Terlalu Banyak Konflik, Hongaria Bisa Tinggalkan Uni Eropa
Selasa, 25 Juli 2023 - 16:51 WIB
BUDAPEST - Meninggalkan Uni Eropa (UE) akan segera menjadi “alternatif nyata” bagi Hongaria, menurut mantan Gubernur Bank Nasional Hongaria Andras Simor.
Berbicara di jaringan ATV Hongaria pada Minggu (23/7/2023), Andras Simor mengatakan sementara kepergian gaya Brexit dari blok tersebut adalah skenario yang tidak mungkin, “itu adalah kemungkinan.”
“Itu kemungkinan. Kalau tahun lalu 10%, sekarang naik jadi 20%, jadi 30%,” ujar dia.
Mengutip tingkat inflasi negara yang meningkat dan pemotongan dana UE sebesar USD30 miliar untuk Budapest, Simor menyatakan dia "takut pemerintah Hongaria akan mengarahkan negara itu ke dalam situasi di mana keluar dari Uni Eropa menjadi alternatif nyata."
Meskipun Hongaria adalah penerima manfaat bersih dari bantuan UE, banyak dari bantuan ini tetap dibekukan selama beberapa tahun, dengan pejabat di Brussel mengutip kebijakan anti-imigrasi garis keras Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dan dugaan tindakan keras terhadap independensi peradilan dan kebebasan media sebagai alasan penahanan bantuan.
Meski pemerintah Orban berhasil mendapatkan akses ke sebagian dari uang ini dengan mencabut hak veto atas bantuan ekonomi UE untuk Ukraina tahun lalu, PM Hungaria terus mengkritik dukungan blok tersebut untuk Kiev.
Orban telah berulang kali menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina, dan menuduh "birokrat Brussel yang pro-perang" memicu konflik dengan Rusia "dengan mengorbankan kepentingan Eropa."
Ketidaksepakatan Orban dengan UE melampaui ranah geopolitik. Berbicara di acara pemuda di Rumania pada Sabtu, dia menyatakan blok tersebut “menolak warisan Kristen, melakukan penggantian populasinya melalui migrasi… dan melakukan serangan LGBTQ” terhadap masyarakat konservatif.
Terlepas dari sikapnya yang sering menentang Brussel, Orban telah berulang kali menolak gagasan meninggalkan UE.
Jajak pendapat yang diambil sejak referendum Brexit 2016 secara konsisten menemukan dukungan publik yang tinggi untuk tetap berada di blok tersebut.
Meskipun demikian, survei Eurobarometer baru-baru ini mencatat penurunan 12 poin pada mereka yang memiliki “citra positif” UE, dengan hanya 39% yang sekarang memandang Uni Eropa dengan baik.
Berbicara di jaringan ATV Hongaria pada Minggu (23/7/2023), Andras Simor mengatakan sementara kepergian gaya Brexit dari blok tersebut adalah skenario yang tidak mungkin, “itu adalah kemungkinan.”
“Itu kemungkinan. Kalau tahun lalu 10%, sekarang naik jadi 20%, jadi 30%,” ujar dia.
Mengutip tingkat inflasi negara yang meningkat dan pemotongan dana UE sebesar USD30 miliar untuk Budapest, Simor menyatakan dia "takut pemerintah Hongaria akan mengarahkan negara itu ke dalam situasi di mana keluar dari Uni Eropa menjadi alternatif nyata."
Meskipun Hongaria adalah penerima manfaat bersih dari bantuan UE, banyak dari bantuan ini tetap dibekukan selama beberapa tahun, dengan pejabat di Brussel mengutip kebijakan anti-imigrasi garis keras Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dan dugaan tindakan keras terhadap independensi peradilan dan kebebasan media sebagai alasan penahanan bantuan.
Meski pemerintah Orban berhasil mendapatkan akses ke sebagian dari uang ini dengan mencabut hak veto atas bantuan ekonomi UE untuk Ukraina tahun lalu, PM Hungaria terus mengkritik dukungan blok tersebut untuk Kiev.
Orban telah berulang kali menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina, dan menuduh "birokrat Brussel yang pro-perang" memicu konflik dengan Rusia "dengan mengorbankan kepentingan Eropa."
Ketidaksepakatan Orban dengan UE melampaui ranah geopolitik. Berbicara di acara pemuda di Rumania pada Sabtu, dia menyatakan blok tersebut “menolak warisan Kristen, melakukan penggantian populasinya melalui migrasi… dan melakukan serangan LGBTQ” terhadap masyarakat konservatif.
Terlepas dari sikapnya yang sering menentang Brussel, Orban telah berulang kali menolak gagasan meninggalkan UE.
Jajak pendapat yang diambil sejak referendum Brexit 2016 secara konsisten menemukan dukungan publik yang tinggi untuk tetap berada di blok tersebut.
Meskipun demikian, survei Eurobarometer baru-baru ini mencatat penurunan 12 poin pada mereka yang memiliki “citra positif” UE, dengan hanya 39% yang sekarang memandang Uni Eropa dengan baik.
(sya)
tulis komentar anda