AS Kirim Kapal Selam Nuklir dengan 154 Rudal Tomahawk Diduga untuk Perang Lain di Timur Tengah

Selasa, 07 November 2023 - 09:07 WIB
AS mengirim kapal selam nuklir kelas Ohio pembawa 154 rudal jelajah Tomahawk ke Timur Tengah. Ini merupakan pengerahan aset tempur tambahan di tengah perang Israel-Hamas. Foto/REUTERS
TEL AVIV - Kapal selam nuklir kelas Ohio milik Amerika Serikat (AS) telah tiba di Timur Tengah sejak hari Minggu. Pakar menduga kehadiran kapal pembawa 154 rudal jelajah Tomahawk itu sebagai persiapan Amerika untuk perang lain di Timur Tengah.

Washington sudah jauh hari menyatakan dukungannya kepada Israel yang sedang perang besar-besaran melawan Hamas di Gaza, Palestina. AS berdalih pengerahan aset-aset tempurnya ke wilayah itu untuk mencegah perang Israel-Hamas meluas melibatkan negara-negara lain di kawasan.

Pengerahan kapal selam tersebut memicu kekhawatiran, menurut lembaga think tank Quincy Institute for Responsible Statecraft yang berbasis di Washington.



Inti permasalahannya adalah Amerika telah mengumpulkan kekuatan militer dalam jumlah besar di Timur Tengah sehubungan dengan perang Gaza yang sedang berlangsung.



Lembaga think tank secara khusus mengacu pada dua kelompok tempur kapal induk dengan masing-masing sekitar 7.500 personel, dua kapal perusak berpeluru kendali, sembilan skuadron udara (dikerahkan di wilayah Mediterania Timur dan Laut Merah), 4.000 tentara dikirim ke wilayah tersebut dengan 2.000 lainnya bersiaga, selain sekitar 30.000 tentara yang telah ditempatkan di Timur Tengah.

"Angka-angka ini tidak termasuk beberapa lusin pasukan komando yang dikerahkan ke Israel untuk secara aktif membantu Israel melakukan sejumlah hal," kata Christopher P. Maier, Asisten Menteri Pertahanan AS.

Selain itu, ada penasihat militer terkemuka AS yang berada di Israel untuk menyusun strategi mengalahkan Hamas bersama dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

“Amerika Serikat sedang bersiap menuju perang lain di Timur Tengah,” kata Jon Hoffman, analis kebijakan pertahanan dan kebijakan luar negeri di Cato Institute.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More