Pakar Bongkar Standar Ganda AS Terkait Senjata Nuklir Korea Utara

Rabu, 30 Agustus 2023 - 05:01 WIB
Rudal balistik antarbenua Korea Utara dipamerkan dalam parade militer di Pyongyang. Foto/kcna
SEOUL - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) memulai latihan militer yang provokatif di Semenanjung Korea pekan ini.

Konsultan geopolitik internasional dan analis keamanan Dr David Oualaalou mengatakan Washington telah melanggar terlalu banyak janji perjanjian di masa lalu sehingga Pyongyang tidak dapat mempercayainya dalam perundingan perlucutan senjata nuklir.

“Keberatan Washington terhadap program penangkal nuklir Korea Utara bersifat munafik,” ungkap analis geopolitik terkemuka Dr David Oualaalou.



Amerika Serikat melancarkan latihan militer lintas laut bersama Jepang dan Korea Selatan (Korsel) pada Selasa (29/8/2023) di lepas pulau Jeju di Laut China Timur yang merupakan rangkaian manuver gabungan kedua di kawasan Pasifik bulan ini.

Angkatan Laut Korea Selatan mengklaim dalam pernyataan bahwa manuver provokatif terbaru ini dimaksudkan untuk "memperkuat postur respons dan kemampuan terhadap meningkatnya ancaman nuklir dan rudal Korea Utara."

Republik Demokratik Rakyat Korea (Korut) telah mencapai serangkaian kemajuan dalam teknologi nuklir, rudal, dan satelit selama 15 tahun terakhir setelah Amerika Serikat menolak menghormati perjanjian membangun pembangkit listrik tenaga atom air ringan di negara Asia Timur tersebut.

Di sisi lain, AS melanjutkan latihan militer skala besar di dekat garis gencatan senjata tahun 1953, dua kali setahun.

Washington juga masih menolak mengutuk proliferasi nuklir yang dilakukan sekutunya, Pakistan dan Israel.

Dr David Oualaalou mengatakan kepada Sputnik bahwa Korea Utara terpaksa mengembangkan penangkal nuklirnya sendiri "karena selalu ada ancaman terhadap mereka" dari Amerika Serikat, satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata atom di negara lain.



Dia mengatakan dinamika geopolitik saat ini hanya menegaskan keputusan itu, mengingat aliansi baru AUKUS yang akan membuat AS dan Inggris menyediakan kapal selam nuklir bersenjata rudal jelajah ke Australia.

“Kemudian Anda lihat juga perjanjian yang kita (AS) buat dengan Korea Selatan bahwa kita akan memindahkan beberapa kapal selam nuklir ke sana,” ujar pakar internasional tersebut.

Dia menjelaskan, “Kemudian kini terdapat aliansi yang baru saja dideklarasikan antara AS, Jepang, dan Korea Selatan. Lalu kini ada Indonesia yang membeli F-15 dari AS. Lalu ada Filipina: kita menyatakan secara terbuka dukungan kami terhadap Filipina.”

"Semua ini membuat Korea Utara berpikir dua kali untuk mengatakan 'kita harus mempertahankan diri dengan cara apa pun', karena semakin banyak senjata nuklir mendekati perbatasan mereka, maka mereka akan semakin khawatir," papar Oualaalou.

Mengingat meningkatnya kemampuan pencegahan Korea Utara, AS sekali lagi menawarkan perundingan damai “tanpa prasyarat” seperti yang dilakukan pada tahun 1990-an dan 2017, menurut pakar tersebut.

Namun dia mengatakan Pyongyang sepertinya tidak akan mempercayai Washington lagi setelah begitu banyak janji yang diingkari pemerintahan AS sebelumnya.

“Bagaimana mereka bisa mempercayai kita ketika kita melakukan hal itu pada tahun 1994 dan kita mengingkari janji kita dengan tidak membangun pembangkit listrik tenaga nuklir yang kita janjikan sehingga mereka bisa mendapatkan bahan bakar nuklir untuk listrik mereka?” tanya Oualaalou.

"Kita menarik kembali kata-kata kita dan itu seperti, 'Tidak, kita tidak akan mempercayai Anda, kita akan membangun milik kita sendiri'," ujar dia.

Ketika mantan presiden AS Donald Trump melancarkan kebijakannya terhadap Pyongyang, dia menyerang praktik yang dimulai pemerintahan sebelumnya dengan menerbangkan pesawat pembom strategis berkemampuan nuklir hingga 'Zona Demiliterisasi' yang sangat termiliterisasi yang memisahkan Korea utara dan selatan sebelum berbalik pada menit terakhir.

“Dia memahaminya saat itu dan masih memahaminya, dan banyak lainnya, bahwa pasukan AS berada dalam jangkauan rudal Korea Utara,” ungkap Oualaalou.

Dia menjelaskan, “Ini adalah salah satu alasan mengapa kita tidak pernah melakukan upaya apa pun, misalnya operasi khusus militer di Korea Utara atau kegiatan semacam itu, karena kita tahu Korea Utara tidak menggertak.”
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More