Sniper Israel Bidik Orang-orang di RS al-Shifa, 200 Mayat Ditelantarkan
Rabu, 15 November 2023 - 11:12 WIB
GAZA - Para sniper militer Israel membidik orang-orang yang mengintip dari dalam jendela Rumah Sakit (RS) al-Shifa, Gaza, selama fasilitas medis itu jadi target operasi militer untuk memburu Hamas.
Pemandangan lain yang memprihatinkan adalah sebanyak 200 mayat ditelantarkan di luar bangsal darurat di RS tersebut karena petugas medis berisiko jadi target sniper militer Zionis.
Direktur RS al-Shifa, dokter Mohammad Abu Salmiyah, mengatakan lima orang telah ditembak oleh militer Israel ketika mereka mencoba meninggalkan RS dalam tiga hari terakhir.
Menurutnya, dua orang tewas, sementara tiga orang yang terluka berhasil berjalan kembali ke RS.
Salmiyah mengatakan dia dan anggota staf medis lainnya, pasien dan setidaknya 15.000 pengungsi tidak dapat meninggalkan RS karena ancaman sniper Israel.
“Kami belum bisa mengambil kedua jenazah tersebut karena takut tertembak," katanya, seperti dikutip dari The National, Rabu (15/11/2023).
“Ada 150 jenazah lagi di luar ruang gawat darurat. Kami tidak dapat membawa mereka keluar untuk dimakamkan," ujarnya.
Ia mengatakan, bau busuk sangat menyengat.
“Israel akan membunuh kami jika mereka melihat kami menggali. Mereka menembak apa pun yang bergerak,” imbuh dia.
Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, dokter Ashraf Al Qidra, yang juga berada di dalam RS al-Shifa, mengatakan kepada The National bahwa tank-tank ditempatkan di luar RS dan orang-orang takut untuk membuka jendela.
“Jika ada yang menaruh kepalanya di luar jendela, dia ditembak. Kita berada dalam lingkaran kematian,” katanya melalui telepon ketika suara drone dan ledakan terdengar di latar belakang.
“Kami tidak memiliki internet, kalau tidak kami akan menunjukkan kepada dunia kengerian yang kami lihat.”
Beberapa bagian rumah sakit telah diserang, imbuh Salmiyah, termasuk unit perawatan intensif, departemen kardiologi, bangsal bersalin dan klinik rawat inap eksternal.
Menurutnya, generator utama dan sumur air juga terkena dampaknya.
“Orang-orang sekarat, dan saya tidak bisa menatap mata siapa pun,” katanya.
Para pasien, termasuk bayi baru lahir yang berada di inkubator, meninggal karena pemadaman listrik dan kekurangan oksigen dalam botol.
“Tiga puluh dua orang, termasuk bayi dan korban luka, meninggal dalam tiga hari terakhir,” kata Al Qidra.
Dia mengatakan setidaknya 36 bayi lainnya berada dalam risiko besar karena kurangnya listrik.
"Pejabat rumah sakit sedang berupaya mengatur apa yang diperkirakan sekitar 200 penguburan di kuburan massal," katanya.
“Tetapi sejauh ini, kami belum mencapai kemajuan dalam hal mediator.”
Militer Israel mengonfirmasi bahwa operasi militer di dalam RS al-Shifa telah dimulai. Mereka berdalih, serbuan di fasilitas medis ini untuk memburu kelompok Hamas.
"Saat ini, pasukan IDF sedang beroperasi melawan organisasi Hamas, di bagian tertentu di Rumah Sakit al-Shifa," kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel IDF Daniel Hagari di media sosial X.
"Operasi ini didasarkan pada informasi intelijen dan kebutuhan operasional. Tindakan tersebut tidak dimaksudkan untuk merugikan pasien, staf medis, dan warga yang tinggal di rumah sakit,” ujarnya.
"Dalam kelanjutan operasi, inkubator, peralatan medis, dan makanan bayi diharapkan akan dipindahkan ke rumah sakit.”
