIB
TEL AVIV - Kelompok Houthi Yaman mengatakan kapal perang Amerika Serikat (AS) mengumbar tembakan "secara histeris" di Laut Merah dan hampir menghantam kapal tanker minyak Gabon.
Pernyataan itu untuk meluruskan klaim Amerika bahwa milisi Yaman tersebut telah menargetkan sebuah kapal tanker minyak Gabon.
“Sebuah kapal perang Amerika menembak secara histeris selama misi pengintaian pasukan [Houthi] Yaman di Laut Merah,” kata juru bicara Houthi Mohammed Abdul-Salam dalam sebuah pernyataan pada Minggu, yang dilansir Sputnik, Senin (25/12/2023).
"Salah satu rudal hampir mengenai kapal tanker minyak berbendera Gabon yang berangkat dari Rusia," lanjut dia.
“Laut Merah akan menjadi arena yang membara jika AS dan sekutunya terus melakukan penindasan. Negara-negara yang berbatasan dengan Laut Merah harus menyadari realitas bahaya yang mengancam keamanan nasionalnya,” imbuh Abdul-Salam.
Menurutnya, ancaman terhadap navigasi maritim internasional adalah akibat dari militerisasi Laut Merah oleh Amerika dan mitranya, yang datang ke wilayah tersebut tanpa alasan yang sah selain memberikan layanan keamanan bagi kapal Israel.
Pernyataan Houthi bertentangan dengan pengumuman yang dikeluarkan oleh Komando Pusat Amerika Serikat pada Minggu pagi yang menyatakan bahwa Houthi telah meluncurkan dua rudal anti-kapal ke jalur pelayaran Laut Merah pada 23 Desember.
“Antara pukul 15.00 hingga 20.00 malam (waktu Sanaa), USS Laboon (DDG 58) sedang berpatroli di Laut Merah Selatan sebagai bagian dari Operation Prosperity Guardian dan menembak jatuh empat drone udara tak berawak yang berasal dari daerah yang dikuasai Houthi di Yaman yang masuk ke arah USS Laboon. Tidak ada korban luka atau kerusakan dalam kejadian ini," kata Komando Pusat AS.
"Sekitar pukul 20.00 malam (waktu Sanaa) Komando Pusat Angkatan Laut AS menerima laporan dari dua kapal di Laut Merah Selatan bahwa mereka sedang diserang. M/V Blaamanen, sebuah kapal tanker kimia/minyak berbendera Norwegia melaporkan hampir terkena serangan drone serangan satu arah Houthi tanpa ada laporan cedera atau kerusakan. Kapal kedua, M/V Saibaba, sebuah kapal tanker minyak mentah berbendera India milik Gabon, melaporkan bahwa kapal tersebut terkena serangan drone satu arah tanpa ada laporan cedera. USS Laboon menanggapi panggilan darurat dari serangan ini,” imbuh Komando Pusat AS.
Menurut MarineTraffic, Saibaba berlayar di bawah bendera Gabon, bukan India.
Kelompok Houthi mengatakan bahwa mereka dengan sengaja hanya akan menargetkan kargo komersial yang dimiliki atau terkait dengan Israel, atau melakukan perjalanan ke atau dari Israel.
Milisi Yaman itu memulai kampanye pembajakan, serangan rudal dan drone selama sebulan di Laut Merah pada 19 November dengan menyita Galaxy Leader, sebuah kapal pengangkut mobil milik miliarder Israel.
Pada 18 Desember, Amerika Serikat mengumumkan pembentukan koalisi maritim untuk menekan serangan Houthi.
Di tengah laporan bahwa operasi AS mungkin mencakup serangan di Yaman, kelompok Houthi mengancam akan mengubah Laut Merah menjadi “kuburan” koalisi pimpinan AS.
Koalisi pimpinan AS yang baru lahir dilaporkan mengalami beberapa kesulitan, dengan sekutu utama AS; Prancis, Italia, dan Spanyol, yang tampaknya menolak bergabung dengan misi Laut Merah di bawah komando AS.
