Netanyahu: Setiap Anggota Hamas Harus Mati
Kamis, 12 Oktober 2023 - 17:45 WIB
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan setiap anggota Hamas harus mati setelah pertemuan pertama dengan pemerintahan darurat negaranya.
Bersamanya, tokoh oposisi Benny Gantz mengatakan ini adalah “masa perang”.
"Setiap anggota Hamas harus mati," katanya.
"Hamas adalah Daesh (sebutan bahasa Arab untuk ISIS) dan kami akan menghancurkan dan memusnahkan mereka sebagaimana dunia telah menghancurkan Daesh," katanya dalam pernyataan singkat yang disiarkan televisi seperti dikutip dari France 24, Kamis (12/10/2023).
Ini adalah pernyataan pertama kali yang disampaikan oleh Netanyahu bersama dengan kabinet perangnya.
Sebelumnya pada hari Rabu, Netanyahu dan Gantz sepakat untuk mengesampingkan persaingan politik sengit yang telah meningkat menjadi protes yang meluas.
Gantz mengatakan kepada warga Israel bahwa pemerintah yang baru dibentuk itu “bersatu” dan siap untuk menghapus kelompok yang disebut Hamas dari muka bumi.
Selain Netanyahu dan Gantz, pemimpin Partai Persatuan Nasional yang berhaluan tengah dan mantan menteri pertahanan, kabinet sementara yang baru juga akan mencakup Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Pemimpin oposisi utama negara itu, Yair Lapid, belum bergabung dengan aliansi tersebut. Namun, Netanyahu dan Gantz mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa satu kursi akan disediakan untuknya di kabinet perang.
“Selama masa perang, tidak ada rancangan undang-undang atau keputusan pemerintah yang akan dipromosikan yang tidak menyangkut jalannya perang,” kata sebuah pernyataan seperti dikutip dari BBC.
"Semua penunjukan senior akan diperpanjang secara otomatis selama masa perang," sambung pernyataan itu.
Pemerintahan darurat Israel akan memberikan konsensus nasional yang lebih luas terhadap tindakan militer. Hal ini juga membawa ke dalam kabinet perang dua suara yang ahli dalam strategi militer. Baik Gantz maupun Gadi Eisenkot, yang bergabung sebagai pengamat, adalah mantan kepala staf militer Israel.
Pengumuman kabinet baru ini terjadi setelah serangan mendadak yang dilakukan militan Hamas dari Jalur Gaza.
Sementara itu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dia telah berbicara dengan Netanyahu dan menjelaskan bahwa Israel harus "beroperasi sesuai aturan perang".
Korban tewas di Israel telah mencapai 1.200 orang. Lebih dari 1.100 orang tewas akibat serangan udara Israel di Gaza.
Biden mengatakan dia memahami kemarahan dan frustrasi rakyat Israel, namun mendesak Israel untuk mematuhi prinsip-prinsip konvensi Jenewa. Dia juga memperingatkan Iran – yang menyambut baik serangan Hamas – untuk “berhati-hati”.
Bersamanya, tokoh oposisi Benny Gantz mengatakan ini adalah “masa perang”.
"Setiap anggota Hamas harus mati," katanya.
"Hamas adalah Daesh (sebutan bahasa Arab untuk ISIS) dan kami akan menghancurkan dan memusnahkan mereka sebagaimana dunia telah menghancurkan Daesh," katanya dalam pernyataan singkat yang disiarkan televisi seperti dikutip dari France 24, Kamis (12/10/2023).
Ini adalah pernyataan pertama kali yang disampaikan oleh Netanyahu bersama dengan kabinet perangnya.
Sebelumnya pada hari Rabu, Netanyahu dan Gantz sepakat untuk mengesampingkan persaingan politik sengit yang telah meningkat menjadi protes yang meluas.
Gantz mengatakan kepada warga Israel bahwa pemerintah yang baru dibentuk itu “bersatu” dan siap untuk menghapus kelompok yang disebut Hamas dari muka bumi.
Selain Netanyahu dan Gantz, pemimpin Partai Persatuan Nasional yang berhaluan tengah dan mantan menteri pertahanan, kabinet sementara yang baru juga akan mencakup Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Pemimpin oposisi utama negara itu, Yair Lapid, belum bergabung dengan aliansi tersebut. Namun, Netanyahu dan Gantz mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa satu kursi akan disediakan untuknya di kabinet perang.
“Selama masa perang, tidak ada rancangan undang-undang atau keputusan pemerintah yang akan dipromosikan yang tidak menyangkut jalannya perang,” kata sebuah pernyataan seperti dikutip dari BBC.
"Semua penunjukan senior akan diperpanjang secara otomatis selama masa perang," sambung pernyataan itu.
Baca Juga
Pemerintahan darurat Israel akan memberikan konsensus nasional yang lebih luas terhadap tindakan militer. Hal ini juga membawa ke dalam kabinet perang dua suara yang ahli dalam strategi militer. Baik Gantz maupun Gadi Eisenkot, yang bergabung sebagai pengamat, adalah mantan kepala staf militer Israel.
Pengumuman kabinet baru ini terjadi setelah serangan mendadak yang dilakukan militan Hamas dari Jalur Gaza.
Sementara itu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dia telah berbicara dengan Netanyahu dan menjelaskan bahwa Israel harus "beroperasi sesuai aturan perang".
Korban tewas di Israel telah mencapai 1.200 orang. Lebih dari 1.100 orang tewas akibat serangan udara Israel di Gaza.
Biden mengatakan dia memahami kemarahan dan frustrasi rakyat Israel, namun mendesak Israel untuk mematuhi prinsip-prinsip konvensi Jenewa. Dia juga memperingatkan Iran – yang menyambut baik serangan Hamas – untuk “berhati-hati”.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda