Kerugian Israel Akibat Perang Melawan Hamas Mencapai Rp795 Triliun
Minggu, 05 November 2023 - 18:18 WIB
GAZA - Perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza akan menelan biaya sebanyak 200 miliar shekel (USD51 miliar atau Rp795 triliun. Itu dilaporkan surat kabar keuangan Calcalist pada Minggu, mengutip angka awal Kementerian Keuangan.
Calcalist melaporkanperkiraan tersebut, setara dengan 10% dari produk domestik bruto, didasarkan pada perang yang berlangsung antara delapan hingga 12 bulan; karena terbatasnya aktivitas di Gaza, tanpa partisipasi penuh Hizbullah Lebanon, Iran atau Yaman; dan sekitar 350.000 warga Israel yang direkrut sebagai cadangan militer segera kembali bekerja.
Calcalist menggambarkan kementerian tersebut menganggap 200 miliar shekel sebagai perkiraan yang “optimis”. Namun kementerian mengatakan pihaknya tidak mendukung data Calcalist.
Kelompok bersenjata Hamas dari Gaza melancarkan serangan paling mematikan terhadap warga sipil Israel dalam sejarah negara itu pada 7 Oktober dan sejak itu Israel membombardir Gaza dengan tujuan melenyapkan kelompok tersebut.
Calcalist mengatakan setengah dari biaya tersebut akan digunakan untuk biaya pertahanan yang berjumlah sekitar 1 miliar shekel per hari. 40-60 miliar shekel lainnya berasal dari hilangnya pendapatan, 17-20 miliar shekel untuk kompensasi bisnis, dan 10-20 miliar shekel untuk rehabilitasi.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich sebelumnya mengatakan pemerintah Israel sedang mempersiapkan paket bantuan ekonomi bagi mereka yang terkena dampak serangan Palestina yang akan “lebih besar dan lebih luas” dibandingkan selama pandemi COVID-19.
Pada hari Kamis, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya berkomitmen untuk membantu semua orang yang terkena dampak.
“Arahan saya jelas: Buka keran dan salurkan dana kepada siapapun yang membutuhkan,” ujarnya tanpa menyebutkan angkanya. "Sama seperti yang kami lakukan pada masa COVID-19. Dalam satu dekade terakhir, kami telah membangun perekonomian yang sangat kuat di sini dan bahkan jika perang memberikan dampak ekonomi bagi kami, seperti yang terjadi saat ini, kami akan membayarnya tanpa ragu-ragu."
Setelah perang, S&P memangkas prospek peringkat Israel menjadi "negatif", sementara Moody's dan Fitch meninjau ulang peringkat Israel untuk kemungkinan penurunan peringkat.
Calcalist melaporkanperkiraan tersebut, setara dengan 10% dari produk domestik bruto, didasarkan pada perang yang berlangsung antara delapan hingga 12 bulan; karena terbatasnya aktivitas di Gaza, tanpa partisipasi penuh Hizbullah Lebanon, Iran atau Yaman; dan sekitar 350.000 warga Israel yang direkrut sebagai cadangan militer segera kembali bekerja.
Calcalist menggambarkan kementerian tersebut menganggap 200 miliar shekel sebagai perkiraan yang “optimis”. Namun kementerian mengatakan pihaknya tidak mendukung data Calcalist.
Kelompok bersenjata Hamas dari Gaza melancarkan serangan paling mematikan terhadap warga sipil Israel dalam sejarah negara itu pada 7 Oktober dan sejak itu Israel membombardir Gaza dengan tujuan melenyapkan kelompok tersebut.
Calcalist mengatakan setengah dari biaya tersebut akan digunakan untuk biaya pertahanan yang berjumlah sekitar 1 miliar shekel per hari. 40-60 miliar shekel lainnya berasal dari hilangnya pendapatan, 17-20 miliar shekel untuk kompensasi bisnis, dan 10-20 miliar shekel untuk rehabilitasi.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich sebelumnya mengatakan pemerintah Israel sedang mempersiapkan paket bantuan ekonomi bagi mereka yang terkena dampak serangan Palestina yang akan “lebih besar dan lebih luas” dibandingkan selama pandemi COVID-19.
Pada hari Kamis, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya berkomitmen untuk membantu semua orang yang terkena dampak.
“Arahan saya jelas: Buka keran dan salurkan dana kepada siapapun yang membutuhkan,” ujarnya tanpa menyebutkan angkanya. "Sama seperti yang kami lakukan pada masa COVID-19. Dalam satu dekade terakhir, kami telah membangun perekonomian yang sangat kuat di sini dan bahkan jika perang memberikan dampak ekonomi bagi kami, seperti yang terjadi saat ini, kami akan membayarnya tanpa ragu-ragu."
Setelah perang, S&P memangkas prospek peringkat Israel menjadi "negatif", sementara Moody's dan Fitch meninjau ulang peringkat Israel untuk kemungkinan penurunan peringkat.
(ahm)
tulis komentar anda