Putin: Serangan Balasan Ukraina Telah Gagal
Selasa, 05 September 2023 - 05:20 WIB
MOSKOW - Serangan balasan Ukraina yang sedang berlangsung tidak “berhenti” namun telah gagal. Hal itu dikatakan oleh Presiden Rusia , Vladimir Putin .
"Operasi Ukraina tidak terhenti; ini sebuah kegagalan,” kata Putin, setelah melakukan pembicaraan dengan rekannya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, di kota resor Sochi.
“Setidaknya seperti yang terlihat saat ini,” lanjutnya. “Mari kita lihat apa yang terjadi selanjutnya. Saya berharap hal ini akan terus terjadi,” ujarnya seperti dikutip dari RT, Selasa (5/9/2023).
Pada awal Juni, Kiev melancarkan serangan balasan yang telah lama ditunggu-tunggu terhadap pasukan Rusia, menggunakan tank dan kendaraan lapis baja yang disediakan Barat untuk menyerang beberapa titik di sepanjang garis depan Kherson-Donetsk.
Menurut data Rusia, dengan maju melalui ladang ranjau dan tanpa dukungan udara, Ukraina kehilangan sedikitnya 43.000 tentara dalam dua bulan pertama operasi saja. Ukraina bahkan gagal menembus garis pertama jaringan pertahanan berlapis-lapis Rusia.
Militer Ukraina kemudian beralih taktik, mengandalkan unit infanteri yang lebih ringan dan lebih mobile untuk merebut bangunan dan posisi tertentu. Namun, kerugian masih tetap tinggi, dan dengan pasukan Rusia yang secara efektif melawan kemajuan ini dengan tembakan artileri yang dapat dikoreksi oleh drone, Kiev segera berupaya untuk merekrut lebih banyak pasukan.
Ukraina telah melonggarkan persyaratan medis untuk dinas militer dan dilaporkan mempertimbangkan untuk mengekstradisi mereka yang mengelak dari wajib militer yang berhasil melarikan diri dari negara itu sejak Februari lalu.
Dengan meningkatnya kerugian di Ukraina dan Kiev meningkatkan upaya wajib militernya, Menteri Pertahanan Sergey Shoigu menegaskan penilaian panglima tertingginya.
"Operasi Ukraina tidak terhenti; ini sebuah kegagalan,” kata Putin, setelah melakukan pembicaraan dengan rekannya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, di kota resor Sochi.
“Setidaknya seperti yang terlihat saat ini,” lanjutnya. “Mari kita lihat apa yang terjadi selanjutnya. Saya berharap hal ini akan terus terjadi,” ujarnya seperti dikutip dari RT, Selasa (5/9/2023).
Pada awal Juni, Kiev melancarkan serangan balasan yang telah lama ditunggu-tunggu terhadap pasukan Rusia, menggunakan tank dan kendaraan lapis baja yang disediakan Barat untuk menyerang beberapa titik di sepanjang garis depan Kherson-Donetsk.
Menurut data Rusia, dengan maju melalui ladang ranjau dan tanpa dukungan udara, Ukraina kehilangan sedikitnya 43.000 tentara dalam dua bulan pertama operasi saja. Ukraina bahkan gagal menembus garis pertama jaringan pertahanan berlapis-lapis Rusia.
Militer Ukraina kemudian beralih taktik, mengandalkan unit infanteri yang lebih ringan dan lebih mobile untuk merebut bangunan dan posisi tertentu. Namun, kerugian masih tetap tinggi, dan dengan pasukan Rusia yang secara efektif melawan kemajuan ini dengan tembakan artileri yang dapat dikoreksi oleh drone, Kiev segera berupaya untuk merekrut lebih banyak pasukan.
Ukraina telah melonggarkan persyaratan medis untuk dinas militer dan dilaporkan mempertimbangkan untuk mengekstradisi mereka yang mengelak dari wajib militer yang berhasil melarikan diri dari negara itu sejak Februari lalu.
Dengan meningkatnya kerugian di Ukraina dan Kiev meningkatkan upaya wajib militernya, Menteri Pertahanan Sergey Shoigu menegaskan penilaian panglima tertingginya.
tulis komentar anda