Lihat Juga: 3 Alasan Hamas Ingin Menghentikan Perang di Gaza, Nomor 2 Sikap Negara Islam Mengecewakan
Pemandangan lain yang memprihatinkan adalah sebanyak 200 mayat ditelantarkan di luar bangsal darurat di RS tersebut karena petugas medis berisiko jadi target sniper militer Zionis.
Direktur RS al-Shifa, dokter Mohammad Abu Salmiyah, mengatakan lima orang telah ditembak oleh militer Israel ketika mereka mencoba meninggalkan RS dalam tiga hari terakhir.
Baca Juga
Menurutnya, dua orang tewas, sementara tiga orang yang terluka berhasil berjalan kembali ke RS.
Salmiyah mengatakan dia dan anggota staf medis lainnya, pasien dan setidaknya 15.000 pengungsi tidak dapat meninggalkan RS karena ancaman sniper Israel.
“Kami belum bisa mengambil kedua jenazah tersebut karena takut tertembak," katanya, seperti dikutip dari The National, Rabu (15/11/2023).
“Ada 150 jenazah lagi di luar ruang gawat darurat. Kami tidak dapat membawa mereka keluar untuk dimakamkan," ujarnya.
Ia mengatakan, bau busuk sangat menyengat.
“Israel akan membunuh kami jika mereka melihat kami menggali. Mereka menembak apa pun yang bergerak,” imbuh dia.
Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, dokter Ashraf Al Qidra, yang juga berada di dalam RS al-Shifa, mengatakan kepada The National bahwa tank-tank ditempatkan di luar RS dan orang-orang takut untuk membuka jendela.
“Jika ada yang menaruh kepalanya di luar jendela, dia ditembak. Kita berada dalam lingkaran kematian,” katanya melalui telepon ketika suara drone dan ledakan terdengar di latar belakang.
“Kami tidak memiliki internet, kalau tidak kami akan menunjukkan kepada dunia kengerian yang kami lihat.”
Beberapa bagian rumah sakit telah diserang, imbuh Salmiyah, termasuk unit perawatan intensif, departemen kardiologi, bangsal bersalin dan klinik rawat inap eksternal.
Menurutnya, generator utama dan sumur air juga terkena dampaknya.
“Orang-orang sekarat, dan saya tidak bisa menatap mata siapa pun,” katanya.
Para pasien, termasuk bayi baru lahir yang berada di inkubator, meninggal karena pemadaman listrik dan kekurangan oksigen dalam botol.
“Tiga puluh dua orang, termasuk bayi dan korban luka, meninggal dalam tiga hari terakhir,” kata Al Qidra.
Dia mengatakan setidaknya 36 bayi lainnya berada dalam risiko besar karena kurangnya listrik.
"Pejabat rumah sakit sedang berupaya mengatur apa yang diperkirakan sekitar 200 penguburan di kuburan massal," katanya.
“Tetapi sejauh ini, kami belum mencapai kemajuan dalam hal mediator.”
Militer Israel mengonfirmasi bahwa operasi militer di dalam RS al-Shifa telah dimulai. Mereka berdalih, serbuan di fasilitas medis ini untuk memburu kelompok Hamas.
"Saat ini, pasukan IDF sedang beroperasi melawan organisasi Hamas, di bagian tertentu di Rumah Sakit al-Shifa," kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel IDF Daniel Hagari di media sosial X.
"Operasi ini didasarkan pada informasi intelijen dan kebutuhan operasional. Tindakan tersebut tidak dimaksudkan untuk merugikan pasien, staf medis, dan warga yang tinggal di rumah sakit,” ujarnya.
"Dalam kelanjutan operasi, inkubator, peralatan medis, dan makanan bayi diharapkan akan dipindahkan ke rumah sakit.”
Lihat Juga: 3 Alasan Hamas Ingin Menghentikan Perang di Gaza, Nomor 2 Sikap Negara Islam Mengecewakan
(mas)
tulis komentar anda