PM Hongaria: Konflik Ukraina - Rusia Adalah Perang Saudara
Sabtu, 30 September 2023 - 21:45 WIB
MOSKOW - Konflik Ukraina adalah pertarungan antara dua negara Slavia yang tidak boleh dilibatkan oleh seluruh dunia. Itu diungkapkan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban.
Dia menambahkan bahwa sebagian besar negara-negara Barat lainnya melakukan segala yang mereka bisa untuk menyebarkan permusuhan.
Dalam sebuah wawancara dengan Radio Kossuth, Orban mengatakan konflik antara Kiev dan Moskow “bukanlah perang kita,” melainkan “perang persaudaraan Slavia antara dua negara.” Oleh karena itu, ia mengatakan negara-negara lain harus berusaha untuk “mengisolasinya, memisahkannya, dan mencegah penyebarannya lebih jauh.”
Namun ia mengakui bahwa Budapest dan negara-negara Barat lainnya mempunyai pandangan yang sangat berbeda mengenai situasi ini, dimana negara-negara Barat bermaksud mengglobalkan konflik dan melihatnya sebagai perang mereka.
Menurut Orban, pendekatan ini keliru karena negara-negara Barat menanggung risiko akibat yang parah tanpa memiliki tujuan yang jelas.
Ia mengaitkan perbedaan posisi ini dengan fakta bahwa Hongaria berbatasan langsung dengan Ukraina, sementara sebagian besar pendukung Kiev berada cukup jauh dari negara tersebut.
Perdana Menteri Hongaria mencatat bahwa, meskipun “puluhan ribu orang tewas”, garis depan tetap tidak berubah, dan terdapat “bahaya terus-menerus” bahwa negara-negara lain akan terkena dampak konflik.
Orban juga menyatakan bahwa mengakui Ukraina sebagai anggota Uni Eropa sebelum konflik selesai adalah suatu kesalahan. Dia mencatat bahwa Kiev dan Moskow memiliki sengketa wilayah, dan oleh karena itu sulit untuk memprediksi seberapa besar atau kecil Ukraina pada akhirnya, dan berapa banyak penduduk yang akan tetap tinggal ketika permusuhan berakhir. Dia mengatakan ini adalah parameter kunci untuk mendistribusikan tanggung jawab dan sumber daya di UE.
Perdana menteri menyimpulkan dengan mengklaim bahwa blok tersebut kekurangan dana, dan saat ini harus memutuskan antara mendukung Ukraina atau negara-negara anggotanya yang kurang berkembang, seperti Polandia, Hongaria, Republik Ceko, Slovakia, dan Kroasia.
Awal bulan ini, Orban meramalkan bahwa “memburuknya situasi ekonomi di Barat akan memaksa negara-negara untuk membela perdamaian,” dan mereka akan mendesak Kiev untuk bernegosiasi dengan Moskow.
Sejak konflik pecah pada Februari 2022, Hongaria sangat kritis terhadap sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia, serta pengiriman persenjataan yang semakin canggih ke Ukraina.
Dia menambahkan bahwa sebagian besar negara-negara Barat lainnya melakukan segala yang mereka bisa untuk menyebarkan permusuhan.
Dalam sebuah wawancara dengan Radio Kossuth, Orban mengatakan konflik antara Kiev dan Moskow “bukanlah perang kita,” melainkan “perang persaudaraan Slavia antara dua negara.” Oleh karena itu, ia mengatakan negara-negara lain harus berusaha untuk “mengisolasinya, memisahkannya, dan mencegah penyebarannya lebih jauh.”
Namun ia mengakui bahwa Budapest dan negara-negara Barat lainnya mempunyai pandangan yang sangat berbeda mengenai situasi ini, dimana negara-negara Barat bermaksud mengglobalkan konflik dan melihatnya sebagai perang mereka.
Menurut Orban, pendekatan ini keliru karena negara-negara Barat menanggung risiko akibat yang parah tanpa memiliki tujuan yang jelas.
Ia mengaitkan perbedaan posisi ini dengan fakta bahwa Hongaria berbatasan langsung dengan Ukraina, sementara sebagian besar pendukung Kiev berada cukup jauh dari negara tersebut.
Perdana Menteri Hongaria mencatat bahwa, meskipun “puluhan ribu orang tewas”, garis depan tetap tidak berubah, dan terdapat “bahaya terus-menerus” bahwa negara-negara lain akan terkena dampak konflik.
Orban juga menyatakan bahwa mengakui Ukraina sebagai anggota Uni Eropa sebelum konflik selesai adalah suatu kesalahan. Dia mencatat bahwa Kiev dan Moskow memiliki sengketa wilayah, dan oleh karena itu sulit untuk memprediksi seberapa besar atau kecil Ukraina pada akhirnya, dan berapa banyak penduduk yang akan tetap tinggal ketika permusuhan berakhir. Dia mengatakan ini adalah parameter kunci untuk mendistribusikan tanggung jawab dan sumber daya di UE.
Perdana menteri menyimpulkan dengan mengklaim bahwa blok tersebut kekurangan dana, dan saat ini harus memutuskan antara mendukung Ukraina atau negara-negara anggotanya yang kurang berkembang, seperti Polandia, Hongaria, Republik Ceko, Slovakia, dan Kroasia.
Awal bulan ini, Orban meramalkan bahwa “memburuknya situasi ekonomi di Barat akan memaksa negara-negara untuk membela perdamaian,” dan mereka akan mendesak Kiev untuk bernegosiasi dengan Moskow.
Sejak konflik pecah pada Februari 2022, Hongaria sangat kritis terhadap sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia, serta pengiriman persenjataan yang semakin canggih ke Ukraina.
(ahm)
tulis komentar anda