Sekutu lainnya, termasuk Norwegia, Belanda dan Denmark, membatasi partisipasi mereka hanya pada segelintir pelaut.
Pernyataan itu untuk meluruskan klaim Amerika bahwa milisi Yaman tersebut telah menargetkan sebuah kapal tanker minyak Gabon.
“Sebuah kapal perang Amerika menembak secara histeris selama misi pengintaian pasukan [Houthi] Yaman di Laut Merah,” kata juru bicara Houthi Mohammed Abdul-Salam dalam sebuah pernyataan pada Minggu, yang dilansir Sputnik, Senin (25/12/2023).
"Salah satu rudal hampir mengenai kapal tanker minyak berbendera Gabon yang berangkat dari Rusia," lanjut dia.
“Laut Merah akan menjadi arena yang membara jika AS dan sekutunya terus melakukan penindasan. Negara-negara yang berbatasan dengan Laut Merah harus menyadari realitas bahaya yang mengancam keamanan nasionalnya,” imbuh Abdul-Salam.
Menurutnya, ancaman terhadap navigasi maritim internasional adalah akibat dari militerisasi Laut Merah oleh Amerika dan mitranya, yang datang ke wilayah tersebut tanpa alasan yang sah selain memberikan layanan keamanan bagi kapal Israel.
Pernyataan Houthi bertentangan dengan pengumuman yang dikeluarkan oleh Komando Pusat Amerika Serikat pada Minggu pagi yang menyatakan bahwa Houthi telah meluncurkan dua rudal anti-kapal ke jalur pelayaran Laut Merah pada 23 Desember.
“Antara pukul 15.00 hingga 20.00 malam (waktu Sanaa), USS Laboon (DDG 58) sedang berpatroli di Laut Merah Selatan sebagai bagian dari Operation Prosperity Guardian dan menembak jatuh empat drone udara tak berawak yang berasal dari daerah yang dikuasai Houthi di Yaman yang masuk ke arah USS Laboon. Tidak ada korban luka atau kerusakan dalam kejadian ini," kata Komando Pusat AS.
"Sekitar pukul 20.00 malam (waktu Sanaa) Komando Pusat Angkatan Laut AS menerima laporan dari dua kapal di Laut Merah Selatan bahwa mereka sedang diserang. M/V Blaamanen, sebuah kapal tanker kimia/minyak berbendera Norwegia melaporkan hampir terkena serangan drone serangan satu arah Houthi tanpa ada laporan cedera atau kerusakan. Kapal kedua, M/V Saibaba, sebuah kapal tanker minyak mentah berbendera India milik Gabon, melaporkan bahwa kapal tersebut terkena serangan drone satu arah tanpa ada laporan cedera. USS Laboon menanggapi panggilan darurat dari serangan ini,” imbuh Komando Pusat AS.
Menurut MarineTraffic, Saibaba berlayar di bawah bendera Gabon, bukan India.
Kelompok Houthi mengatakan bahwa mereka dengan sengaja hanya akan menargetkan kargo komersial yang dimiliki atau terkait dengan Israel, atau melakukan perjalanan ke atau dari Israel.
Milisi Yaman itu memulai kampanye pembajakan, serangan rudal dan drone selama sebulan di Laut Merah pada 19 November dengan menyita Galaxy Leader, sebuah kapal pengangkut mobil milik miliarder Israel.
Pada 18 Desember, Amerika Serikat mengumumkan pembentukan koalisi maritim untuk menekan serangan Houthi.
Di tengah laporan bahwa operasi AS mungkin mencakup serangan di Yaman, kelompok Houthi mengancam akan mengubah Laut Merah menjadi “kuburan” koalisi pimpinan AS.
Koalisi pimpinan AS yang baru lahir dilaporkan mengalami beberapa kesulitan, dengan sekutu utama AS; Prancis, Italia, dan Spanyol, yang tampaknya menolak bergabung dengan misi Laut Merah di bawah komando AS.
Sekutu lainnya, termasuk Norwegia, Belanda dan Denmark, membatasi partisipasi mereka hanya pada segelintir pelaut.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda