Mengenal Druze, Suku Arab yang Direkrut Jadi Tentara Israel
Rabu, 06 Desember 2023 - 12:30 WIB
TEL AVIV - Israel hingga saat ini disebut sebagai negara yang banyak merekrut orang-orang Druze. Tak hanya orang-orang dewasa, anak muda pun ikut berbondong-bondong mendaftarkan diri dalam Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Dilansir dari Al Majalla, suku Druze yang sudah bergabung dengan IDF nantinya banyak ditempatkan di beberapa wilayah inti Israel. Termasuk di wilayah utara Galilea, Karmel dan Dataran Tinggi Golan.
Namun perlu diketahui bergabungnya suku Druze kepada negara Israel berkaitan dengan peristiwa masa lalu. Para pemimpin Druze konon telah menandatangani ‘Perjanjian Darah’ dengan Israel pada tahun 1956.
Berawal dari perjanjian tersebut, kini terhitung lebih dari 50 tahun Suku Druze telah menjalankan perjanjian dengan Israel. Akibatnya banyak ratusan warga dari suku Druze yang meninggal dalam misi melindungi Israel.
Suku Druze adalah salah satu kelompok etnoreligius yang hidup di Timur Tengah, terutama di Suriah, Lebanon, Israel, dan Yordania. Mereka memiliki kepercayaan yang unik dan berbeda dari agama-agama lain di kawasan tersebut.
Suku ini diketahui berasal dari sekte Islam Syiah Ismailiyah yang berkembang pada abad ke-10 Masehi. Mereka mengikuti ajaran Hamzah bin Ali bin Ahmad, seorang pemimpin agama dan politik yang mengklaim sebagai wakil Tuhan di bumi.
Suku Druze memiliki kitab suci yang disebut Rasail al-Hikmah (Surat-surat Kebijaksanaan), yang berisi doktrin-doktrin agama dan etika yang ditulis oleh Hamzah bin Ali dan murid-muridnya.
Kitab ini bersifat rahasia dan hanya boleh dibaca oleh sekelompok kecil orang yang disebut uqqal (orang-orang berakal), yang merupakan pemimpin-pemimpin rohani dan sosial suku Druze.
Suku Druze juga memiliki kepercayaan yang sinkretis, yaitu menggabungkan unsur-unsur dari berbagai agama dan filsafat, seperti Islam, Kristen, Yahudi, Zoroaster, Buddha, Hindu, dan Yunani Kuno.
Mereka percaya pada konsep reinkarnasi, yaitu jiwa manusia akan berpindah dari tubuh ke tubuh setelah kematian, tergantung pada amal perbuatannya di dunia.
Mereka juga percaya pada konsep taqiyya, yaitu menyembunyikan identitas dan keyakinan mereka untuk melindungi diri dari ancaman dan diskriminasi.
Suku Druze memiliki identitas etnis dan budaya yang kuat, yang dipertahankan melalui tradisi-tradisi turun-temurun.
Mereka biasanya tinggal di daerah-daerah pegunungan yang terpencil dan sulit dijangkau, yang memberi mereka perlindungan dan kemandirian.
Mereka memiliki bahasa sendiri, yaitu bahasa Arab dengan dialek khas yang dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain. Mereka juga memiliki pakaian tradisional yang khas, seperti jubah putih dan topi hitam untuk pria, dan jilbab berwarna-warni untuk wanita.
Suku Druze memiliki hubungan yang kompleks dengan negara-negara tempat mereka tinggal. Mereka cenderung setia kepada negara yang memberi mereka hak dan perlindungan, tetapi juga menjaga jarak dan otonomi dari pemerintah pusat.
Jika dilihat ke latar belakangnya, suku Druze memiliki peran yang penting dalam sejarah dan politik Timur Tengah.
Hal itu diketahui lantaran mereka sering terlibat dalam konflik-konflik yang terjadi di kawasan tersebut, baik sebagai sekutu maupun sebagai lawan dari berbagai pihak.
Dilansir dari Al Majalla, suku Druze yang sudah bergabung dengan IDF nantinya banyak ditempatkan di beberapa wilayah inti Israel. Termasuk di wilayah utara Galilea, Karmel dan Dataran Tinggi Golan.
Namun perlu diketahui bergabungnya suku Druze kepada negara Israel berkaitan dengan peristiwa masa lalu. Para pemimpin Druze konon telah menandatangani ‘Perjanjian Darah’ dengan Israel pada tahun 1956.
Berawal dari perjanjian tersebut, kini terhitung lebih dari 50 tahun Suku Druze telah menjalankan perjanjian dengan Israel. Akibatnya banyak ratusan warga dari suku Druze yang meninggal dalam misi melindungi Israel.
Mengenal Suku Druze
Suku Druze adalah salah satu kelompok etnoreligius yang hidup di Timur Tengah, terutama di Suriah, Lebanon, Israel, dan Yordania. Mereka memiliki kepercayaan yang unik dan berbeda dari agama-agama lain di kawasan tersebut.
Suku ini diketahui berasal dari sekte Islam Syiah Ismailiyah yang berkembang pada abad ke-10 Masehi. Mereka mengikuti ajaran Hamzah bin Ali bin Ahmad, seorang pemimpin agama dan politik yang mengklaim sebagai wakil Tuhan di bumi.
Suku Druze memiliki kitab suci yang disebut Rasail al-Hikmah (Surat-surat Kebijaksanaan), yang berisi doktrin-doktrin agama dan etika yang ditulis oleh Hamzah bin Ali dan murid-muridnya.
Kitab ini bersifat rahasia dan hanya boleh dibaca oleh sekelompok kecil orang yang disebut uqqal (orang-orang berakal), yang merupakan pemimpin-pemimpin rohani dan sosial suku Druze.
Suku Druze juga memiliki kepercayaan yang sinkretis, yaitu menggabungkan unsur-unsur dari berbagai agama dan filsafat, seperti Islam, Kristen, Yahudi, Zoroaster, Buddha, Hindu, dan Yunani Kuno.
Mereka percaya pada konsep reinkarnasi, yaitu jiwa manusia akan berpindah dari tubuh ke tubuh setelah kematian, tergantung pada amal perbuatannya di dunia.
Mereka juga percaya pada konsep taqiyya, yaitu menyembunyikan identitas dan keyakinan mereka untuk melindungi diri dari ancaman dan diskriminasi.
Suku Druze memiliki identitas etnis dan budaya yang kuat, yang dipertahankan melalui tradisi-tradisi turun-temurun.
Mereka biasanya tinggal di daerah-daerah pegunungan yang terpencil dan sulit dijangkau, yang memberi mereka perlindungan dan kemandirian.
Mereka memiliki bahasa sendiri, yaitu bahasa Arab dengan dialek khas yang dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain. Mereka juga memiliki pakaian tradisional yang khas, seperti jubah putih dan topi hitam untuk pria, dan jilbab berwarna-warni untuk wanita.
Suku Druze memiliki hubungan yang kompleks dengan negara-negara tempat mereka tinggal. Mereka cenderung setia kepada negara yang memberi mereka hak dan perlindungan, tetapi juga menjaga jarak dan otonomi dari pemerintah pusat.
Jika dilihat ke latar belakangnya, suku Druze memiliki peran yang penting dalam sejarah dan politik Timur Tengah.
Hal itu diketahui lantaran mereka sering terlibat dalam konflik-konflik yang terjadi di kawasan tersebut, baik sebagai sekutu maupun sebagai lawan dari berbagai pihak.
(sya)
tulis komentar anda