10.569 Warga Gaza Tewas Dibom Israel, Pejabat AS: Bisa Jadi Lebih Banyak Lagi
Jum'at, 10 November 2023 - 03:12 WIB
WASHINGTON - Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikendalikan Hamas mengumumkan total korban tewas akibat pengeboman Israel hingga hari Rabu mencapai 10.569 orang, termasuk 4.324 anak-anak.
Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) justru memprediksi jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.
Selain 10.569 orang tewas, kata Kementerian Kesehatan di Gaza, 26.475 orang lainnya terluka dan setidaknya 2.550 orang hilang.
“Dalam periode konflik dan kondisi perang ini, sangat sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa jumlah korban jiwa,” kata Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Dekat Barbara Leaf kepada Komite Urusan Luar Negeri DPR.
“Jujur saja, menurut kami angkanya sangat tinggi, dan bisa jadi angkanya bahkan lebih tinggi dari yang disebutkan,” ujarnya, seperti dikutip The Hill, Kamis (9/11/2023).
“Kami mengambil sumber dari berbagai orang yang ada di lapangan,” imbuh Leaf. “Saya tidak bisa menetapkan angka tertentu, mungkin saja angkanya lebih tinggi dari yang dilaporkan.”
Komentar Leaf bertentangan dengan pernyataan Presiden AS Joe Biden bulan lalu, yang mengatakan dia “tidak percaya” pada angka-angka yang diberikan pihak Palestina.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Kementerian Kesehatan Gaza “hanya kedok Hamas”.
“Kami tidak bisa menganggap remeh apa pun yang keluar dari Hamas, termasuk apa yang disebut sebagai ‘Kementerian Kesehatan’,” kata Kirby pada konferensi pers Gedung Putih pada 26 Oktober lalu.
AS dilaporkan telah meminta Israel untuk menghindari pembunuhan terhadap warga sipil, namun sebuah artikel di New York Times pekan lalu mengungkapkan bahwa para pejabat Israel “percaya bahwa jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar adalah harga yang dapat diterima dalam kampanye militer tersebut”, membandingkan operasi di Gaza dengan pengeboman di Jerman dan Jepang dalam Perang Dunia II.
Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah serangan kelompok militan Palestina tersebut pada tanggal 7 Oktober, yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.400 warga Israel, sementara lebih dari 200 orang disandera.
Berbicara kepada panel DPR pada hari Rabu, Leaf menggambarkan penderitaan warga sipil di Gaza sebagai hal yang “menyedihkan secara emosional” tetapi mengatakan bahwa menghentikan operasi militer Israel adalah tindakan yang salah.
“Untuk menyerukan gencatan senjata saat ini, yang mungkin dipatuhi atau tidak oleh Hamas, berarti membiarkan Hamas mengendalikan sekitar 240 sandera, termasuk bayi dan anak-anak, dan juga membiarkan sebagian besar infrastruktur militer tetap utuh dan kapasitas terorisme Hamas masih utuh,” katanya.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) justru memprediksi jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.
Selain 10.569 orang tewas, kata Kementerian Kesehatan di Gaza, 26.475 orang lainnya terluka dan setidaknya 2.550 orang hilang.
“Dalam periode konflik dan kondisi perang ini, sangat sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa jumlah korban jiwa,” kata Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Dekat Barbara Leaf kepada Komite Urusan Luar Negeri DPR.
“Jujur saja, menurut kami angkanya sangat tinggi, dan bisa jadi angkanya bahkan lebih tinggi dari yang disebutkan,” ujarnya, seperti dikutip The Hill, Kamis (9/11/2023).
“Kami mengambil sumber dari berbagai orang yang ada di lapangan,” imbuh Leaf. “Saya tidak bisa menetapkan angka tertentu, mungkin saja angkanya lebih tinggi dari yang dilaporkan.”
Komentar Leaf bertentangan dengan pernyataan Presiden AS Joe Biden bulan lalu, yang mengatakan dia “tidak percaya” pada angka-angka yang diberikan pihak Palestina.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Kementerian Kesehatan Gaza “hanya kedok Hamas”.
“Kami tidak bisa menganggap remeh apa pun yang keluar dari Hamas, termasuk apa yang disebut sebagai ‘Kementerian Kesehatan’,” kata Kirby pada konferensi pers Gedung Putih pada 26 Oktober lalu.
AS dilaporkan telah meminta Israel untuk menghindari pembunuhan terhadap warga sipil, namun sebuah artikel di New York Times pekan lalu mengungkapkan bahwa para pejabat Israel “percaya bahwa jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar adalah harga yang dapat diterima dalam kampanye militer tersebut”, membandingkan operasi di Gaza dengan pengeboman di Jerman dan Jepang dalam Perang Dunia II.
Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah serangan kelompok militan Palestina tersebut pada tanggal 7 Oktober, yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.400 warga Israel, sementara lebih dari 200 orang disandera.
Berbicara kepada panel DPR pada hari Rabu, Leaf menggambarkan penderitaan warga sipil di Gaza sebagai hal yang “menyedihkan secara emosional” tetapi mengatakan bahwa menghentikan operasi militer Israel adalah tindakan yang salah.
“Untuk menyerukan gencatan senjata saat ini, yang mungkin dipatuhi atau tidak oleh Hamas, berarti membiarkan Hamas mengendalikan sekitar 240 sandera, termasuk bayi dan anak-anak, dan juga membiarkan sebagian besar infrastruktur militer tetap utuh dan kapasitas terorisme Hamas masih utuh,” katanya.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
(mas)
tulis komentar anda