Dituding Halangi Rumah Sakit Terima Bahan Bakar dari Israel, Ini Respons Hamas
Senin, 13 November 2023 - 16:22 WIB
GAZA - Hamas membantah menghalangi petugas medis menerima bahan bakar dari pasukan Israel. Hamas mengklaim pihaknya tidak terkait dengan Rumah Sakit Al-Shifa dan kompleks medis terbesar di Gaza itu berada di bawah wewenang Kementerian Kesehatan Palestina.
“Tawaran (bahan bakar) tersebut meremehkan rasa sakit dan penderitaan pasien yang terjebak di dalam tanpa air, makanan, atau listrik. Jumlah ini tidak cukup untuk mengoperasikan generator rumah sakit selama lebih dari 30 menit,” tegas Hamas dalam pernyataan yang dikutip Al Jazeera.
Sebelumnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim, “Tentara Israel mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengantarkan 300 liter bahan bakar ke Rumah Sakit Shifa untuk keperluan medis yang mendesak untuk generator darurat yang menggerakkan inkubator untuk bayi prematur, namun Hamas diduga melarang rumah sakit untuk mengambilnya.”
Yang perlu diketahui, Rumah Sakit Al-Shifa dan lainnya di Gaza utara tidak mendapat pasokan bahan bakar dan suplai obat-obatan karena blokade Israel.
Pasukan Israel juga mengepung sejumlah rumah sakit dan dikabarkan membunuh siapa saja yang berani keluar dari rumah sakit.
Israel telah memblokade penuh Jalur Gaza sehingga semakin sulit mendapat pasokan bantuan dari dunia luar. Perbatasan Rafah terus diperketat sehingga mempersulit pengiriman bantuan dan pasokan penting bagi jutaan warga sipil Palestina di Jalur Gaza.
Israel menuding berbagai rumah sakit itu dijadikan tempat persembunyian bagi Hamas. Tudingan itu juga dibantah berulang kali oleh kelompok pejuang Palestina tersebut.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memulihkan komunikasi dengan para profesional kesehatan di fasilitas Al-Shifa, yang menggambarkan situasinya “mengerikan dan berbahaya.”
“Sudah 3 hari tanpa listrik, tanpa air dan dengan internet yang sangat buruk yang sangat mempengaruhi kemampuan kami untuk memberikan perawatan penting,” tulis Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam postingan di X.
Dia menjelaskan, “Tembakan dan pemboman yang terus-menerus di daerah tersebut telah memperburuk keadaan yang sudah kritis.”
“Sayangnya, rumah sakit ini tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit,” ujar Ghebreyesus, seraya menambahkan, “Dunia tidak bisa tinggal diam sementara rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan.”
“Tawaran (bahan bakar) tersebut meremehkan rasa sakit dan penderitaan pasien yang terjebak di dalam tanpa air, makanan, atau listrik. Jumlah ini tidak cukup untuk mengoperasikan generator rumah sakit selama lebih dari 30 menit,” tegas Hamas dalam pernyataan yang dikutip Al Jazeera.
Sebelumnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim, “Tentara Israel mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengantarkan 300 liter bahan bakar ke Rumah Sakit Shifa untuk keperluan medis yang mendesak untuk generator darurat yang menggerakkan inkubator untuk bayi prematur, namun Hamas diduga melarang rumah sakit untuk mengambilnya.”
Yang perlu diketahui, Rumah Sakit Al-Shifa dan lainnya di Gaza utara tidak mendapat pasokan bahan bakar dan suplai obat-obatan karena blokade Israel.
Pasukan Israel juga mengepung sejumlah rumah sakit dan dikabarkan membunuh siapa saja yang berani keluar dari rumah sakit.
Israel telah memblokade penuh Jalur Gaza sehingga semakin sulit mendapat pasokan bantuan dari dunia luar. Perbatasan Rafah terus diperketat sehingga mempersulit pengiriman bantuan dan pasokan penting bagi jutaan warga sipil Palestina di Jalur Gaza.
Israel menuding berbagai rumah sakit itu dijadikan tempat persembunyian bagi Hamas. Tudingan itu juga dibantah berulang kali oleh kelompok pejuang Palestina tersebut.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memulihkan komunikasi dengan para profesional kesehatan di fasilitas Al-Shifa, yang menggambarkan situasinya “mengerikan dan berbahaya.”
“Sudah 3 hari tanpa listrik, tanpa air dan dengan internet yang sangat buruk yang sangat mempengaruhi kemampuan kami untuk memberikan perawatan penting,” tulis Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam postingan di X.
Dia menjelaskan, “Tembakan dan pemboman yang terus-menerus di daerah tersebut telah memperburuk keadaan yang sudah kritis.”
“Sayangnya, rumah sakit ini tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit,” ujar Ghebreyesus, seraya menambahkan, “Dunia tidak bisa tinggal diam sementara rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan.”
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda