Berseteru dengan AS, Kim Jong-un Perintahkan Korut Genjot Produksi Rudal
Senin, 14 Agustus 2023 - 08:21 WIB
PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un memerintahkan pabrik-pabrik amunisi utama untuk meningkatkan produksi rudal dan senjata lainnya.
Perintah ini disampaikan ketika perseteruan Korut dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terus memanas.
Kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, pada Senin (14/8/2023), melaporkan bahwa Kim Jong-un membuat perintah selama tur inspeksi ke pabrik-pabrik amunisi utama.
Itu adalah inspeksi sang pemimpin ke pabrik senjata Korut yang ke sekian kalinya, dan dilakukan beberapa hari sebelum Korea Selatan dan AS memulai latihan perang gabungan tahunan.
Pyongyang memandang manuver gabungan semacam itu sebagai latihan untuk menginvasi Korut.
Dorongan Kim Jong-un untuk memproduksi lebih banyak senjata juga datang ketika para pejabat AS yakin menteri pertahanan Rusia baru-baru ini berbicara dengan Korea Utara tentang menjual lebih banyak senjata ke Moskow untuk menyokong perangnya dengan Ukraina.
Menurut laporan KCNA, Kim Jong-un mengunjungi pabrik yang memproduksi rudal taktis, platform peluncuran seluler, kendaraan lapis baja, dan peluru artileri pada hari Jumat dan Sabtu.
"Selama singgah di pabrik rudal, Kim menetapkan tujuan untuk secara drastis meningkatkan kapasitas produksi sehingga fasilitas tersebut dapat memproduksi rudal secara massal untuk memenuhi kebutuhan unit militer garis depan," tulis KCNA.
“Tingkat kualitatif persiapan perang bergantung pada perkembangan industri amunisi dan pabrik memikul tanggung jawab yang sangat penting dalam mempercepat persiapan perang Tentara Rakyat Korea (Utara),” kata Kim, menurut laporan KCNA.
Mengunjungi pabrik-pabrik lain, Kim Jong-un menyerukan untuk membangun truk peluncur rudal yang lebih modern dan mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan produksi peluru peluncur roket berkaliber besar “pada tingkat eksponensial".
Kim Jong-un juga menyempatkan diri mengendarai kendaraan tempur lapis baja baru.
Kim Jong-un telah berfokus pada ekspansi persenjataan nuklir dan misilnya sejak diplomasi berisiko tinggi dengan Presiden AS saat itu Donald Trump runtuh pada 2019.
Sejak awal 2022, militer Korut telah melakukan lebih dari 100 uji coba misil, banyak di antaranya atas nama memperingatkan AS dan Korea Selatan atas ekspansi latihan militer gabungan mereka.
KCNA mengutip Kim Jong-un yang mengatakan; "Korea Utara harus memiliki kekuatan militer yang luar biasa dan bersiap sepenuhnya untuk menghadapi perang apa pun dengan kekuatan untuk memusnahkan musuh-musuhnya."
Banyak pakar mengatakan Kim Jong-un pada akhirnya bertujuan untuk menggunakan persenjataan senjata modernnya untuk merebut konsesi AS, seperti keringanan sanksi, setiap kali diplomasi dilanjutkan dengan Washington.
Awal bulan ini, Gedung Putih mengatakan pejabat intelijen AS telah mencatat bahwa Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu berbicara dengan pejabat Korea Utara selama kunjungan ke Pyongyang bulan lalu tentang peningkatan penjualan amunisi ke Moskow untuk perangnya di Ukraina.
Korea Utara membantah klaim Amerika bahwa mereka mengirim peluru artileri dan amunisi ke Rusia. Namun Korea Utara secara terbuka mendukung Rusia selama perang dan mengisyaratkan pengiriman pekerja untuk membantu membangun kembali wilayah yang diduduki Rusia di Ukraina.
