6 Kontroversi Visi 2030 Pangeran Mohammed bin Salman, Paling Utama Masih Bergantung pada Minyak dan Tenaga Kerja Asing

Minggu, 10 September 2023 - 21:30 WIB
Foto/Reuters

Melansir Insider, seperti banyak negara lainnya, perekonomian Arab Saudi terpuruk ketika pandemi ini melanda pada tahun 2020, namun satu-satunya jalan keluarnya adalah dengan bangkit sejak saat itu.

PDB negara ini melonjak melampaui USD1 triliun pada tahun lalu untuk pertama kalinya, sementara output per kapita mencapai USD30.436, naik sekitar 50% hanya dalam dua tahun.

Fase pertumbuhan, yang menjadikan kerajaan ini sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di G20 tahun lalu, didorong oleh harga energi global yang lebih tinggi serta pertumbuhan PDB non-minyak sebesar 4,8% berkat peningkatan di bidang-bidang seperti konstruksi dan transportasi.

2. Minyak Masih Menjadi Raja



Foto/Reuters

Arab Saudi mungkin berusaha mengurangi ketergantungannya pada pendapatan minyak sebagai bagian dari rencana Visi 2030 untuk melakukan diversifikasi ekonomi, namun jelas bahwa minyak mentah masih menjadi pilihan utama bagi eksportir utama dunia tersebut.

Ekspansi ekonomi sebesar 8,7% tahun lalu didorong oleh harga minyak yang lebih tinggi. Saudi Aramco, perusahaan minyak terbesar milik negara yang mengumpulkan USD25,6 miliar pada IPO tahun 2019, menghasilkan rekor laba sebesar USD161 miliar tahun lalu, naik dari USD110 miliar pada tahun 2021.

Meskipun permintaan minyak cukup kuat bahkan dengan meningkatnya energi terbarukan, Arab Saudi ingin meningkatkan porsi ekspor non-minyak dalam PDB non-minyak dari 18,7% menjadi 50%.

3. Berinvestasi di Segala Sektor

Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More