Perang Kota Membara, Tank-tank Israel Bergerak Lambat di Gaza
Jum'at, 10 November 2023 - 16:21 WIB
GAZA - Ketika warga sipil Palestina terus mengungsi ke selatan, Israel meningkatkan serangan daratnya di Gaza utara, dengan tujuan memberantas kelompok pejuang Palestina Hamas.
Namun kemajuan dan pernyataan terbaru dari para pemimpin Israel menunjukkan tujuan mereka adalah melakukan pendudukan baru di wilayah tersebut, menurut sumber-sumber Palestina.
Serangan militer Israel yang dijuluki Operasi Pedang Besi, berjalan lambat di wilayah pesisir tersebut satu bulan setelah dimulainya permusuhan antara Hamas dan tentara Israel.
Warga sipil menanggung beban terberat akibat perang Gaza pada bulan pertama, dengan lebih dari 10.500 orang tewas akibat serangan udara Israel, termasuk lebih dari 4.000 anak-anak.
Sebagian besar dari 1.400 orang yang tewas setelah serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh Hamas juga merupakan warga sipil.
Invasi darat Israel saat ini terjadi setelah pemboman intensif selama berminggu-minggu di Jalur Gaza.
Menurut tentara Israel, pasukan memasuki Gaza dari utara dan timur pada malam hari tanggal 27 Oktober, dengan pasukan darat termasuk artileri, tank dan buldoser menemani infanteri dan pasukan khusus.
Sementara itu, jet tempur Israel terus membombardir wilayah tersebut, menewaskan ratusan warga sipil setiap hari.
Pekan lalu, pasukan Israel memutus jalur utara Gaza, termasuk Kota Gaza, dari selatan sepanjang poros Johr al-Dik, juga memutus jalan utama Salah al-Din dan al-Rashid yang digunakan warga Palestina untuk melarikan diri ke selatan.
Masuk dari Beit Lahia di barat laut, tentara Israel telah maju ke selatan sepanjang pantai sekitar 6,5 km, mencapai pinggiran area kamp pengungsi al-Shati pada tanggal 4 November, menurut tentara Israel dan Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas.
Selama bentrokan pada tanggal 5 dan 6 November, tentara Israel memperluas garis kendali barat lautnya ke timur, sekitar tiga kilometer dari pantai ke daratan, menurut sumber Gaza.
Sumber di Gaza mengatakan kepada Middle East Eye bahwa, “Wilayah yang dikuasai tentara Israel di poros Beit Hanoun mencapai tiga kilometer ke arah selatan garis pagar pada 6 November.”
“Perang kota antara tentara Israel dan Palestina di daerah Beit Hanoun dimulai pada 31 Oktober,” ungkap sumber di Gaza tersebut.
“Tentara Israel bergerak lebih lambat di wilayah ini karena pertempuran yang sedang berlangsung di dalam dan sekitar Jalan al-Karamah,” papar mereka.
Sejauh ini, tentara Israel baru mengonfirmasi tewasnya 34 tentaranya di Gaza. Sebanyak 300 pejuang juga tewas dalam serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan yang memicu permusuhan saat ini.
Meskipun faksi-faksi Palestina di Gaza belum mengumumkan korban mereka, sumber-sumber Palestina mengatakan kepada MEE pada Rabu (8/11/2023) bahwa hingga 200 pejuang telah tewas dalam invasi darat, sebagian besar dari mereka adalah anggota Brigade al-Qassam.
Sementara itu, ketika tank-tank Israel mengambil posisi di beberapa daerah di Jalur Gaza, mereka juga menggunakan penembak jitu dan artileri untuk menargetkan warga sipil, menurut laporan Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mempercepat operasi darat setelah pembagian Gaza menjadi dua bagian, mengatakan pada Senin bahwa pemerintahannya akan mengambil kendali keamanan Gaza tanpa batas waktu setelah perang.
Dia tidak memberikan klarifikasi lebih lanjut mengenai rencana Israel pascaperang di Gaza.
Pernyataan Netanyahu, ditambah dengan desakan tentara untuk mengusir semua warga sipil ke wilayah selatan Kota Gaza, memperkuat spekulasi bahwa Gaza utara akan diduduki kembali pada akhir perang.
Pada 2005, Israel mengerahkan kembali pasukannya dari dalam Jalur Gaza ke perimeternya, dan sejak itu memberlakukan blokade darat, udara dan laut di wilayah tersebut.
Berdasarkan hukum internasional, Israel tetap menjadi kekuatan pendudukan karena kendali efektifnya atas Gaza.
Sumber yang dekat dengan faksi-faksi Palestina di Gaza, yang berbicara kepada MEE tanpa menyebut nama, mengatakan penilaian mereka adalah Israel tidak mengusir warga sipil dari bagian utara Jalur Gaza ke selatan untuk membersihkan wilayah tersebut untuk pertempuran, namun dengan tujuan mendudukinya kembali.
Ketika serangan terhadap Gaza berlanjut, muncul laporan yang mengindikasikan Israel akan menargetkan para pemimpin Hamas di dalam dan di luar Gaza.
Pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, juga telah membuat pernyataan mengenai hal ini.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyebut Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, sebagai salah satu target berikut. "Kami akan menangkap Yahya Sinwar dan melenyapkannya," ancam Gallant.