Kim Jong-un telah berusaha untuk memperkuat hubungan dengan China dan Rusia dalam menghadapi kampanye tekanan yang dipimpin AS atas program nuklirnya dan kesulitan ekonomi terkait pandemi.
Perintah ini disampaikan ketika perseteruan Korut dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terus memanas.
Kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, pada Senin (14/8/2023), melaporkan bahwa Kim Jong-un membuat perintah selama tur inspeksi ke pabrik-pabrik amunisi utama.
Itu adalah inspeksi sang pemimpin ke pabrik senjata Korut yang ke sekian kalinya, dan dilakukan beberapa hari sebelum Korea Selatan dan AS memulai latihan perang gabungan tahunan.
Baca Juga
Pyongyang memandang manuver gabungan semacam itu sebagai latihan untuk menginvasi Korut.
Dorongan Kim Jong-un untuk memproduksi lebih banyak senjata juga datang ketika para pejabat AS yakin menteri pertahanan Rusia baru-baru ini berbicara dengan Korea Utara tentang menjual lebih banyak senjata ke Moskow untuk menyokong perangnya dengan Ukraina.
Menurut laporan KCNA, Kim Jong-un mengunjungi pabrik yang memproduksi rudal taktis, platform peluncuran seluler, kendaraan lapis baja, dan peluru artileri pada hari Jumat dan Sabtu.
"Selama singgah di pabrik rudal, Kim menetapkan tujuan untuk secara drastis meningkatkan kapasitas produksi sehingga fasilitas tersebut dapat memproduksi rudal secara massal untuk memenuhi kebutuhan unit militer garis depan," tulis KCNA.
“Tingkat kualitatif persiapan perang bergantung pada perkembangan industri amunisi dan pabrik memikul tanggung jawab yang sangat penting dalam mempercepat persiapan perang Tentara Rakyat Korea (Utara),” kata Kim, menurut laporan KCNA.
Mengunjungi pabrik-pabrik lain, Kim Jong-un menyerukan untuk membangun truk peluncur rudal yang lebih modern dan mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan produksi peluru peluncur roket berkaliber besar “pada tingkat eksponensial".
Kim Jong-un juga menyempatkan diri mengendarai kendaraan tempur lapis baja baru.
Kim Jong-un telah berfokus pada ekspansi persenjataan nuklir dan misilnya sejak diplomasi berisiko tinggi dengan Presiden AS saat itu Donald Trump runtuh pada 2019.
Sejak awal 2022, militer Korut telah melakukan lebih dari 100 uji coba misil, banyak di antaranya atas nama memperingatkan AS dan Korea Selatan atas ekspansi latihan militer gabungan mereka.
KCNA mengutip Kim Jong-un yang mengatakan; "Korea Utara harus memiliki kekuatan militer yang luar biasa dan bersiap sepenuhnya untuk menghadapi perang apa pun dengan kekuatan untuk memusnahkan musuh-musuhnya."
Banyak pakar mengatakan Kim Jong-un pada akhirnya bertujuan untuk menggunakan persenjataan senjata modernnya untuk merebut konsesi AS, seperti keringanan sanksi, setiap kali diplomasi dilanjutkan dengan Washington.
Awal bulan ini, Gedung Putih mengatakan pejabat intelijen AS telah mencatat bahwa Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu berbicara dengan pejabat Korea Utara selama kunjungan ke Pyongyang bulan lalu tentang peningkatan penjualan amunisi ke Moskow untuk perangnya di Ukraina.
Korea Utara membantah klaim Amerika bahwa mereka mengirim peluru artileri dan amunisi ke Rusia. Namun Korea Utara secara terbuka mendukung Rusia selama perang dan mengisyaratkan pengiriman pekerja untuk membantu membangun kembali wilayah yang diduduki Rusia di Ukraina.
Kim Jong-un telah berusaha untuk memperkuat hubungan dengan China dan Rusia dalam menghadapi kampanye tekanan yang dipimpin AS atas program nuklirnya dan kesulitan ekonomi terkait pandemi.
(mas)
tulis komentar anda