Kekurangan Prajurit, Ukraina Kirim Manula Berusia 71 tahun untuk Pelatihan NATO
Senin, 28 Agustus 2023 - 20:55 WIB
KIEV - Salah satu prajurit baru Ukraina yang dikirim oleh Kiev ke Jerman untuk pelatihan penggunaan senjata Barat ternyata adalah manusla berusia 71 tahun. Itu menunjukkan Ukraina memang kekurangan sumber daya manusia untuk dikirim ke medan perang.
Pria lanjut usia tersebut telah mengajukan diri untuk bergabung dengan militer Ukraina. Melansir Financial Times, instruktur NATO yang bekerja di pangkalan militer dekat Klietz di timur laut Jerman mengatakan bahwa meskipun mereka terkesan dengan “motivasi luar biasa” dari para peserta pelatihan asal Ukraina, usia dan kemampuan mereka yang datang untuk mempelajari penggunaan senjata “sangat bervariasi.”
Para instruktur NATO mengatakan, para komandan Ukraina di garis depan seringkali lebih memilih untuk tetap menjaga prajurit terbaik mereka di parit bersama mereka daripada mengirim mereka untuk pelatihan ke luar negeri. Akibatnya, tentara yang dikirim adalah manula.
Nick Reynolds, seorang peneliti perang darat di lembaga pemikir pertahanan dan keamanan Inggris, Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan bahwa dalam banyak kesempatan pelatihan militer yang diberikan oleh Barat tidak memenuhi harapan Ukraina.
"Ukraina ingin pasukannya berlatih dengan tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan drone, dalam kondisi yang sesuai dengan kondisi di medan perang sebenarnya, namun juga dapat berisiko bagi personel militer yang terlibat," kata Reynolds. "Namun, negara-negara Eropa mempunyai toleransi yang rendah terhadap kecelakaan pelatihan, dan pendekatan ini tidak sesuai dengan persyaratan [Kiev] untuk peserta pelatihan,” jelasnya.
Salah satu pelatih Jerman melaporkan bahwa dia mengalami ketegangan dengan komandan senior Ukraina, yang menerima pendidikan militer di masa Soviet dan “merasa mereka lebih tahu.”
"Namun tantangan nomor satu bagi program Eropa untuk mengajar pasukan Ukraina menggunakan peralatan Barat adalah kurangnya penerjemah," kata Martin Bonn, brigadir jenderal Belanda yang merupakan wakil kepala misi pelatihan multinasional Uni Eropa.
“Tantangan besarnya adalah menerjemahkan kata-kata yang digunakan dalam konteks militer atau teknis… kata-kata yang tidak digunakan siapa pun dalam kehidupan sehari-hari,” kata Bonn.
Pria lanjut usia tersebut telah mengajukan diri untuk bergabung dengan militer Ukraina. Melansir Financial Times, instruktur NATO yang bekerja di pangkalan militer dekat Klietz di timur laut Jerman mengatakan bahwa meskipun mereka terkesan dengan “motivasi luar biasa” dari para peserta pelatihan asal Ukraina, usia dan kemampuan mereka yang datang untuk mempelajari penggunaan senjata “sangat bervariasi.”
Para instruktur NATO mengatakan, para komandan Ukraina di garis depan seringkali lebih memilih untuk tetap menjaga prajurit terbaik mereka di parit bersama mereka daripada mengirim mereka untuk pelatihan ke luar negeri. Akibatnya, tentara yang dikirim adalah manula.
Nick Reynolds, seorang peneliti perang darat di lembaga pemikir pertahanan dan keamanan Inggris, Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan bahwa dalam banyak kesempatan pelatihan militer yang diberikan oleh Barat tidak memenuhi harapan Ukraina.
"Ukraina ingin pasukannya berlatih dengan tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan drone, dalam kondisi yang sesuai dengan kondisi di medan perang sebenarnya, namun juga dapat berisiko bagi personel militer yang terlibat," kata Reynolds. "Namun, negara-negara Eropa mempunyai toleransi yang rendah terhadap kecelakaan pelatihan, dan pendekatan ini tidak sesuai dengan persyaratan [Kiev] untuk peserta pelatihan,” jelasnya.
Salah satu pelatih Jerman melaporkan bahwa dia mengalami ketegangan dengan komandan senior Ukraina, yang menerima pendidikan militer di masa Soviet dan “merasa mereka lebih tahu.”
"Namun tantangan nomor satu bagi program Eropa untuk mengajar pasukan Ukraina menggunakan peralatan Barat adalah kurangnya penerjemah," kata Martin Bonn, brigadir jenderal Belanda yang merupakan wakil kepala misi pelatihan multinasional Uni Eropa.
“Tantangan besarnya adalah menerjemahkan kata-kata yang digunakan dalam konteks militer atau teknis… kata-kata yang tidak digunakan siapa pun dalam kehidupan sehari-hari,” kata Bonn.
tulis komentar anda