Data Rusia: Air Limbah Nuklir Fukushima Belum Buat Ikan Tercemar Radioaktif
Jum'at, 01 September 2023 - 17:52 WIB
MOSKOW - Ikan yang ditangkap di laut Timur Jauh Rusia sejak Jepang mulai membuang air limbah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut pekan lalu tidak menunjukkan tingkat radiasi yang berlebihan.
Data itu diumumkan pengawas hewan dan fitosanitasi Rusia, Rosselkhoznadzor.
Menurut badan tersebut, 443 sampel produk ikan, termasuk cod, fluke, walleye pollock, halibut, salmon, kepiting, kerang dan makanan kaleng, telah dipelajari para ahli.
“Tidak ada temuan positif pada produk yang diuji, dengan tingkat radiasi di dalamnya berada dalam kisaran normal,” ungkap Rosselkhoznadzor.
“Hasilnya menunjukkan keamanan produk ikan,” papar lembaga itu.
Laboratorium badan tersebut di Timur Jauh memantau produk ikan secara teratur, namun telah meningkatkan aktivitasnya sejak Tokyo mengumumkan rencana membuang air limbah radioaktif yang telah diolah dari PLTN yang terkena dampak bencana gempa dan tsunami.
Jepang mulai membuang cairan tersebut ke laut pekan lalu, sebagai bagian dari rencana yang disetujui PBB.
Air tersebut digunakan untuk mendinginkan reaktor nuklir yang rusak akibat bencana gempa bumi dan tsunami pada bulan Maret 2011, sehingga reaktor tersebut tidak mencair sepenuhnya.
Meskipun ada klaim cairan tersebut benar-benar aman, tindakan Tokyo memicu reaksi keras dari negara tetangganya, China, Korea Selatan, dan Korea Utara.
Beijing menyebutnya “sangat egois dan tidak bertanggung jawab” dan memberlakukan larangan menyeluruh terhadap produk makanan laut Jepang.
Dalam upaya meredakan kekhawatiran di dalam dan luar negeri, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan tiga menteri kabinetnya duduk untuk makan pada Rabu, berbagi sashimi yang terbuat dari gurita, dan ikan bass yang ditangkap di lepas pantai Fukushima.
Kishida menyebut makanan tersebut “sangat enak” dan mendorong orang-orang menikmati makanan laut yang “aman dan lezat” dan dengan demikian mendukung prefektur Fukushima.
Aksi serupa juga dilakukan Duta Besar AS untuk Jepang, Rahm Emanuel, yang mengunjungi kota Fukushima pada Kamis dan makan siang seafood bersama wali kotanya.
Emanuel mengklaim, “Paksaan ekonomi terhadap Jepang, pelecehan dan disinformasi baik di Jepang maupun di sekitarnya berasal dari buku pedoman China.”
Dia berjanji Washington akan mendukung Tokyo jika Jepang memenuhi janjinya dan mengajukan keluhan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas larangan makanan laut yang dilakukan Beijing.
“AS akan melakukan hal tersebut bukan hanya karena mereka (Jepang) adalah sekutunya, namun karena ada legitimasi terhadap kasus tersebut,” ujar duta besar tersebut.
Data itu diumumkan pengawas hewan dan fitosanitasi Rusia, Rosselkhoznadzor.
Menurut badan tersebut, 443 sampel produk ikan, termasuk cod, fluke, walleye pollock, halibut, salmon, kepiting, kerang dan makanan kaleng, telah dipelajari para ahli.
“Tidak ada temuan positif pada produk yang diuji, dengan tingkat radiasi di dalamnya berada dalam kisaran normal,” ungkap Rosselkhoznadzor.
“Hasilnya menunjukkan keamanan produk ikan,” papar lembaga itu.
Laboratorium badan tersebut di Timur Jauh memantau produk ikan secara teratur, namun telah meningkatkan aktivitasnya sejak Tokyo mengumumkan rencana membuang air limbah radioaktif yang telah diolah dari PLTN yang terkena dampak bencana gempa dan tsunami.
Jepang mulai membuang cairan tersebut ke laut pekan lalu, sebagai bagian dari rencana yang disetujui PBB.
Air tersebut digunakan untuk mendinginkan reaktor nuklir yang rusak akibat bencana gempa bumi dan tsunami pada bulan Maret 2011, sehingga reaktor tersebut tidak mencair sepenuhnya.
Meskipun ada klaim cairan tersebut benar-benar aman, tindakan Tokyo memicu reaksi keras dari negara tetangganya, China, Korea Selatan, dan Korea Utara.
Beijing menyebutnya “sangat egois dan tidak bertanggung jawab” dan memberlakukan larangan menyeluruh terhadap produk makanan laut Jepang.
Dalam upaya meredakan kekhawatiran di dalam dan luar negeri, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan tiga menteri kabinetnya duduk untuk makan pada Rabu, berbagi sashimi yang terbuat dari gurita, dan ikan bass yang ditangkap di lepas pantai Fukushima.
Kishida menyebut makanan tersebut “sangat enak” dan mendorong orang-orang menikmati makanan laut yang “aman dan lezat” dan dengan demikian mendukung prefektur Fukushima.
Aksi serupa juga dilakukan Duta Besar AS untuk Jepang, Rahm Emanuel, yang mengunjungi kota Fukushima pada Kamis dan makan siang seafood bersama wali kotanya.
Emanuel mengklaim, “Paksaan ekonomi terhadap Jepang, pelecehan dan disinformasi baik di Jepang maupun di sekitarnya berasal dari buku pedoman China.”
Dia berjanji Washington akan mendukung Tokyo jika Jepang memenuhi janjinya dan mengajukan keluhan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas larangan makanan laut yang dilakukan Beijing.
“AS akan melakukan hal tersebut bukan hanya karena mereka (Jepang) adalah sekutunya, namun karena ada legitimasi terhadap kasus tersebut,” ujar duta besar tersebut.
(sya)
tulis komentar anda