Abu Ubaidah: Tujuan Israel untuk Melenyapkan Hamas Pasti Gagal
Jum'at, 22 Desember 2023 - 15:14 WIB
GAZA - Abu Ubaidah, juru bicara Brigade Izz ad-Din al-Qassam, mengatakan tujuan Israel untuk melenyapkan Hamas di Gaza pasti gagal.
Brigade al-Qassam adalah sayap militer Hamas. Pernyataan Abu Ubaidah, yang disampaikan dalam rekaman audio pada hari Kamis, muncul setelah perang di Gaza telah berjalan tiga bulan dan militer Israel sejauh ini gagal mencapai tujuan perangnya—melenyapkan Hamas dan membawa pulang seluruh sandera.
"Perang musuh pasti gagal," kata Abu Ubaidah.
"76 hari telah berlalu sejak dimulainya pertempuran Badai al-Aqsa dan agresi teroris Zionis yang biadab terhadap rakyat kami di Jalur Gaza, dan musuh terus melakukan kejahatan perang yang tercatat dalam sejarah kejahatan terhadap kemanusiaan," paparnya.
“Pejuang kami di lapangan masih menghadapi agresi dan melawan musuh kriminal yang gemetar, menimbulkan kerugian besar pada tentara, perwira, mesin, dan melumpuhkan entitas meskipun mereka memiliki persenjataan yang sangat besar."
Dalam pernyataan audio tersebut, Abu Ubaidah juga mengatakan bahwa pembebasan sandera lebih lanjut yang ditawan di Gaza bergantung pada penghentian agresi Israel.
"Baik serangan lanjutan Israel maupun operasi militer langsung tidak akan memulangkan para sandera," katanya.
“Tidak mungkin membebaskan tawanan musuh hidup-hidup kecuali melalui perundingan," lanjut dia, seperti dikutip AFP, Jumat (22/12/2023).
Juru bicara Brigade al-Qassam itu tidak menyebutkan jumlah sisa sandera yang masih ditawan di Gaza.
Namun menurut pihak berwenang Israel, 129 sandera masih ditawan di Gaza.
Abu Ubaidah menegaskan bahwa tidak ada alternatif selain negosiasi, dan memperingatkan bahwa tembakan militer Israel dapat menyebabkan kematian lebih banyak sandera.
Dia kemudian menyampaikan pesan kepada pemimpin Israel:"Menjadi keputusannya...menghindari..menghadapi dan mengakui kebenaran.”
Tak lama setelah pernyataan Abu Ubaidah muncul, Brigade al-Qassam merilis video yang menunjukkan tiga sandera asal Israel, dengan mengeklaim bahwa mereka telah terbunuh dalam serangan militer Zionis Israel.
Perang paling berdarah di Gaza dimulai ketika Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, menyandera sekitar 240 orang dan membunuh sekitar 1.200 orang. Angka itu menurut hitungan militer Zionis—meskipun investigasi surat kabar Haaretz, serangan helikopter dan tank militer Israel berkontribusi banyak atas kematian warga sipil Israel pada 7 Oktober saat merespons serangan Hamas.
Serangan Hamas itu direspons dengan pengeboman brutal dan invasi darat Israel di Gaza. Hingga kini sekitar 20.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah meninggal—menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Gencatan senjata bulan lalu menyebabkan pembebasan lebih dari 100 sandera termasuk 80 warga Israel yang dibebaskan dengan imbalan pembebasan 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Brigade al-Qassam adalah sayap militer Hamas. Pernyataan Abu Ubaidah, yang disampaikan dalam rekaman audio pada hari Kamis, muncul setelah perang di Gaza telah berjalan tiga bulan dan militer Israel sejauh ini gagal mencapai tujuan perangnya—melenyapkan Hamas dan membawa pulang seluruh sandera.
"Perang musuh pasti gagal," kata Abu Ubaidah.
"76 hari telah berlalu sejak dimulainya pertempuran Badai al-Aqsa dan agresi teroris Zionis yang biadab terhadap rakyat kami di Jalur Gaza, dan musuh terus melakukan kejahatan perang yang tercatat dalam sejarah kejahatan terhadap kemanusiaan," paparnya.
Baca Juga
“Pejuang kami di lapangan masih menghadapi agresi dan melawan musuh kriminal yang gemetar, menimbulkan kerugian besar pada tentara, perwira, mesin, dan melumpuhkan entitas meskipun mereka memiliki persenjataan yang sangat besar."
Dalam pernyataan audio tersebut, Abu Ubaidah juga mengatakan bahwa pembebasan sandera lebih lanjut yang ditawan di Gaza bergantung pada penghentian agresi Israel.
"Baik serangan lanjutan Israel maupun operasi militer langsung tidak akan memulangkan para sandera," katanya.
“Tidak mungkin membebaskan tawanan musuh hidup-hidup kecuali melalui perundingan," lanjut dia, seperti dikutip AFP, Jumat (22/12/2023).
Juru bicara Brigade al-Qassam itu tidak menyebutkan jumlah sisa sandera yang masih ditawan di Gaza.
Namun menurut pihak berwenang Israel, 129 sandera masih ditawan di Gaza.
Abu Ubaidah menegaskan bahwa tidak ada alternatif selain negosiasi, dan memperingatkan bahwa tembakan militer Israel dapat menyebabkan kematian lebih banyak sandera.
Dia kemudian menyampaikan pesan kepada pemimpin Israel:"Menjadi keputusannya...menghindari..menghadapi dan mengakui kebenaran.”
Tak lama setelah pernyataan Abu Ubaidah muncul, Brigade al-Qassam merilis video yang menunjukkan tiga sandera asal Israel, dengan mengeklaim bahwa mereka telah terbunuh dalam serangan militer Zionis Israel.
Perang paling berdarah di Gaza dimulai ketika Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, menyandera sekitar 240 orang dan membunuh sekitar 1.200 orang. Angka itu menurut hitungan militer Zionis—meskipun investigasi surat kabar Haaretz, serangan helikopter dan tank militer Israel berkontribusi banyak atas kematian warga sipil Israel pada 7 Oktober saat merespons serangan Hamas.
Serangan Hamas itu direspons dengan pengeboman brutal dan invasi darat Israel di Gaza. Hingga kini sekitar 20.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah meninggal—menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Gencatan senjata bulan lalu menyebabkan pembebasan lebih dari 100 sandera termasuk 80 warga Israel yang dibebaskan dengan imbalan pembebasan 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
(mas)
tulis komentar anda