Arab Saudi Eksekusi Warga AS Bishoy Sharif, Ini Alasannya

Jum'at, 18 Agustus 2023 - 00:49 WIB
Otoritas berwenang Arab Saudi mengeksekusi mati seorang warga negara Amerika Serikat yang membunuh ayahnya di wilayah kerajaan. Foto/REUTERS
RIYADH - Otoritas berwenang di Arab Saudi telah mengeksekusi mati seorang warga negara Amerika Serikat bernama Bishoy Sharif Naji Naseef. Alasannya, terpidana tersebut telah dijatuhi hukuman mati atas tuduhan membunuh ayahnya yang berkewarganegaraan Mesir.

Kementerian Dalam Negeri Saudi, dalam sebuah pernyataan, mengatakan Bishoy Sharif telah dieksekusi pada hari Rabu di Riyadh.

Pernyataan itu menambahkan bahwa Bishoy Sharif yang terpengaruh narkoba telah memukuli dan kemudian mencekik ayahnya. Terpidana juga memutilasi tubuh korban dan berusaha membunuh orang lain sebelum ditangkap.



Kementerian tidak mengidentifikasi bagaimana Bishoy Sharif dieksekusi, tetapi Arab Saudi di masa lalu sering menggunakan metode pancung dalam melaksanakan eksekusi.



Pengacara Bishoy Sharif belum diketahui. Juga belum diketahui apakah dia memiliki alamat rumah di Amerika Serikat.

Departemen Luar Negeri AS belum bisa memberikan informasi lebih lanjut atau mengonfirmasi kematian Bishoy Sharif.

"Kami mengetahui laporan-laporan itu dan memantau situasinya tetapi tidak memiliki rincian apapun," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel kepada wartawan, seperti dikutip AP, Kamis (17/8/2023).

Dia mengatakan seorang pejabat konsuler AS terakhir mengunjungi Bishoy Sharif pada Juli lalu.

Arab Saudi menempati peringkat ketiga di antara negara-negara dengan rekor eksekusi terburuk, di belakang China dan Iran pada 2022. Itu merupakan catatan statistik dari Amnesty International.

Kerajaan Teluk itu sering dikritik karena penggunaan hukuman mati yang produktif, yang menurut kelompok hak asasi manusia merusak upayanya untuk melunakkan citranya melalui agenda reformasi sosial dan ekonomi "Visi 2030".

Menurut kelompok hak asasi manusia (HAM) Reprieve, tingkat eksekusi tahunan hampir dua kali lipat sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan ayahnya; Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, memperoleh kekuasaan.

Reprieve menyebutkan lebih dari 1.000 hukuman mati telah dilakukan sejak 2015.

Sebanyak 91 orang—19 di antaranya orang asing—telah dieksekusi sepanjang tahun ini, menurut penghitungan AFP berdasarkan laporan media pemerintah.

Pada Maret 2022, kerajaan mengeksekusi 81 orang pada hari yang sama, eksekusi massal terbesar yang diketahui dilakukan di kerajaan dalam sejarah modernnya.

Pejabat Saudi mengatakan pada saat itu bahwa para penjahat yang dieksekusi termasuk anggota Al-Qaeda dan para "pengikut jejak Setan".

Sebanyak 73 warga Saudi, tujuh warga Yaman dan satu warga Suriah meninggal dalam eksekusi massal tersebut.

Eksekusi terbaru terhadap seorang warga negara AS terjadi bahkan ketika Arab Saudi mendesak jaminan keamanan yang lebih kuat dari Washington DC.

Beberapa minggu lalu, Mohammed bin Salman bertemu di Jeddah dengan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan, dalam upaya untuk mempercepat pembicaraan mengenai kesepakatan normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel.

Salah satu tuntutan terbesar Saudi adalah komitmen keamanan formal baru dari AS, termasuk jaminan kuat atas tanggapan AS terhadap setiap agresi Iran.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah meningkatkan penyitaan kapal tanker minyak di dalam dan sekitar Selat Hormuz, pintu gerbang berbentuk U ke Teluk Oman dan Laut Arab yang membawa seperlima produksi minyak dunia.

Militer AS mengatakan Iran telah menyita atau berusaha merampas hampir 20 kapal berbendera internasional di wilayah itu dalam dua tahun terakhir.

Arab Saudi dan sekutu Teluk Washington lainnya—yang bergantung pada jalur pelayaran untuk mengirimkan minyak mereka ke pasar global—telah lama menuntut komitmen keamanan AS yang lebih kuat.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More