Hamas Ingin Lebih Banyak Bantuan dari Hizbullah untuk Melawan Israel

Jum'at, 27 Oktober 2023 - 20:15 WIB
Anggota biro politik pengambil keputusan Hamas Ghazi Hamad. Foto/AP
GAZA - Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Associated Press (AP) pada Kamis (26/10/2023) bahwa kelompok pejuang Palestina mengharapkan intervensi yang lebih kuat dari Hizbullah dalam perangnya melawan Israel.

Seruan terbuka itu jarang dilakukan Hamas pada sekutunya di wilayah tersebut.

Anggota biro politik pengambil keputusan Hamas Ghazi Hamad mengatakan dalam wawancara, “Kita membutuhkan lebih banyak dari sekutu,” termasuk Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.



Seruan itu muncul mengingat kampanye udara Israel yang menurut pejabat kesehatan Palestina telah memakan lebih dari 7.000 orang, sebagian besar warga sipil, di Jalur Gaza yang terkepung.

Pengeboman Israel yang tiada henti di Gaza terjadi sebagai respons terhadap serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel. Lebih dari 200 orang Israel dibawa ke Gaza sebagai sandera oleh Hamas.

Jumlah korban tewas di kedua belah pihak belum pernah terjadi sebelumnya dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Kekerasan kemungkinan akan meningkat jika Israel melancarkan serangan darat yang bertujuan menghancurkan Hamas.

Di sela-sela perang Israel-Hamas, Hizbullah terlibat dalam pertempuran rutin namun terbatas dengan pasukan Israel di perbatasan Lebanon-Israel.



Ada spekulasi luas mengenai apakah dan sejauh mana Hizbullah akan memperluas keterlibatannya dalam konflik tersebut.

“Hizbullah sekarang bekerja melawan pendudukan,” tegas Hamad di kantor Hamas di Beirut, Kamis.

Dia menjelaskan, “Kami mengapresiasi hal ini. Namun…kami memerlukan lebih banyak hal untuk menghentikan agresi di Gaza…Kami mengharapkan lebih banyak lagi.”

Beberapa pengamat menilai Hizbullah dan Iran lebih memilih menghindari meluasnya konflik Israel-Hamas menjadi perang regional. Pendukung utama Israel, Amerika Serikat, telah memperingatkan Iran dan Hizbullah untuk tidak terlibat.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah bertemu pejabat senior Hamas Saleh al-Arouri dan Ziad Nakhaleh dari kelompok Jihad Islam pada Rabu di Beirut. Ini adalah pertemuan pertama yang dilaporkan secara publik sejak awal perang.

Di tengah spekulasi mengenai tingkat keterlibatan Iran dan Hizbullah dalam merencanakan serangan 7 Oktober, para pejabat Hamas bersikeras mereka bertindak sendiri dalam memutuskan melancarkan operasi tersebut.

Hamad mengulangi pernyataan tersebut. “Keputusan itu hanya diambil oleh Hamas, dan kami bertanggung jawab (untuk itu),” tegas dia.

Dia mengkritik apa yang disebutnya sebagai kemunafikan komunitas internasional, yang secara luas mengutuk pembunuhan warga sipil Israel dan kekejaman yang dilakukan dalam serangan awal Hamas, namun, dalam pandangan Hamad, telah memberi Israel “izin untuk membunuh” warga sipil Palestina di Gaza sebagai tanggapannya.

Hamad mengatakan Hamas yang sejauh ini telah membebaskan empat orang dari lebih 220 sandera setelah melalui mediasi Mesir dan Qatar, “sangat terbuka” untuk berdiskusi mengenai pembebasan sandera lainnya.

Dia tidak meminta maaf atas tingginya jumlah warga sipil yang dibunuh oleh pejuang Hamas di Israel atau melonjaknya jumlah korban sipil di Gaza.

Hamad mengatakan tiga pekan terakhir ini membawa kembali perhatian dunia terhadap perjuangan Palestina dan mengungkap celah-celah yang ada di balik tembok kokoh Israel.

Israel dan negara-negara Barat mencap Hamas sebagai kelompok teroris.

Hamas berupaya menjadikan Palestina sebagai negara Islam, menggantikan Israel yang terletak di antara Sungai Yordan dan Mediterania.

Hamad berpendapat saingan Hamas di Tepi Barat, yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang didukung secara internasional, “tidak mendapat apa-apa” setelah menghabiskan bertahun-tahun dalam negosiasi yang sia-sia dengan Israel mengenai pembentukan negara Palestina.

“Pendekatan itu mendapatkan lebih banyak permukiman (Israel), lebih banyak pelanggaran, lebih banyak pembunuhan,” ujar Hamad.

“Jadi menurut saya sekarang masuk akal bahwa penggunaan alat perlawanan adalah legal terhadap pendudukan. Dan sekarang tidak ada ruang untuk membicarakan perdamaian dengan Israel atau solusi dua negara atau membicarakan hidup berdampingan,” pungkas dia.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More