Rusia Sebut Tak Punya Pilihan Lain Selain Konflik Langsung dengan NATO
Rabu, 27 September 2023 - 07:02 WIB
MOSKOW - Rusia merasa sudah tidak punya pilihan lain selain konflik langsung dengan NATO. Moskow juga menuding aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) itu akan menyebabkan konflik yang lebih buruk daripada Perang Dunia II.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyampaikan hal itu ketika merespons laporan kedatangan tank tempur M1 Abrams buatan AS di Ukraina.
Dia mengatakan negara-negara Barat telah mendorong dunia lebih dekat ke konflik global yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II—dengan memasok senjata yang semakin berat ke Ukraina dan merayakan Nazisme.
Komentar mantan presiden Rusia soal Nazisme itu terkait tindakan Parlemen Kanada yang mengundang dan memberikan standing ovation kepada Yaroslav Hunka, veteran Ukraina yang bekerja di unit militer Nazi selama Perang Dunia II.
Itu berlangsung ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkunjung ke Kanada pekan lalu.
“Sepertinya Rusia tidak mempunyai pilihan lain selain konflik langsung dengan NATO,” kata Medvedev, sambil menyoroti laporan bahwa Washington telah menjanjikan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) ke Kyiv, sebagaimana dilaporkan RT, Rabu (27/9/2023).
Medvedev mengeklaim bahwa NATO telah berubah menjadi blok fasis yang mirip dengan Poros Hitler. "Hanya saja lebih besar,” katanya, menambahkan bahwa Rusia masih siap menghadapinya jika diperlukan.
Dia memperingatkan bahwa konflik langsung Rusia dengan NATO akan menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi umat manusia.
“Akibatnya adalah kerugian yang jauh lebih besar bagi umat manusia dibandingkan tahun 1945,” katanya.
Medvedev telah mengambil sikap garis keras terhadap hubungan Rusia dengan Barat di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Moskow dan Kyiv.
Pada bulan September ini, misalnya, dia menyarankan penangguhan hubungan diplomatik dengan Uni Eropa setelah blok Eropa tersebut mendukung pelarangan warga negara Rusia membawa mobil pribadi dan ponsel pintar ke wilayah tersebut, dengan alasan potensi pelanggaran sanksi.
Dia sebelumnya mengecam pendukung Kyiv di Barat sebagai koalisi “pro-Nazi” dan berulang kali memperingatkan tentang potensi konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyampaikan hal itu ketika merespons laporan kedatangan tank tempur M1 Abrams buatan AS di Ukraina.
Dia mengatakan negara-negara Barat telah mendorong dunia lebih dekat ke konflik global yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II—dengan memasok senjata yang semakin berat ke Ukraina dan merayakan Nazisme.
Komentar mantan presiden Rusia soal Nazisme itu terkait tindakan Parlemen Kanada yang mengundang dan memberikan standing ovation kepada Yaroslav Hunka, veteran Ukraina yang bekerja di unit militer Nazi selama Perang Dunia II.
Itu berlangsung ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkunjung ke Kanada pekan lalu.
“Sepertinya Rusia tidak mempunyai pilihan lain selain konflik langsung dengan NATO,” kata Medvedev, sambil menyoroti laporan bahwa Washington telah menjanjikan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) ke Kyiv, sebagaimana dilaporkan RT, Rabu (27/9/2023).
Medvedev mengeklaim bahwa NATO telah berubah menjadi blok fasis yang mirip dengan Poros Hitler. "Hanya saja lebih besar,” katanya, menambahkan bahwa Rusia masih siap menghadapinya jika diperlukan.
Dia memperingatkan bahwa konflik langsung Rusia dengan NATO akan menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi umat manusia.
“Akibatnya adalah kerugian yang jauh lebih besar bagi umat manusia dibandingkan tahun 1945,” katanya.
Medvedev telah mengambil sikap garis keras terhadap hubungan Rusia dengan Barat di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Moskow dan Kyiv.
Pada bulan September ini, misalnya, dia menyarankan penangguhan hubungan diplomatik dengan Uni Eropa setelah blok Eropa tersebut mendukung pelarangan warga negara Rusia membawa mobil pribadi dan ponsel pintar ke wilayah tersebut, dengan alasan potensi pelanggaran sanksi.
Dia sebelumnya mengecam pendukung Kyiv di Barat sebagai koalisi “pro-Nazi” dan berulang kali memperingatkan tentang potensi konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(mas)
tulis komentar anda