8 Fakta Varian Covid Eris, Tidak Berbahaya dan Tetap Diwaspadai
Kamis, 10 Agustus 2023 - 04:25 WIB
WHO menyatakan diperlukan evaluasi yang lebih komprehensif terhadap risiko yang ditimbulkan oleh EG.5.
COVID-19 telah membunuh lebih dari 6,9 juta orang secara global, dengan lebih dari 768 juta kasus terkonfirmasi sejak virus tersebut muncul. WHO menyatakan wabah itu sebagai pandemi pada Maret 2020 dan mengakhiri status darurat global untuk COVID-19 pada Mei tahun ini.
Foto/Reuters
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19, mengatakan EG.5 memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi tetapi tidak lebih parah daripada varian Omicron lainnya.
"Kami tidak mendeteksi perubahan keparahan EG.5 dibandingkan dengan sublineage Omicron lainnya yang telah beredar sejak akhir 2021," katanya.
Dirjen Tedros Adhanom Ghebreyesus menyayangkan banyaknya negara yang tidak melaporkan data COVID-19 ke WHO. Dia mengatakan bahwa hanya 11% yang melaporkan rawat inap dan masuk ICU terkait virus tersebut.
Sebagai tanggapan, WHO mengeluarkan serangkaian rekomendasi tetap untuk COVID, yang mendesak negara-negara untuk terus melaporkan data COVID, terutama data kematian, data morbiditas, dan terus menawarkan vaksinasi.
Van Kerkhove mengatakan, ketiadaan data dari banyak negara menghambat upaya melawan virus.
"Sekitar setahun yang lalu, kami berada dalam situasi yang jauh lebih baik untuk mengantisipasi atau bertindak atau lebih gesit," katanya. "Dan sekarang keterlambatan kemampuan kita untuk melakukan itu semakin meningkat. Dan kemampuan kita untuk melakukan ini menurun."
COVID-19 telah membunuh lebih dari 6,9 juta orang secara global, dengan lebih dari 768 juta kasus terkonfirmasi sejak virus tersebut muncul. WHO menyatakan wabah itu sebagai pandemi pada Maret 2020 dan mengakhiri status darurat global untuk COVID-19 pada Mei tahun ini.
3. Mampu Menular dengan Cepat
Foto/Reuters
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19, mengatakan EG.5 memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi tetapi tidak lebih parah daripada varian Omicron lainnya.
"Kami tidak mendeteksi perubahan keparahan EG.5 dibandingkan dengan sublineage Omicron lainnya yang telah beredar sejak akhir 2021," katanya.
Dirjen Tedros Adhanom Ghebreyesus menyayangkan banyaknya negara yang tidak melaporkan data COVID-19 ke WHO. Dia mengatakan bahwa hanya 11% yang melaporkan rawat inap dan masuk ICU terkait virus tersebut.
Sebagai tanggapan, WHO mengeluarkan serangkaian rekomendasi tetap untuk COVID, yang mendesak negara-negara untuk terus melaporkan data COVID, terutama data kematian, data morbiditas, dan terus menawarkan vaksinasi.
Van Kerkhove mengatakan, ketiadaan data dari banyak negara menghambat upaya melawan virus.
"Sekitar setahun yang lalu, kami berada dalam situasi yang jauh lebih baik untuk mengantisipasi atau bertindak atau lebih gesit," katanya. "Dan sekarang keterlambatan kemampuan kita untuk melakukan itu semakin meningkat. Dan kemampuan kita untuk melakukan ini menurun."
Lihat Juga :
tulis komentar anda