Musuh-musuh Israel Dilaporkan Memanfaatkan Krisis Rezim Zionis

Rabu, 26 Juli 2023 - 14:38 WIB
Pemandangan udara para pengunjuk rasa menggelar protes di depan Knesset (parlemen) di Yerusalem pada 23 Juli 2023. Foto/Yair Palti/Anadolu Agency
TEL AVIV - Krisis yang melanda Israel telah menjadi titik fokus bagi musuh-musuhnya di seluruh Timur Tengah. Kini musuh-musuh Israel mengadakan pertemuan tingkat atas untuk menimbang kekacauan dan bagaimana mereka dapat memanfaatkannya.

Perkembangan itu diungkap sumber yang akrab dengan diskusi tersebut, menurut laporan kantor berita Reuters.

Musuh Israel, termasuk Hizbullah yang didukung Iran, Lebanon, telah berkokok saat melihat Israel yang terkoyak oleh krisis yang dipicu langkah pemerintah merombak peradilan.



Krisis itu memicu ancaman oleh pasukan cadangan Israel untuk berhenti bertugas di dinas militer.

Terlepas dari propaganda yang disiarkan kelompok-kelompok yang ingin melihat kematian Israel, faksi-faksi ini juga memberikan perhatian khusus pada krisis tersebut dalam pertemuan tertutup.

Mereka menganggap ini sebagai titik balik potensial bagi Israel. “Masalah ini dibahas pada pertemuan tiga jam pekan lalu yang melibatkan seorang komandan senior dari Pasukan Quds Iran, cabang Garda Revolusi yang menyalurkan dukungan militer kepada sekutu Teheran,” ungkap dua pejabat keamanan Iran dan pejabat dari kelompok Palestina, Hamas, menurut seorang diplomat Iran.

Setelah menyimpulkan bahwa krisis telah melemahkan Israel, mereka sepakat harus menahan diri dari "campur tangan langsung" apa pun.



Mereka percaya bahwa hal ini dapat memberi Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu, kesempatan untuk mengalihkan kesalahan kepada musuh asing.

Sumber Hamas menolak mengomentari kabar tersebut lebih rinci. Hamas mengatakan ada diskusi yang sedang berlangsung antara Hamas, Iran dan Pasukan Quds "atas seluruh situasi dan untuk membahas cara-cara meningkatkan pekerjaan perlawanan."

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran dan kantor hubungan masyarakat Garda Revolusi tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.

Hizbullah Sedang Berpatroli



Pergolakan tersebut menandai salah satu krisis domestik paling serius sejak Israel didirikan pada tahun 1948 yang mengantarkan konflik puluhan tahun dengan negara-negara Arab dan Palestina. Palestina masih ingin mendirikan Negara di wilayah yang diduduki Israel sekarang.

Parlemen Israel, pada Senin (24/7/2023), meratifikasi RUU pertama dari perombakan yudisial, yang membatasi kekuasaan Mahkamah Agung (MA) negara itu.

Langkah ini memicu lebih banyak protes oleh warga Israel yang melihat tindakan tersebut sebagai ancaman bagi demokrasi mereka.

Perpecahan telah merembes ke dalam militer Israel, yang telah berperang dalam banyak konflik dengan Hizbullah Lebanon dan faksi Palestina, Hamas dan Jihad Islam yang keduanya didukung Iran.

Para pemimpin protes Israel mengatakan ribuan sukarelawan tentara cadangan dapat abstain dari tugas jika pemerintah tetap pada jalurnya.

Mantan pejabat militer senior telah memperingatkan kesiapan perang Israel bisa berisiko.

Satu video yang dibagikan di media sosial pada Selasa menunjukkan pejuang elit dari Hizbullah melakukan patroli langka secara langsung di perbatasan Lebanon yang berpagar dengan Israel, menurut sumber Lebanon yang mengetahui pengerahan itu.

Sumber itu mengatakan patroli itu, di sepanjang perbatasan yang sulit di mana ketegangan telah meningkat akhir-akhir ini, tidak ada hubungannya dengan peristiwa di Israel. Kantor media Hizbullah menolak berkomentar.

Sumber itu mengatakan, bagaimanapun, pejabat Hizbullah telah membahas krisis secara rinci di tingkat tertinggi. “Kelompok itu memandang krisis sebagai perkembangan yang akan dieksploitasi di masa depan,” ungkap sumber itu.

Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengatakan pada Selasa bahwa, “Militer Israel siap tempur dan akan tetap siap tempur meskipun para tentara cadangan memprotes,” yang dia tuduh mencoba "menodongkan senjata ke kepala pemerintahan."

Pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, dalam pidatonya pada Senin, mengatakan Israel berada di "jalan kehancuran dan fragmentasi".

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, merujuk pada alat pacu jantung Netanyahu yang baru dipasang saat men-tweet tentang krisis tersebut, dengan mengatakan, "Jantung rezim Zionis berada dalam krisis yang lebih dalam daripada krisis di jantung perdana menterinya."

Krisis itu terjadi pada saat gelombang kekerasan antara Israel dan Palestina meningkat, khususnya di Tepi Barat.

Yang terbaru, pasukan Israel membunuh tiga warga Palestina yang menembaki mereka dari mobil pada Selasa. Hamas mengidentifikasi mereka sebagai anggotanya.

Sumber yang dekat dengan Hamas dan Jihad Islam mengatakan kedua kelompok itu memantau dengan cermat protes di Israel, menikmati gambar-gambar dan berharap ketegangan semakin memburuk.

Namun mereka juga mewaspadai risiko Netanyahu berusaha mengalihkan perhatian dari krisis domestik melalui konflik melawan musuh Israel yang dapat mempersatukan rakyatnya.

"Mereka mengikutinya dengan serius untuk menilai bagaimana hal ini dapat mempengaruhi mereka dan apakah Israel dapat mengekspor krisis internalnya," ujar analis politik Gaza, Adnan Abu Amer.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More