Media China: AS Kekuatan Berdarah Dingin yang Tak Becus Tangani Covid-19
Kamis, 30 April 2020 - 04:27 WIB
BEIJING - Sejumlah media pemerintah China ramai-ramai menyerang pemerintah Amerika Serikat (AS) karena terus menyalahkan Beijing atas pandemi virus corona baru (Covid-19). Dalam serangan verbalnya, media-media tersebut menilai Washington sebagai negara kekuatan dunia yang berdarah dingin, tapi tak kompeten mengatasi pandemi di dalam negerinya.
Xinhua, media yang dikelola pemerintah China, dalam editorialnya menyebut Washington egois, berdarah dingin dan kekuatan dunia yang tidak becus. Editorial yang diterbitkan hari Rabu (29/4/2020) itu berjudul; "Bashing China over pandemic despicable, futile",
Serangan pedas itu dididuga sebagai pembalasan atas klaim Presiden AS Donald Trump pada Senin lalu yang menyatakan China seharusnya bisa menghentikan virus corona sebelum menyapu seluruh dunia.
"(Pemerintahan Trump) sedang menyalahkan China untuk menutupi kegelapannya sendiri, ketidakmampuan dan akuntabilitas dalam menangani wabah di Amerika Serikat," bunyi editorial Xinhua.
"Jika pemerintahan Trump benar-benar bertanggung jawab untuk rakyat Amerika, masuk akal dan mampu menanggapi epidemi, itu harus berhenti mengalihkan kesalahan kepada China, dan menjelaskan kepada dunia apa yang telah dilakukan dan apa yang terjadi di Amerika Serikat," lanjut editorial tersebut.
Artikel itu juga mengecam Trump tentang dukungannya untuk penyelidikan independen tentang asal-usul virus, yang menggambarkannya sebagai "noda pada China".
"AS mengolesi China atas sumber dan penanganan pandemi COVID-19 telah meningkatkan mentalitasnya yang egois dan berdarah dingin yang menurunkan statusnya sebagai kekuatan yang bertanggung jawab dan kompeten," imbuh editorial Xinhua.
“China telah memperjelas apa yang telah dilakukannya untuk menyediakan informasi bagi seluruh dunia tentang pencegahan dan pengendalian epidemi. Masalah melacak asal virus sangat rumit, dan sejauh ini tidak ada kesimpulan yang dapat dibuat."
Global Times, media yang juga dikelola pemerintah China menyerang AS dengan editorial berjudul;"1 million COVID-19 infections show US no super power".
“AS adalah rumah bagi lebih dari 300 juta orang. Jika proporsi infeksi yang sama terjadi di China, negara dengan lebih dari 1,4 miliar orang, 4 juta orang akan terinfeksi, sekitar 50 kali lebih banyak dari jumlah sebenarnya yang dilaporkan," bunyi editorial tersebut.
"Orang-orang China tidak akan membiarkan negara mereka menderita infeksi besar seperti AS. AS tidak berada dalam kekacauan, bukan karena orang Amerika telah rela menerima penderitaan mereka dari COVID-19 tetapi karena mereka terlalu putus asa untuk bertarung," lanjut editorial tersebut.
“Cara organisasi sosial AS menunjukkan ketidakmampuan untuk menahan virus corona, sementara politisi sibuk memusatkan perhatian pada pemilu, dan masyarakat AS sedang dalam kekacauan dan tidak mampu memobilisasi pertempuran nasional melawan COVID-19. Orang Amerika biasa hanya bisa menjaga diri mereka sendiri."
Sebagian besar ilmuwan percaya virus itu berasal dari kelelawar dan kemungkinan besar berpindah ke manusia di pasar basah di Wuhan. Namun minggu lalu, Trump mengatakan para pejabat intelijen AS sedang menyelidiki apakah virus itu lolos dari laboratorium di Wuhan.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga dicerca oleh media China minggu ini atas dukungannya untuk penyelidikan asal usul Covid-19.
Pada hari Selasa, surat kabar People's Daily yang dikendalikan negara China menuduh Morrison berusaha mengalihkan perhatian dari penanganannya terhadap kebakaran hutan yang menghancurkan di negara itu.
"Pemerintah Morrison yang sangat bermasalah ingin menemukan jalan keluar bagi kemarahan publik domestik," bunyi laporan media tersebut. "Mereka menggunakan trik lama untuk mencoba dan menyalahkan China."
