Sebut Hamas Jadikan RS Al Shifa Pusat Komando, AS Tolak Bagikan Informasi Intelijen
Jum'at, 17 November 2023 - 14:46 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) tidak akan membagikan informasi intelijen Israel atau menguraikan penilaian intelijennya sendiri bahwa Hamas menggunakan rumah sakit Al Shifa di Jalur Gaza sebagai pusat komando dan mungkin fasilitas penyimpanan.
Hal itu ditegaskan oleh juru bicara Gedung Putih John Kirby. Menurutnya, AS percaya dengan penilaian badan intelijennya sendiri mengenai aktivitas Hamas di fasilitas kesehatan di Jalur Gaza itu.
Pasukan Israel menyerbu rumah sakit Al Shifa di Jalur Gaza pada hari Rabu lalu setelah pemboman udara dan operasi darat yang menargetkan militan Hamas.
Ketika ditanya apakah Israel telah berbagi informasi intelijen baru sejak penggerebekan di rumah sakit dimulai, Kirby mengatakan: "Saya tidak akan berbicara tentang informasi intelijen spesifik yang mungkin terjadi di antara kita berdua."
"Mereka benar-benar harus membicarakan hal ini, tapi seperti yang saya katakan beberapa hari yang lalu, kami yakin dengan penilaian intelijen kami tentang bagaimana Hamas menggunakan rumah sakit itu," jelas Kirby dalam sebuah pengarahan seperti dikutip dari Reuters, Jumat (17/11/2023).
Ia mengatakan bahwa militan Hamas berlindung di rumah sakit dan menggunakan fasilitas tersebut sebagai perisai terhadap tindakan militer, sehingga menempatkan pasien dan staf medis dalam bahaya.
“Kami memiliki informasi intelijen yang meyakinkan kami bahwa Hamas menggunakan al Shifa sebagai pusat komando dan kontrol, dan kemungkinan besar juga sebagai fasilitas penyimpanan," ujarnya.
“Kami masih yakin akan kekuatan intelijen tersebut,” tegasnya.
Sebuah sumber yang mengetahui hal tersebut mengatakan pemerintahan Biden belum mendeklasifikasi sumber intelijen AS karena beberapa saluran yang sama digunakan untuk memantau status sandera.
"Informasi intelijen tersebut pasti," kata sumber itu, dan mencakup penyadapan komunikasi para pejuang Hamas.
Penyadapan tersebut pertama kali dilaporkan pada hari Rabu oleh Wall Street Journal.
Israel membombardir Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas dari Gaza yang dilakukan kelompok pejuang itu pada 7 Oktober lalu. Menurut para pejabat Israel serangan itu menewaskan 1.200 orang dan ratusan orang menjadi sandera.
Menurut pejabat kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, sekitar 11.500 orang tewas dalam serangan balasan Israel selama sebulan lebih.
Hal itu ditegaskan oleh juru bicara Gedung Putih John Kirby. Menurutnya, AS percaya dengan penilaian badan intelijennya sendiri mengenai aktivitas Hamas di fasilitas kesehatan di Jalur Gaza itu.
Pasukan Israel menyerbu rumah sakit Al Shifa di Jalur Gaza pada hari Rabu lalu setelah pemboman udara dan operasi darat yang menargetkan militan Hamas.
Ketika ditanya apakah Israel telah berbagi informasi intelijen baru sejak penggerebekan di rumah sakit dimulai, Kirby mengatakan: "Saya tidak akan berbicara tentang informasi intelijen spesifik yang mungkin terjadi di antara kita berdua."
"Mereka benar-benar harus membicarakan hal ini, tapi seperti yang saya katakan beberapa hari yang lalu, kami yakin dengan penilaian intelijen kami tentang bagaimana Hamas menggunakan rumah sakit itu," jelas Kirby dalam sebuah pengarahan seperti dikutip dari Reuters, Jumat (17/11/2023).
Ia mengatakan bahwa militan Hamas berlindung di rumah sakit dan menggunakan fasilitas tersebut sebagai perisai terhadap tindakan militer, sehingga menempatkan pasien dan staf medis dalam bahaya.
“Kami memiliki informasi intelijen yang meyakinkan kami bahwa Hamas menggunakan al Shifa sebagai pusat komando dan kontrol, dan kemungkinan besar juga sebagai fasilitas penyimpanan," ujarnya.
“Kami masih yakin akan kekuatan intelijen tersebut,” tegasnya.
Sebuah sumber yang mengetahui hal tersebut mengatakan pemerintahan Biden belum mendeklasifikasi sumber intelijen AS karena beberapa saluran yang sama digunakan untuk memantau status sandera.
"Informasi intelijen tersebut pasti," kata sumber itu, dan mencakup penyadapan komunikasi para pejuang Hamas.
Penyadapan tersebut pertama kali dilaporkan pada hari Rabu oleh Wall Street Journal.
Israel membombardir Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas dari Gaza yang dilakukan kelompok pejuang itu pada 7 Oktober lalu. Menurut para pejabat Israel serangan itu menewaskan 1.200 orang dan ratusan orang menjadi sandera.
Menurut pejabat kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, sekitar 11.500 orang tewas dalam serangan balasan Israel selama sebulan lebih.
Baca Juga
(ian)
tulis komentar anda