5 Alasan Kerajaan Arab Saudi Ingin Miliki Senjata Nuklir
Senin, 25 September 2023 - 12:26 WIB
JAKARTA - Kerajaan Arab Saudi blakblakan menginginkan senjata nuklir, namun itu hanya jika rivalnya; Iran, membuat senjata semacam itu.
"Jika Iran mendapatkan senjata semacam itu, Arab Saudi harus mendapatkannya untuk alasan keamanan, untuk menyeimbangkan kekuatan," kata Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) ketika ditanya Fox News tentang potensi Teheran untuk mendapatkan senjata nuklir dan apa artinya bagi Riyadh.
Putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini menyuarakan kekhawatiran jika Iran memang benar-benar mengejar ambisi memperoleh senjata nuklir.
“Kami khawatir jika ada negara yang mempunyai senjata nuklir: Itu tindakan yang buruk, itu tindakan yang buruk,” ujarnya. “Mereka tidak perlu memiliki senjata nuklir karena Anda tidak dapat menggunakannya," paparnya.
Keinginan kerajaan untuk memiliki senjata nuklir dengan Iran sebagai alasannya telah jauh hari disuarakan pangeran senior kerajaan; Turki Al-Faisal.
Pangeran Turki, yang merupakan mantan Kepala Intelijen Saudi, menyampaikan hal itu pertama kali pada 2016 silam. Saat itu dia berdebat dengan mantan penasihat keamanan nasional Perdana Menteri Israel; Mayor Jenderal (Purn) Yaakov Amidror, di Washington.
Menurut Pangeran Turki semua opsi Saudi berada di atas meja jika Iran bergerak ke arah pembuatan bom nuklir. ”Termasuk mengakuisisi senjata nuklir, untuk menghadapi kemungkinan apa pun yang mungkin datang dari Iran,” katanya.
Para pangeran kerajaan telah menguraikan alasan logis Arab Saudi ingin memiliki senjata nuklir. Berikut lima alasan tersebut.
Sejumlah negara melihat senjata nuklir sebagai sarana untuk meningkatkan keamanan nasional mereka. Dengan memiliki senjata nuklir, mereka dapat merasa lebih aman dari ancaman serangan militer dari negara-negara lain.
Alasan ini pula yang dipakai Arab Saudi untuk memiliki senjata nuklir. Iran, sebagai rival, belum terbukti mengembangkan senjata nuklir.
Sedangkan Israel dilaporkan sejumlah lembaga dan ilmuwan telah memiliki senjata nuklir, meski negara itu tidak bersedia mengonfirmasi.
Senjata nuklir dapat digunakan untuk menciptakan keseimbangan kekuatan regional atau global.
Dalam beberapa kasus, sejumlah negara ingin memiliki senjata nuklir sebagai respons terhadap kepemilikan senjata nuklir oleh negara-negara tetangga atau saingan.
Alasan ini sudah blakblakan disampaikan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Konsep penting dalam pemahaman senjata nuklir adalah deterrence atau pencegahan.
Negara-negara yang memiliki senjata nuklir dapat menggunakannya sebagai alat untuk mencegah serangan dari pihak lawan dengan ancaman retaliasi yang sangat mematikan.
Arab Saudi juga menggunakan alasan ini mengingat situasi keamanan di Timur Tengah yang tidak pernah stabil.
Status sebagai negara pemilik senjata nuklir dapat memberikan keuntungan politik dalam diplomasi internasional. Hal ini dapat meningkatkan pengaruh dan peran negara di panggung dunia.
Arab Saudi belum secara jelas menggunakan alasan ini. Namun, kerajaan dalam beberapa tahun terakhir semakin gencar memainkan perannya di panggung global.
Bagi beberapa negara, memiliki senjata nuklir bisa menjadi simbol kekuatan dan prestise nasional. Ini bisa menjadi aspek penting dari identitas nasional dan pemahaman diri mereka.
Alasan ini pula yang mendasari Riyadh sebagai salah satu kekuatan utama di kawasan regional.
Penting untuk dicatat bahwa pengembangan senjata nuklir oleh negara mana pun akan memiliki konsekuensi serius dalam hal keamanan global dan dapat memicu perlombaan senjata nuklir yang berbahaya.
Oleh karena itu, upaya internasional, seperti Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), telah diciptakan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan mendorong negara-negara untuk mengurangi stok senjata nuklir mereka.
Selain itu, masalah penyebaran senjata nuklir adalah isu yang sangat kompleks dan sensitif, yang memerlukan perhatian serius dari komunitas internasional.
