Putra Mahkota Arab Saudi Kesal dengan Perdana Menteri Israel Netanyahu

Rabu, 20 September 2023 - 18:45 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman kesal dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto/REUTERS
RIYADH - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman disebut sedang “kesal” dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.

Kabar itu diungkap Channel 12 TV Israel pada Selasa (19/9/2023). Hal ini diyakini menjadi alasan mengapa perundingan normalisasi antara keduanya tertunda.

Mengutip para pejabat senior Saudi, laporan tersebut mengklaim Riyadh tidak akan menerima normalisasi hubungan dengan Israel tanpa pembentukan negara Palestina yang merdeka.

Para pejabat menekankan, “Arab Saudi tidak akan menandatangani perjanjian normalisasi tanpa syarat, dan menunjukkan Netanyahu tidak siap memberikan konsesi apa pun kepada Palestina.”



Menurut Channel 12, para pejabat Saudi menambahkan, “Kerajaan tidak tertarik untuk berbicara dengan pemerintah ekstremis Israel saat ini.”

Tidak ada cara lain untuk menyelesaikan konflik tersebut selain dengan memastikan berdirinya negara Palestina yang merdeka.

Dilaporkan pada Senin, Menteri Luar Negeri Saudi Faisal Bin Farhan mengatakan satu-satunya cara menyelesaikan konflik Israel-Palestina adalah melalui negara Palestina yang merdeka.

“Tidak ada cara untuk menyelesaikan konflik selain dengan memastikan berdirinya negara Palestina yang merdeka,” tegas Faisal Bin Farhan.



“Masyarakat mulai kehilangan harapan terhadap solusi dua negara. Rencananya harus kembali ke garis depan,” ungkap dia.

Channel 12 juga melaporkan para pejabat Saudi mengatakan syarat utama bagi Kerajaan menandatangani perjanjian normalisasi dengan negara pendudukan adalah mengizinkan pengayaan uranium di Arab Saudi; menciptakan negara Palestina merdeka bersama Israel di wilayah Palestina yang diduduki; dan mempertahankan status quo di Yerusalem.

Israel dilaporkan “berkeringat” atas harga normalisasi dengan Arab Saudi. Kemungkinan Kerajaan Arab Saudi mempunyai program nuklirnya sendiri, bahkan untuk tujuan sipil, sangat mengkhawatirkan bagi negara apartheid tersebut.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More