Biadab! Israel Perlakukan Rakyat Gaza seperti Boneka
Senin, 18 Desember 2023 - 09:23 WIB
GAZA - Israel bertujuan untuk mendeportasi warga Palestina ke Mesir setelah menjebak mereka di wilayah selatan. Namun, Mesir dan Yordania menolak dan sudah memberikan ancaman kepada Israel.
“Banyak orang pergi dari utara ke selatan dengan harapan menemukan daerah aman, namun dalam beberapa hari terakhir kita melihat tidak ada tempat yang aman. Warga sipil menjadi sasaran dan pembantaian juga terjadi di sana,” kata Huda Naim, jurnalis Gaza, kepada Anadolu.
Israel mencoba memindahkan 2,3 juta orang di wilayah yang sangat kecil, pertama dari utara ke selatan. "Lalu dari tenggara ke barat daya seperti boneka," kata Naim.
Meskipun masyarakat yang terjebak di Gaza selatan merasa khawatir, dia mengatakan mereka tetap memegang teguh tanah mereka karena “mereka tahu betul apa yang akan terjadi jika mereka meninggalkan Gaza.”
“Ini tidak bisa diubah, sama seperti Nakba tahun 1948. Nakba tidak bisa terulang lagi. Jutaan pengungsi Palestina yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka pada tahun 1948 tidak dapat kembali ke tanah air mereka. Tragedi yang dialami warga Palestina selama 75 tahun ini tidak boleh terulang lagi,” tambah Naim.
Nakba adalah perpindahan massal warga Palestina dari tempat yang sekarang disebut Israel selama perang tahun 1948.
Menekankan bahwa sekolah-sekolah PBB di Gaza sudah penuh dan tidak dapat lagi menerima lebih banyak orang, dia mengatakan orang-orang yang diserang oleh Israel pada musim dingin harus berjuang melawan kelaparan, penyakit, dan epidemi.
Gaza adalah salah satu kota terpadat di dunia sebelum serangan yang dimulai pada 7 Oktober, katanya, seraya menambahkan: “Secara mental tidak dapat diterima jika 80 orang tinggal di rumah seluas 100 meter persegi. Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada gas, tidak ada apa-apa.”
Terlepas dari semua kesulitan ini, warga Palestina berusaha bersabar dan bertahan menghadapi pendudukan Israel.
Naim mengatakan kurangnya tim dan peralatan medis, terutama dokter, di Gaza, sehingga operasi untuk mengobati luka tidak dapat dilakukan.
Ketika Israel mencoba untuk mencap orang-orang Palestina sebagai “manusia binatang”, dia mengatakan orang-orang ini bukan sekedar angka, setiap orang di Gaza memiliki cerita unik.
“Kita semua terbuat dari daging, tulang, ambisi, dan impian. Seseorang di Gaza berhak untuk hidup dan memiliki kehidupan yang baik serta memiliki tanahnya sendiri seperti orang di AS,” katanya.
Israel telah membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, melakukan pengepungan, dan melancarkan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober.
Setidaknya 18.608 warga Palestina telah terbunuh dan 50.594 terluka dalam serangan Israel sejak saat itu, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Korban tewas resmi Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang, sementara sekitar 139 sandera masih disandera.
“Banyak orang pergi dari utara ke selatan dengan harapan menemukan daerah aman, namun dalam beberapa hari terakhir kita melihat tidak ada tempat yang aman. Warga sipil menjadi sasaran dan pembantaian juga terjadi di sana,” kata Huda Naim, jurnalis Gaza, kepada Anadolu.
Israel mencoba memindahkan 2,3 juta orang di wilayah yang sangat kecil, pertama dari utara ke selatan. "Lalu dari tenggara ke barat daya seperti boneka," kata Naim.
Meskipun masyarakat yang terjebak di Gaza selatan merasa khawatir, dia mengatakan mereka tetap memegang teguh tanah mereka karena “mereka tahu betul apa yang akan terjadi jika mereka meninggalkan Gaza.”
“Ini tidak bisa diubah, sama seperti Nakba tahun 1948. Nakba tidak bisa terulang lagi. Jutaan pengungsi Palestina yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka pada tahun 1948 tidak dapat kembali ke tanah air mereka. Tragedi yang dialami warga Palestina selama 75 tahun ini tidak boleh terulang lagi,” tambah Naim.
Nakba adalah perpindahan massal warga Palestina dari tempat yang sekarang disebut Israel selama perang tahun 1948.
Menekankan bahwa sekolah-sekolah PBB di Gaza sudah penuh dan tidak dapat lagi menerima lebih banyak orang, dia mengatakan orang-orang yang diserang oleh Israel pada musim dingin harus berjuang melawan kelaparan, penyakit, dan epidemi.
Gaza adalah salah satu kota terpadat di dunia sebelum serangan yang dimulai pada 7 Oktober, katanya, seraya menambahkan: “Secara mental tidak dapat diterima jika 80 orang tinggal di rumah seluas 100 meter persegi. Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada gas, tidak ada apa-apa.”
Terlepas dari semua kesulitan ini, warga Palestina berusaha bersabar dan bertahan menghadapi pendudukan Israel.
Naim mengatakan kurangnya tim dan peralatan medis, terutama dokter, di Gaza, sehingga operasi untuk mengobati luka tidak dapat dilakukan.
Ketika Israel mencoba untuk mencap orang-orang Palestina sebagai “manusia binatang”, dia mengatakan orang-orang ini bukan sekedar angka, setiap orang di Gaza memiliki cerita unik.
“Kita semua terbuat dari daging, tulang, ambisi, dan impian. Seseorang di Gaza berhak untuk hidup dan memiliki kehidupan yang baik serta memiliki tanahnya sendiri seperti orang di AS,” katanya.
Israel telah membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, melakukan pengepungan, dan melancarkan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober.
Setidaknya 18.608 warga Palestina telah terbunuh dan 50.594 terluka dalam serangan Israel sejak saat itu, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Korban tewas resmi Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang, sementara sekitar 139 sandera masih disandera.
(ahm)
tulis komentar anda