China Makin Agresif, 68 Pesawat Tempur dan 10 Kapalnya Dekati Taiwan
Jum'at, 15 September 2023 - 00:32 WIB
TAIPEI - Militer China semakin agresif, di mana 68 pesawat tempur dan 10 kapal Angkatan Laut-nya telah terdeteksi mendekati Taiwan pada Kamis (14/9/2023).
Manuver ini terjadi setelah pihak berwenang di Taipei memperingatkan bahwa Beijing sedang melakukan latihan udara dan laut di Pasifik Barat.
China mengeklaim Taiwan—yang memiliki pemerintahan sendiri selama bertahun-tahun—sebagai wilayahnya dan hubungan kedua pihak memburuk sejak Presiden Tsai Ing-wen yang berhaluan kemerdekaan mengambil alih kekuasaan Taiwan pada 2016.
Beijing dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan tekanan diplomatik dan militer terhadap Taiwan dan jumlah penerbangan pesawat tempur di sekitar pulau itu meningkat secara dramatis setelah kunjungan Nancy Pelosi, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS), pada bulan Agustus lalu.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 68 pesawat tempur dan 10 kapal Angkatan Laut China terdeteksi di dekat pulau itu antara Rabu pagi hingga Kamis pagi.
Beberapa pesawat dan kapal militer tersebut sedang menuju ke wilayah yang tidak ditentukan di Pasifik Barat untuk melakukan latihan laut dan udara bersama dengan kapal induk Shandong.
Shandong, salah satu dari dua kapal induk yang beroperasi di armada China, terdeteksi pada Senin sekitar 60 mil laut (110 kilometer) tenggara Taiwan menuju ke Pasifik Barat.
Kementerian Pertahanan Jepang juga mengatakan pada hari Rabu bahwa Angkatan Laut-nya telah mendeteksi enam kapal-–termasuk fregat, kapal perusak, satu kapal pendukung tempur cepat dan kapal induk Shandong-–berlayar melintasi perairan sekitar 650 kilometer (400 mil) selatan pulau Miyakojima, sebelah timur Taiwan.
Kementerian itu juga mengonfirmasi bahwa jet tempur dan helikopter terdeteksi lepas landas dan mendarat dari kapal induk Shandong.
"Militer China telah ditugaskan untuk mengembangkan kemampuan untuk mengambil alih Taiwan," kata Bonnie Glaser, pakar tentang China di German Marshall Fund yang berbasis di Washington DC.
“Latihan militer tersebut bertujuan untuk mengembangkan dan melatih kemampuan tersebut,” lanjut Glaser, seperti dikutip AFP.
“Kita memperkirakan tren ini akan terus berlanjut, dengan meningkatnya tekanan terhadap Taiwan.”
James Char, peneliti di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, mengatakan aktivitas militer China di sekitar Taiwan—khususnya serbuan udara ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) pulau itu—telah menjadi “kejadian biasa”.
Namun, imbuh Char, semua aktivitas tersebut, tanpa kecuali, merupakan operasi di bawah ambang batas perang dan terjadi di luar wilayah udara teritorial Taiwan.
China belum memberikan komentar resmi mengenai latihan apa pun yang dilakukan di Pasifik Barat.
Berbeda dengan pertikaian yang terjadi, Beijing pada minggu ini menawarkan prospek perlakuan istimewa bagi orang-orang Taiwan yang ingin tinggal, bekerja, belajar, dan berbisnis di daratan China.
Serangkaian “pendapat” yang diumumkan oleh dua badan utama Partai Komunis China pada hari Selasa juga mendesak kota pesisir Xiamen untuk “mempercepat” integrasinya dengan pulau Kinmen dan Matsu yang dikelola Taiwan yang terletak beberapa mil lepas pantai.
Pada konferensi pers hari Kamis, Pan Xianzhang, wakil direktur Kantor Urusan Taiwan di Komite Sentral Partai Komunis China, mengatakan tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk menciptakan "zona demonstrasi untuk pembangunan terpadu lintas selat".
“Fokusnya adalah memimpin penerapan perlakuan yang sama bagi rekan-rekan Taiwan dan dunia usaha sehingga membuat rekan-rekan Taiwan merasakan sepenuhnya manfaat integrasi," kata Pan.
Cong Liang, wakil direktur Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China, mengatakan pada pengarahan yang sama bahwa jalur kereta api berkecepatan tinggi harus dibangun melintasi Selat Taiwan untuk mencapai “konektivitas infrastruktur langsung” dengan daratan.
China melakukan latihan militer pada bulan April untuk mensimulasikan pengepungan Taiwan setelah Tsai bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy di California.