Lihat Juga: Daftar 11 Kapal Induk Bertenaga Nuklir AS, Aset Strategis untuk Pertahankan Pengaruh Global
"Jika Iran mendapatkan senjata semacam itu, Arab Saudi harus mendapatkannya untuk alasan keamanan, untuk menyeimbangkan kekuatan," kata Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) ketika ditanya Fox News tentang potensi Teheran untuk mendapatkan senjata nuklir dan apa artinya bagi Riyadh.
Putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini menyuarakan kekhawatiran jika Iran memang benar-benar mengejar ambisi memperoleh senjata nuklir.
“Kami khawatir jika ada negara yang mempunyai senjata nuklir: Itu tindakan yang buruk, itu tindakan yang buruk,” ujarnya. “Mereka tidak perlu memiliki senjata nuklir karena Anda tidak dapat menggunakannya," paparnya.
Keinginan kerajaan untuk memiliki senjata nuklir dengan Iran sebagai alasannya telah jauh hari disuarakan pangeran senior kerajaan; Turki Al-Faisal.
Pangeran Turki, yang merupakan mantan Kepala Intelijen Saudi, menyampaikan hal itu pertama kali pada 2016 silam. Saat itu dia berdebat dengan mantan penasihat keamanan nasional Perdana Menteri Israel; Mayor Jenderal (Purn) Yaakov Amidror, di Washington.
Menurut Pangeran Turki semua opsi Saudi berada di atas meja jika Iran bergerak ke arah pembuatan bom nuklir. ”Termasuk mengakuisisi senjata nuklir, untuk menghadapi kemungkinan apa pun yang mungkin datang dari Iran,” katanya.
5 Alasan Arab Saudi Ingin Miliki Senjata Nuklir
Para pangeran kerajaan telah menguraikan alasan logis Arab Saudi ingin memiliki senjata nuklir. Berikut lima alasan tersebut.
1. Alasan Keamanan Nasional
Sejumlah negara melihat senjata nuklir sebagai sarana untuk meningkatkan keamanan nasional mereka. Dengan memiliki senjata nuklir, mereka dapat merasa lebih aman dari ancaman serangan militer dari negara-negara lain.
Alasan ini pula yang dipakai Arab Saudi untuk memiliki senjata nuklir. Iran, sebagai rival, belum terbukti mengembangkan senjata nuklir.
Sedangkan Israel dilaporkan sejumlah lembaga dan ilmuwan telah memiliki senjata nuklir, meski negara itu tidak bersedia mengonfirmasi.
2. Alasan Keseimbangan Kekuatan
Senjata nuklir dapat digunakan untuk menciptakan keseimbangan kekuatan regional atau global.
Dalam beberapa kasus, sejumlah negara ingin memiliki senjata nuklir sebagai respons terhadap kepemilikan senjata nuklir oleh negara-negara tetangga atau saingan.
Alasan ini sudah blakblakan disampaikan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
3. Alasan Pencegahan (Deterrence)
Konsep penting dalam pemahaman senjata nuklir adalah deterrence atau pencegahan.
Negara-negara yang memiliki senjata nuklir dapat menggunakannya sebagai alat untuk mencegah serangan dari pihak lawan dengan ancaman retaliasi yang sangat mematikan.
Arab Saudi juga menggunakan alasan ini mengingat situasi keamanan di Timur Tengah yang tidak pernah stabil.
4. Alasan Keuntungan Politik
Status sebagai negara pemilik senjata nuklir dapat memberikan keuntungan politik dalam diplomasi internasional. Hal ini dapat meningkatkan pengaruh dan peran negara di panggung dunia.
Arab Saudi belum secara jelas menggunakan alasan ini. Namun, kerajaan dalam beberapa tahun terakhir semakin gencar memainkan perannya di panggung global.
5. Alasan Simbolik
Bagi beberapa negara, memiliki senjata nuklir bisa menjadi simbol kekuatan dan prestise nasional. Ini bisa menjadi aspek penting dari identitas nasional dan pemahaman diri mereka.
Alasan ini pula yang mendasari Riyadh sebagai salah satu kekuatan utama di kawasan regional.
Penting untuk dicatat bahwa pengembangan senjata nuklir oleh negara mana pun akan memiliki konsekuensi serius dalam hal keamanan global dan dapat memicu perlombaan senjata nuklir yang berbahaya.
Oleh karena itu, upaya internasional, seperti Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), telah diciptakan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan mendorong negara-negara untuk mengurangi stok senjata nuklir mereka.
Selain itu, masalah penyebaran senjata nuklir adalah isu yang sangat kompleks dan sensitif, yang memerlukan perhatian serius dari komunitas internasional.
Lihat Juga: Daftar 11 Kapal Induk Bertenaga Nuklir AS, Aset Strategis untuk Pertahankan Pengaruh Global
(mas)
tulis komentar anda