Terlepas dari ancaman ini, sumber di Gaza yang berbicara kepada MEE tanpa menyebut nama mengatakan para pemimpin Hamas di Gaza aman dan belum melarikan diri.
Namun kemajuan dan pernyataan terbaru dari para pemimpin Israel menunjukkan tujuan mereka adalah melakukan pendudukan baru di wilayah tersebut, menurut sumber-sumber Palestina.
Serangan militer Israel yang dijuluki Operasi Pedang Besi, berjalan lambat di wilayah pesisir tersebut satu bulan setelah dimulainya permusuhan antara Hamas dan tentara Israel.
Warga sipil menanggung beban terberat akibat perang Gaza pada bulan pertama, dengan lebih dari 10.500 orang tewas akibat serangan udara Israel, termasuk lebih dari 4.000 anak-anak.
Sebagian besar dari 1.400 orang yang tewas setelah serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh Hamas juga merupakan warga sipil.
Invasi darat Israel saat ini terjadi setelah pemboman intensif selama berminggu-minggu di Jalur Gaza.
Menurut tentara Israel, pasukan memasuki Gaza dari utara dan timur pada malam hari tanggal 27 Oktober, dengan pasukan darat termasuk artileri, tank dan buldoser menemani infanteri dan pasukan khusus.
Sementara itu, jet tempur Israel terus membombardir wilayah tersebut, menewaskan ratusan warga sipil setiap hari.
Pekan lalu, pasukan Israel memutus jalur utara Gaza, termasuk Kota Gaza, dari selatan sepanjang poros Johr al-Dik, juga memutus jalan utama Salah al-Din dan al-Rashid yang digunakan warga Palestina untuk melarikan diri ke selatan.
Masuk dari Beit Lahia di barat laut, tentara Israel telah maju ke selatan sepanjang pantai sekitar 6,5 km, mencapai pinggiran area kamp pengungsi al-Shati pada tanggal 4 November, menurut tentara Israel dan Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas.
Selama bentrokan pada tanggal 5 dan 6 November, tentara Israel memperluas garis kendali barat lautnya ke timur, sekitar tiga kilometer dari pantai ke daratan, menurut sumber Gaza.
Sumber di Gaza mengatakan kepada Middle East Eye bahwa, “Wilayah yang dikuasai tentara Israel di poros Beit Hanoun mencapai tiga kilometer ke arah selatan garis pagar pada 6 November.”
“Perang kota antara tentara Israel dan Palestina di daerah Beit Hanoun dimulai pada 31 Oktober,” ungkap sumber di Gaza tersebut.
“Tentara Israel bergerak lebih lambat di wilayah ini karena pertempuran yang sedang berlangsung di dalam dan sekitar Jalan al-Karamah,” papar mereka.
Sejauh ini, tentara Israel baru mengonfirmasi tewasnya 34 tentaranya di Gaza. Sebanyak 300 pejuang juga tewas dalam serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan yang memicu permusuhan saat ini.
Meskipun faksi-faksi Palestina di Gaza belum mengumumkan korban mereka, sumber-sumber Palestina mengatakan kepada MEE pada Rabu (8/11/2023) bahwa hingga 200 pejuang telah tewas dalam invasi darat, sebagian besar dari mereka adalah anggota Brigade al-Qassam.
Sementara itu, ketika tank-tank Israel mengambil posisi di beberapa daerah di Jalur Gaza, mereka juga menggunakan penembak jitu dan artileri untuk menargetkan warga sipil, menurut laporan Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mempercepat operasi darat setelah pembagian Gaza menjadi dua bagian, mengatakan pada Senin bahwa pemerintahannya akan mengambil kendali keamanan Gaza tanpa batas waktu setelah perang.
Dia tidak memberikan klarifikasi lebih lanjut mengenai rencana Israel pascaperang di Gaza.
Pernyataan Netanyahu, ditambah dengan desakan tentara untuk mengusir semua warga sipil ke wilayah selatan Kota Gaza, memperkuat spekulasi bahwa Gaza utara akan diduduki kembali pada akhir perang.
Pada 2005, Israel mengerahkan kembali pasukannya dari dalam Jalur Gaza ke perimeternya, dan sejak itu memberlakukan blokade darat, udara dan laut di wilayah tersebut.
Berdasarkan hukum internasional, Israel tetap menjadi kekuatan pendudukan karena kendali efektifnya atas Gaza.
Sumber yang dekat dengan faksi-faksi Palestina di Gaza, yang berbicara kepada MEE tanpa menyebut nama, mengatakan penilaian mereka adalah Israel tidak mengusir warga sipil dari bagian utara Jalur Gaza ke selatan untuk membersihkan wilayah tersebut untuk pertempuran, namun dengan tujuan mendudukinya kembali.
Ketika serangan terhadap Gaza berlanjut, muncul laporan yang mengindikasikan Israel akan menargetkan para pemimpin Hamas di dalam dan di luar Gaza.
Pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, juga telah membuat pernyataan mengenai hal ini.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyebut Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, sebagai salah satu target berikut. "Kami akan menangkap Yahya Sinwar dan melenyapkannya," ancam Gallant.
Terlepas dari ancaman ini, sumber di Gaza yang berbicara kepada MEE tanpa menyebut nama mengatakan para pemimpin Hamas di Gaza aman dan belum melarikan diri.
(sya)
tulis komentar anda