Pada saat itu, Taiwan mendeteksi 71 pesawat tempur China dalam periode 24 jam, menyamai rekor tertinggi harian yang dicapai pada Desember 2022.
Manuver ini terjadi setelah pihak berwenang di Taipei memperingatkan bahwa Beijing sedang melakukan latihan udara dan laut di Pasifik Barat.
China mengeklaim Taiwan—yang memiliki pemerintahan sendiri selama bertahun-tahun—sebagai wilayahnya dan hubungan kedua pihak memburuk sejak Presiden Tsai Ing-wen yang berhaluan kemerdekaan mengambil alih kekuasaan Taiwan pada 2016.
Beijing dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan tekanan diplomatik dan militer terhadap Taiwan dan jumlah penerbangan pesawat tempur di sekitar pulau itu meningkat secara dramatis setelah kunjungan Nancy Pelosi, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS), pada bulan Agustus lalu.
Baca Juga
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 68 pesawat tempur dan 10 kapal Angkatan Laut China terdeteksi di dekat pulau itu antara Rabu pagi hingga Kamis pagi.
Beberapa pesawat dan kapal militer tersebut sedang menuju ke wilayah yang tidak ditentukan di Pasifik Barat untuk melakukan latihan laut dan udara bersama dengan kapal induk Shandong.
Shandong, salah satu dari dua kapal induk yang beroperasi di armada China, terdeteksi pada Senin sekitar 60 mil laut (110 kilometer) tenggara Taiwan menuju ke Pasifik Barat.
Kementerian Pertahanan Jepang juga mengatakan pada hari Rabu bahwa Angkatan Laut-nya telah mendeteksi enam kapal-–termasuk fregat, kapal perusak, satu kapal pendukung tempur cepat dan kapal induk Shandong-–berlayar melintasi perairan sekitar 650 kilometer (400 mil) selatan pulau Miyakojima, sebelah timur Taiwan.
Kementerian itu juga mengonfirmasi bahwa jet tempur dan helikopter terdeteksi lepas landas dan mendarat dari kapal induk Shandong.
"Militer China telah ditugaskan untuk mengembangkan kemampuan untuk mengambil alih Taiwan," kata Bonnie Glaser, pakar tentang China di German Marshall Fund yang berbasis di Washington DC.
“Latihan militer tersebut bertujuan untuk mengembangkan dan melatih kemampuan tersebut,” lanjut Glaser, seperti dikutip AFP.
“Kita memperkirakan tren ini akan terus berlanjut, dengan meningkatnya tekanan terhadap Taiwan.”
James Char, peneliti di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, mengatakan aktivitas militer China di sekitar Taiwan—khususnya serbuan udara ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) pulau itu—telah menjadi “kejadian biasa”.
Namun, imbuh Char, semua aktivitas tersebut, tanpa kecuali, merupakan operasi di bawah ambang batas perang dan terjadi di luar wilayah udara teritorial Taiwan.
China belum memberikan komentar resmi mengenai latihan apa pun yang dilakukan di Pasifik Barat.
Berbeda dengan pertikaian yang terjadi, Beijing pada minggu ini menawarkan prospek perlakuan istimewa bagi orang-orang Taiwan yang ingin tinggal, bekerja, belajar, dan berbisnis di daratan China.
Serangkaian “pendapat” yang diumumkan oleh dua badan utama Partai Komunis China pada hari Selasa juga mendesak kota pesisir Xiamen untuk “mempercepat” integrasinya dengan pulau Kinmen dan Matsu yang dikelola Taiwan yang terletak beberapa mil lepas pantai.
Pada konferensi pers hari Kamis, Pan Xianzhang, wakil direktur Kantor Urusan Taiwan di Komite Sentral Partai Komunis China, mengatakan tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk menciptakan "zona demonstrasi untuk pembangunan terpadu lintas selat".
“Fokusnya adalah memimpin penerapan perlakuan yang sama bagi rekan-rekan Taiwan dan dunia usaha sehingga membuat rekan-rekan Taiwan merasakan sepenuhnya manfaat integrasi," kata Pan.
Cong Liang, wakil direktur Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China, mengatakan pada pengarahan yang sama bahwa jalur kereta api berkecepatan tinggi harus dibangun melintasi Selat Taiwan untuk mencapai “konektivitas infrastruktur langsung” dengan daratan.
China melakukan latihan militer pada bulan April untuk mensimulasikan pengepungan Taiwan setelah Tsai bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy di California.
Pada saat itu, Taiwan mendeteksi 71 pesawat tempur China dalam periode 24 jam, menyamai rekor tertinggi harian yang dicapai pada Desember 2022.
(mas)
tulis komentar anda