Surat kabar itu menyatakan seruan Morrison untuk penyelidikan independen akan gagal, dan Prancis dan Inggris akan menolaknya.
"Ini adalah tamparan di wajah yang datang dengan cepat," imbuh laporan surat kabar China.
Xinhua, media yang dikelola pemerintah China, dalam editorialnya menyebut Washington egois, berdarah dingin dan kekuatan dunia yang tidak becus. Editorial yang diterbitkan hari Rabu (29/4/2020) itu berjudul; "Bashing China over pandemic despicable, futile",
Serangan pedas itu dididuga sebagai pembalasan atas klaim Presiden AS Donald Trump pada Senin lalu yang menyatakan China seharusnya bisa menghentikan virus corona sebelum menyapu seluruh dunia.
"(Pemerintahan Trump) sedang menyalahkan China untuk menutupi kegelapannya sendiri, ketidakmampuan dan akuntabilitas dalam menangani wabah di Amerika Serikat," bunyi editorial Xinhua.
"Jika pemerintahan Trump benar-benar bertanggung jawab untuk rakyat Amerika, masuk akal dan mampu menanggapi epidemi, itu harus berhenti mengalihkan kesalahan kepada China, dan menjelaskan kepada dunia apa yang telah dilakukan dan apa yang terjadi di Amerika Serikat," lanjut editorial tersebut.
Artikel itu juga mengecam Trump tentang dukungannya untuk penyelidikan independen tentang asal-usul virus, yang menggambarkannya sebagai "noda pada China".
"AS mengolesi China atas sumber dan penanganan pandemi COVID-19 telah meningkatkan mentalitasnya yang egois dan berdarah dingin yang menurunkan statusnya sebagai kekuatan yang bertanggung jawab dan kompeten," imbuh editorial Xinhua.
“China telah memperjelas apa yang telah dilakukannya untuk menyediakan informasi bagi seluruh dunia tentang pencegahan dan pengendalian epidemi. Masalah melacak asal virus sangat rumit, dan sejauh ini tidak ada kesimpulan yang dapat dibuat."
Global Times, media yang juga dikelola pemerintah China menyerang AS dengan editorial berjudul;"1 million COVID-19 infections show US no super power".
“AS adalah rumah bagi lebih dari 300 juta orang. Jika proporsi infeksi yang sama terjadi di China, negara dengan lebih dari 1,4 miliar orang, 4 juta orang akan terinfeksi, sekitar 50 kali lebih banyak dari jumlah sebenarnya yang dilaporkan," bunyi editorial tersebut.
"Orang-orang China tidak akan membiarkan negara mereka menderita infeksi besar seperti AS. AS tidak berada dalam kekacauan, bukan karena orang Amerika telah rela menerima penderitaan mereka dari COVID-19 tetapi karena mereka terlalu putus asa untuk bertarung," lanjut editorial tersebut.
“Cara organisasi sosial AS menunjukkan ketidakmampuan untuk menahan virus corona, sementara politisi sibuk memusatkan perhatian pada pemilu, dan masyarakat AS sedang dalam kekacauan dan tidak mampu memobilisasi pertempuran nasional melawan COVID-19. Orang Amerika biasa hanya bisa menjaga diri mereka sendiri."
Sebagian besar ilmuwan percaya virus itu berasal dari kelelawar dan kemungkinan besar berpindah ke manusia di pasar basah di Wuhan. Namun minggu lalu, Trump mengatakan para pejabat intelijen AS sedang menyelidiki apakah virus itu lolos dari laboratorium di Wuhan.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga dicerca oleh media China minggu ini atas dukungannya untuk penyelidikan asal usul Covid-19.
Pada hari Selasa, surat kabar People's Daily yang dikendalikan negara China menuduh Morrison berusaha mengalihkan perhatian dari penanganannya terhadap kebakaran hutan yang menghancurkan di negara itu.
"Pemerintah Morrison yang sangat bermasalah ingin menemukan jalan keluar bagi kemarahan publik domestik," bunyi laporan media tersebut. "Mereka menggunakan trik lama untuk mencoba dan menyalahkan China."
Surat kabar itu menyatakan seruan Morrison untuk penyelidikan independen akan gagal, dan Prancis dan Inggris akan menolaknya.
"Ini adalah tamparan di wajah yang datang dengan cepat," imbuh laporan surat kabar China.
(min)
tulis komentar anda